Najla.
Aku nggak tau apa yang sedang Dhanu lakukan, intinya Dhanu tiba-tiba muncul di pintu rumahku. Meminjam handuk, dan langsung menyebutkan diri ke kolam renang tanpa menunggu aku menyerahkan handuknya.
Aku memungut seragam, jaket dan tas yang dia tinggalkan begitu saja di samping kolam, lalu duduk di patio samping kolam. Wajah Dhanu frustrasi, itu yang dapat aku tangkap dan dia merealisasikannya dengan bulak-balik ujung kolam tanpa berhenti.
Setelah setengah jam menguasai kolam, akhirnya dia berenang ke pinggir dan duduk di dekat tangga. Aku menyodorkan handuk dan segelas susu cokelat hangat lalu ikut duduk di sampingnya.
Kaki ku yang berada di dalam air sebatas lutut, menimbulkan riakan kecil di kolam.
"Tadi, di plastik ada rokok juga," kataku setelah menyeruput cokelat milik ku.
Dhanu terdiam, dia menyeruput cokelatnya, lalu menghela napas berat. "Gue akhirnya benar-benar ngelepasin Thalia buat Fadli."
Sebenarnya itu bukan jawaban atas pernyataan ku, tapi itu alasan yang ia utarakan, untuk menjelaskan keberadaan nikotin itu di plastik ice cream ku.
Biasanya, aku akan memaki-maki Dhanu, tapi untuk malam ini, aku hanya akan membiarkannya. Apa yang Dhanu lakukan selama ini, sudah lebih dari cukup untuk disebut berjuang.
"Dalam hidup, ada orang-orang yang hatinya nggak akan bisa kita menangkan, nggak perduli sekeras apapun kita mencoba, dia memang nggak ditakdirkan untuk kita miliki, dan yang bisa kita lakukan cuma menerima." Dhanu tersenyum miring mendengar kalimat ku.
"Dan dalam kasus gue, Thalia."
Hening menyelimuti kami, aku tau banyak hal yang ingin Dhanu ceritakan, tapi dia hanya menatap ke dalam mug susu cokelatnya.
"Yang gue lakuin... nggak salah 'kan, Jla?" tanya Dhanu tanpa mengalihkan pandangannya dari mug.
"Ada yang tetap bertahan walau sakit, ada yang menyerah karena lelah, ada juga yang melepaskan karena terlalu sayang. Cinta punya kekuatannya masing-masing, Nu."
"Fadli udah suka sama Thalia sebelum gue suka sama Thalia, tapi dia mundur karena tau perasaan gue ke Thalia."
"Fadli kayaknya baik kok, feeling gue sih bagus ke dia." Aku tau, kalimatku tidak akan menghibur Dhanu, tapi semoga kalimat ini bisa sedikit meyakinkan dia, bahwa terkadang melepaskan bukan sebuah kesalahan.
"Tadi, waktu gue nungguin Thalia keluar dari rumah lo, Fadli ngeline kayak gini," Dhanu mengangsurkan handphonenya, menunjukan jendela obrolannya dengan Fadli.
Ahmad Fadli Admiral: Thanks Nu udah percaya sama gue. Lo udah nyerah jadi kalo kita mau saingan gue harap kita bisa fair, karna sekali gue perjuangin Thalia, bisa gue pastiin gue gak akan ngelepasin dia.
"Lo tau tadi Thalia tadi ke sini?" tanyaku sambil mengembalikan ponsel Dhanu. Tadi Dhanu masuk memang tidak lama setelah Thalia pulang.
"Iya, tapi gue tau, Thalia bakal langsung cabut kalau gue datang, jadi gue nunggu di luar dulu, tadi juga gue ketemu sama dia di luar."
"Terus?"
"Ya dia langsung cabut, sudi juga nggak ngeliat muka gue." Dhanu mengucapkannya setengah mendengus.
"Setelah ini, lo mau gimana? Stay jomblo, atau sama Nada?"
"Gue belajar tulus ke Nada lah, gue kan nggak kayak lo yang sekali patah hati langsung kapok jatuh cinta."

KAMU SEDANG MEMBACA
Crush
Teen Fiction#26 in teenfiction (19 April 2017) Jika ada tempat, dimana memiliki terasa begitu mustahil, dan meninggalkan rasanya terlalu sulit, maka Dhanu dan Thalia berdiri di sana. Begitulah keduanya, yang satu berlari, yang satu hanya diam, yang satu mengeja...