Dhanu.
Najla memang jahat, gue benar-benar dibiarkan datang ke pesta ini sendirian!
Setelah memaksa gue foto bertiga bersama Thalia, teman paling setia kawan itu sedang tertawa bersama Bagas, pasangannya yang membuat gue harus ikhlas menjadi jomblo paling menyedihkan di promshit malam ini.
Gue tidak melebih-lebihkan ketika bilang, gue jomblo paling menyedihkan, lihat sekeliling gue sekarang nyaris seluruh orang di sini berpasangan, kalaupun ada yang nggak berpasangan pasti ada aja temannya, nggak kayak gue yang sendirian, karena punya temen yang setan semua.
Saat gue berkata 'nyaris semua orang berpasangan', hal itu mencakup Thalia dan Fadli yang sedang tertawa di pinggir kolam. Ingatkan gue untuk ngejorokin Fadli ke kolam penuh lilin itu, kalau-kalau ada kesempatan.
Soal foto, jangan kira Thalia ikhlas foto berdiri di sebelah gue, gue saja sudah sangat bersyukur Thalia nggak melilitkan tanaman sulur yang menjadi background foto kami di leher gue.
Malam ini Thalia luar biasa cantik, rambut panjangnya di jepit sebagian dan sebagian lainnya dibiarkan terurai begitu saja.
Gaun berwarna pink keperakan--yang sialnya senada dengan milik Fadli--jatuh pas di tubuh mungilnya, meskipun sedikit terbuka karena hanya bertali spaghetti namun di banding seksi, kesan manis lebih melekat pada Thalia malam ini.
Malam ini, dia adalah perempuan paling cantik yang pernah gue temui.
Oke, iya nggak usah protes, setiap hari juga menurut gue dia perempuan paling cantik.
"Biasa aja dong Nu liatinnya." Gue menoleh dan menemukan si teman-paling-setia-kawan sudah berdiri di samping gue, tangannya memeluk bucket-bucket bunga.
"Tumben inget temen, bukannya lagi asyik sama Bagas?" sindir gue, tapi yang disindir tidak tersindir sama sekali.
"Lagi di pinjem Hana, lo cemberut aja, enjoy dong," gue mendengus mendengar kata enjoy.
"Lo nyuruh gue enjoy setelah membiarkan gue di ingat sebagai orang paling forever alone di acara perpisahan? Great! Dasar teman!" Najla tertawa mendengar kata-kata ku.
"Lebay lo anjir! Memang gue nggak tau tadi lo di samperin siapa aja? Nadia, Zahra, terus siapa lagi ya tadi? Kalila! Iya! Gila lo Kalila!" seru Najla membuat gue meringis. Just for your information, Kalila adalah salah satu dari sepuluh cewek tercantik di sekolah gue, ya Thalia dan Najla juga termasuk sih, tapi Kalila versi angelnya, mereka versi devilnya.
"Apa kabar sama tuh bunga-bunga?" Najla melirik enam bucket bunga tersebut, lalu menyarukannya ke pelukan gue.
"Pegangin deh, gue juga lupa itu dari siapa aja," katanya sama sekali tidak berniat menyombong.
Yap, seperti perpisahan pada umumnya. Para pengagum rahasia akhirnya muncul ke permukaan, mengungkap kan perasaan yang mereka tekan selama ini. Menyedihkan, kesempatan tiga tahun untuk bisa lebih dekat, pada akhirnya hanya diwakilkan sepatah dua patah kata di moment terakhir.
Rata-rata, tidak lagi berniat memiliki, hanya ingin menyimpannya sebagai kenangan.
"By the way, yang ini dari Bara, loh," katanya mengambil setangkai mawar merah, dengan pita ungu yang kepanjangan.
Najla menatap mawar itu, lalu mengusap lembut pitanya, pandangannya menerawang, penuh kerinduan.
"Tau nggak kenapa pitanya udah jelek gini?" tanya Najla tanpa mengalihkan tatapannya, tapi kini seulas senyuman terlukis di bibir Najla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush
Teen Fiction#26 in teenfiction (19 April 2017) Jika ada tempat, dimana memiliki terasa begitu mustahil, dan meninggalkan rasanya terlalu sulit, maka Dhanu dan Thalia berdiri di sana. Begitulah keduanya, yang satu berlari, yang satu hanya diam, yang satu mengeja...