flashback

4.8K 287 0
                                    

Aku keluar dari kamar mandi. Segarnya.

Besok hari selasa. Aku bergegas membereskan buku untuk besok.

Aku mengeluarkan buku dari tasku. Semua buku sudah ku keluarkan. Aku membalikkan tasku, mungkin masih ada barang tertinggal.

Tiba-tiba sebuah coklat jatuh dari tasku.

Coklat dari Aaron.

"Baiklah makanlah ini. Aku yakin kau belum makan."

Aku tersenyum. Tapi senyum itu memudar, saat aku mengingat seseorang yang dulu sangat berarti bagiku.

Christian.

###

Saat itu hujan begitu deras. Charlotte berjalan sendirian ke rumah. Entah kenapa, dia merasa sangat sendirian. Teringat dengan kejadian buruknya, saat dia diejek karena mendaftar kontes menyanyi di sekolah.

Apa salahnya aku mendaftar, rutuknya dalam hati.

Tiba-tiba sebuah tangan menariknya menepi. Hampir saja dia berteriak.

"Apa kau gila?"

Charlotte hanya diam.

"Lihat bajumu basah semua."

Charlotte tetap diam.

Laki-laki itu memutar bola matanya lalu menarik Charlotte ke suatu tempat.

Ternyata tempat itu adalah sebuah cafe.

"Tian !" Sapa seseorang yang berdiri di meja kasir.

"Hey Sean ! Bagaimana harimu?"

"Baik kawan."

Charlotte hanya terdiam melihat mereka.

"Coklat panas seperti biasa, kali ini aku pesan 2."

Laki-laki bernama Sean itu mengacungkan jempol sambil tersenyum.

Charlotte dan Tian duduk bersama.

"Apa yang ada dipikiranmu hah?"

"Aku.. tidak apa-apa. Aku harus pulang." Charlotte segera berdiri tapi tangannya ditahan oleh Tian.

"Duduklah, aku sudah memesan coklat panas untukmu."

Charlotte pun kembali duduk.

Tian mengambil sesuatu dalam tasnya.

"Nih.. pakai saja."

Sebuah handuk, dan baju ganti.

Charlotte hanya diam menatap handuk dan baju ganti itu.

"Tenanglah handuk ini belum aku pakai."

"Nanti kamu.."

"Aku tidak apa-apa."

"Tapi kamu habis bermain basket. Baju basketmu sangat tipis. Dan.."

"Ssttt.. pakailah." Tian tersenyum.

Senyuman itu..

Charlotte menundukkan kepalanya.

---

Charlotte berjalan ke arah meja tadi setelah mengganti bajunya.

"Ah, kau cocok juga memakai baju kebesaran." Katanya sambil terkekeh kecil.

"Jangan mengejekku seperti itu." Kata Charlotte sambil mengerucutkan bibirnya.

"Minumlah. Ini minuman kesukaanku. Entah kau suka coklat atau tidak. Aku harap kau suka."

Charlotte memegang gelas berisi coklat panas dengan tangan mungilnya.

"Omong-omong.. terima kasih.."

"Tak masalah."

Charlotte menundukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Jangan malu, aku tahu suaramu bagus."

"Apa?" Charlotte kaget mendengarnya.

"Kau mendaftar kontes nyanyi sekolah kan? Suaramu tidaklah jelek, jangan dengarkan ejekan orang lain."

"Memangnya kamu pernah mendengar suaraku?"

"Hhmm.." Tian mengiyakan.

"Kapan?"

"Saat kau sedang sendirian di kelas pulang sekolah. Aku tidak sengaja lewat sehabis bermain basket."

"Ah.. aku ingat."

Entah apa yang dirasakan Charlotte. Tapi hatinya begitu senang. Jantungnya berdebar kencang.

Setiap saat rasanya aku harus menundukkan kepala. Astaga, aku tidak bisa menyembunyikan senyuman ini, batin Charlotte.

---

Aku berjalan menuju rumah Tian. Dengan handuk dan baju di tanganku. Hari ini dia tidak masuk sekolah. Itu membuatku khawatir.

Tok.. tok.. tok..

Aku mengetuk pintu rumahnya.

Seorang perempuan membukakan pintu itu.

"Mau nyari siapa ya non?"

"Hhmm.. Tian nya ada?"

"Tuan Tian nya lagi sakit non. Kemarin sesudah main basket kehujanan. Masuk saja non."

"Hhmm.. ga usah deh bi ga apa-apa. Saya cuman mau ngembaliin ini."

"Ah iya bibi lupa, kata tuan Tian, kalau ada perempuan datang mau mengembalikan handuk dan pakaian tuan Tian, bilang saja handuk dan bajunya tidak perlu dikembalikan."

"Apa?"

"Iya non. Kata tuan Tian begitu."

"Oohh.. ya sudah deh bi. Terima kasih ya. Saya permisi."

"Iya non."

Aku menatap baju dan handuk itu. Tian, maaf.

###

Aku membuka laci meja belajarku. Baju dan handuk itu masih tersimpan rapi di sana. Entah kenapa tapi dada ku terasa sakit. Sangat sakit. Sesak rasanya sampai aku tenggorokanku terasa tercekang. Tanpa aku sadari, air mataku menetes. Lama kelamaan aku pun tidak bisa menahannya.

Tangisanku meledak. Aku kangen Tian. Jujur, aku kangen. Aku masih mencintainya. Semua kejujuran aku katakan dalam hatiku.

Tiba-tiba..

Suara ketukan pintu terdengar.

Aku cepat-cepat menghapus air mataku. Berjalan dan membuka pintu. Tidak ada seorang pun di sana.

"Kaka !" Aku langsung melihat ke bawah.

"Charles?"

Charles dengan polosnya masuk ke dalam kamarku. Aku pun menutup pintu.

Charles hendak berusaha naik ke atas ranjangku. Tingkahnya sangat lucu. Aku membantunya naik ke ranjang. Lalu aku pun duduk di ranjang.

Charles menatapku. Air mataku tetap saja ingin mengalir. Akhirnya, setetes air mataku mengalir dan berhenti di ujung bawah daguku.

Charles mengusap daguku. Aku tak tahan lagi, aku pun memeluknya.

Begitu lama aku memeluknya.

"Coklat !" Aku melepaskan pelukanku.

Charles langsung mengambil coklat di meja belajarku. Coklat Aaron.

"Boleh?" Tanyanya polos.

Aku pun mengangguk sambil tersenyum.

Terima kasih Charles.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang