HALOHAIII!!!
MAAP YEE BARU APDET! BARU DAPET MOOD BAGUS SETELAH KEMARIN KETEMU AYANG MBEB ENCIM!!! AKU LAGI SENEEEEEENGGGG PAKEEE BANGEEETTTTT DAN UNTUK ITU SAYA RELAKAN KUOTA SAYA UNTUK APDET HARI INI!!!
mengenai ending cerita ini ada sedikit perubahan, mungkin 4 - 5 part lagi baru end atau bahkan lebih soalnya aku juga masih mempertimbangkannya lagi. mwehehe...
oke deh, silahkan dibaca dan jangan lupa untuk Vote dan komen ya!!! seriously!! komen kalian tuh salah satu moodbooster banget lho! hahaha...
Anyway, saya mau mengucapkan selama berjuang buat anak kelas 12 yang lagi ikut UN. SEMOGA kalian lulus dengan nilai memuaskan. Aamiin.E N J O Y
******
Prilly berjalan mondar mandir dengan gelisah sambil mengigit kuku-kuku jarinya didepan ruang UGD tempat dimana Andri sedang menjalani pemeriksaan didalam sana. Baju seragamnya sudah penuh dengan darah Andri dan masih dengan seragam yang sedikit basah Prilly berada didepan ruang dimana tempat Andri di periksa.
Prilly duduk dibangku tunggu dan kembali melirik kearah pintu disebelahnya seraya membuang nafasnya pelan sambil mengigit bibir bawahnya gelisah.
Bagaimana keadaan Andri? Semoga dia baik-baik saja. Doanya dalam hati.
Ali berjalan pelan menyusuri koridor rumah sakit mencari ruang tempat dimana Andri ditangani dengan pikiran bercabang. Ia belum mengabari Papa serta Mama tirinya tentang keadaan Andri saat ini. Bahkan Ali tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Melihat Andri yang tergeletak lemah dengan darah bercucuran seketika membuat seluruh tubuhnya melemas.
Ali menyadari bahwa dirinya dan Andri hanyalah saudara tiri, Mereka tidak ada hubungan darah sama sekali tapi kenapa rasanya kekuatan Ali seolah dirampas oleh kejadian itu semua. Apa karna Prilly yang begitu mengkhawatirkan lelaki itu dan terlihat sangat bersedih saat Andri tergeletak lemah dengan darah bercucuran?
Ali menghentikan langkahnya saat melihat Prilly yang saat ini tengah duduk dengan gelisah dikursi tunggu seraya mengigit kuku jarinya. Diliriknya pintu bercat putih didepannya dan Prilly secara bergantian. Lalu tidak lama, seorang wanita berusia kisaran 30-an keatas terlihat berlari menghampiri Prilly dan langsung memeluk gadis itu seraya menangis.
"Tante...." Prilly memeluk Mama Andri dengan erat seraya menangis di pundak wanita itu, Angel memejamkan matanya dan mengelus kepala gadis yang saat ini dipelukannya dengan sayang.
"Prilly... Kenapa sama Andri sayang? Kenapa bisa sampai kayak gini?" Tanya Angel saat pelukan keduanya terurai. Prilly menunduk sambil memilinkan ujung bajunya. "Maaf..." Terdengar ucapan lirih dari bibir gadis itu membuat Angel mengernyit tak mengerti.
"Kenapa kamu minta maaf, sayang? Ada apa?" Tanya Angel lembut, Prilly mendongak dan wajahnya sudah basah bersimbah air mata.
"Maafin Prilly Tante... Gara-gara Prilly Andri jadi kayak gini. Hiks..." Prilly berucap sambil menangis dan menggeleng dengan tubuh bergetar, Angel menatap gadis didepannya dengan tatapan tak terbaca dan melihat gadis itu yang menangis hingga sesenggukan membuat Angel merentangkan tangannya memeluk Prilly erat.
"Maafin Prilly tante.. Seharusnya Prilly waktu itu hati-hati. Seharusnya Prilly waktu itu liat-liat larinya. Jadi Andri gak kayak gini..... Andri gak akan masuk kerumah sakit. Semua ini salah Prilly tante..... semuanya salah Prilly.... Hiks..." Racau Prilly dipelukan Angel, Angel menggeleng seraya menepuk punggung gadis itu menenangkan.
"Gapapa sayang... Semua ini bukan salah Prilly. Semua ini sudah takdir. Mungkin memang waktu itu Andri mau nyelamatin Prilly. Jadi Prilly jangan merasa bersalah. Kita berdoa aja, semoga Andri baik-baik aja didalam sana." Ucap Angel menenangkan, Prilly menggeleng, "Gak tante! Ini semua salah Prilly. Prilly yang buat Andri kayak gini. Tante boleh hukum Prilly. Tante boleh marahin Prilly. Prilly emang salah. Hiks.." Prilly melepaskan pelukannya dan menatap Angel dengan air mata bercucuran. Dimatanya tersirat rasa bersalah dan takut secara bersamaan.