Delapan tahun kemudian...
Fadli.
"Ini kok begini, sih? Cepetan ganti!" suara Thalia terdengar ke seluruh ruangan, teriakannya beradu dengan bunyi hak yang bersentuhan dengan lantai. Gue menggelengkan kepala, Najla tidak perlu WO sebenarnya, dia punya Thalia yang siap mengatur seluruh tetek bengek pernikahannya hingga mencapai kata nyaris sempurna.
"Mama alak, mama alak," anak laki-laki berumur dua tahun yang menggelengkan kepala. Gue tertawa geli melihat Farel yang sekarang bersikap sok tua.
Yeah, I'm the winner!
Pada akhirnya, gue berhasil menyematkan nama belakang keluarga gue di nama Thalia. Menjadi laki-laki yang berdiri di sampingnya. Menjaganya selayaknya rusuk yang menjaga jantung.
Tepat di hari wisuda Thalia, gue menepati janji gue. Lamaran itu hanya di saksikan oleh kami berdua, pohon Pinus dan kunang-kunang yang berterbangan di sekitar kami.
Saat ini, Thalia telah bertransformasi menjadi seorang ibu dari jagoan kecil gue. Farel Admiral.
Tapi, melihat segala hal dalam diri Thalia, kadang gue masih tidak percaya kalau dia sudah menjadi istri sah gue.
Thalia tidak terlihat seperti wanita 26 tahun yang memiliki 1 anak. She looks like Thalia 18 years old.
Hanya saja, garis wajah Thalia sedikit lebih tegas sekarang, gerakannya lebih halus dan anggun, meskipun otaknya masih sama gilanya seperti delapan tahun yang lalu.
Gue pasti tidak akan lupa kejadian tiga tahun yang lalu, tepat seminggu sebelum pernikahan kami, Thalia menghilang tanpa jejak.
Gue nyaris frustrasi karena mengira kalau Thalia kabur gara-gara nggak mau merit sama gue, tapi langsung bersyukur saat tau Najla juga menghilang tanpa jejak.
Sehari sebelum pernikahan kami, dengan wajah tanpa dosa Thalia muncul di hadapan gue, mata berkilat-kilat nakal.
Gue tentu saja protes, tapi dengan santainya dia menjawab;
"Aku cuma ke Korea say, sama Najla, single party sebelum kita merit. Kamu nggak lupa kan, cerita aku tentang janji aku sama Najla?"
Ke Korea Selatan itu cuma katanya. Dia nggak tau aja gue sampai mengemis-ngemis sama nyokap gue agar pernikahan kami tidak di batalkan.
Thalia dan Najla masih sesinting dulu, dan mungkin tidak akan pernah sembuh.
Dan berbicara tentang Najla, she's fine, not just okay.
Walaupun satu bulan yang lalu gue sama Thalia nyaris menyeret dia lagi ke Dokter Dina.
Bayangin aja geez, hari Minggu pagi, dia tiba-tiba muncul di rumah gue, dengan gayanya yang super santai, dia nyeletuk;
"Bulan depan gue merit sama Rendi."
Thalia melongo, gue tersedak. Waktu seperti berhenti seketika.
Bukan, bukannya kami tidak senang atau tidak setuju. Tapi gue dan Thalia tidak pernah lupa bagaimana Najla mendeklarasikan dirinya akan menjadi single happy women selamanya. Dia tidak akan menikah meskipun Lee Min Ho atau Adam Levine yang memintanya.
Just for your information, laki-laki yang akan dinikahi Najla pun bukan dua pria idamannya itu, melainkan seorang Rendi Bramantya. Cowok itu cuma gue dan Thalia kenal sebagai senior Najla yang kebetulan bertemu lagi dengan Najla sebagai PR dan Reporter di sebuah konferensi pers.
Jadian nggak, tiba-tiba mau nikah, gimana Thalia nggak cerewet.
Tapi gue rasa begitulah takdir mengaturnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush
Novela Juvenil#26 in teenfiction (19 April 2017) Jika ada tempat, dimana memiliki terasa begitu mustahil, dan meninggalkan rasanya terlalu sulit, maka Dhanu dan Thalia berdiri di sana. Begitulah keduanya, yang satu berlari, yang satu hanya diam, yang satu mengeja...