the last gift

2.5K 187 2
                                    

Aku melihat ke arah jam dinding kamarku. Sudah pukul 3.00.

Dan..

Kado ini masih belum sempurna. Masih ada sedikit yang kurang.

Astaga..

Aku tidak pernah tidur selarut ini. Atau mungkin aku tidak akan tidur malam ini.

Aku melihat ke kananku sambil menguap. flashdisk itu. Astaga, aku belum membukanya.

Sudahlah. Yang terpenting kali ini adalah kado.

---

Akhirnya selesai ! Aku bahagia. Benar-benar bahagia. Aku melihat kado hasil kerja kerasku. Puas, aku sangat puas.

Aku bisa tidur sekarang.

Tubuhku terlalu lemas untuk berjalan ke ranjang. Aku pun menaruh kepalaku di meja belajarku dan mulai memejamkan mataku.

Tiba-tiba..

Tok tok tok..

Suara ketukan pintu. Astagaaa aku baru saja terpejam dengan tenang.

Aku berjalan dan membuka pintu. Tidak ada orang di sana.

Pasti Charles.

Aku melihat ke bawah. Astaga, apa itu. Aku terkaget.

"Charles?"

Terlihat Charles dengan sibuknya membawa dan menggulung handukku. Handuk yang terlalu besar untuknya bahkan handuk tersebut terurai-urai sampai mengenai lantai. Astaga Charles.

"Kaka ! Sekolah !"

Charles memberikan handuk itu.

"Ah ya Charles terima kasih. Tapi, kaka butuh tidur ini masih malam."

"Tidak ! Nanti terlambat. Kaka sekolah."

Terlambat?

Aku melihat ke arah jam.

Pukul 5.00

Astaga. Ini sudah pagi ? Dan.. aku belum tidur sama sekali ?

---

Akhirnya pulang sekolah tiba. Jantungku terasa berdetak lebih cepat. Entah apa yang kurasakan. Rasanya.. takut.

Aku berjalan dengan kado yang kubuat semalaman di tanganku.

Aku berjalan menuju halte bus. Jarak dari sekolahku dengan sekolah Albertha memang jauh. Sama seperti dari sekolah ke rumah Aaron.

Aku menunggu bus datang. Aku melihat ke bawah. Sebuah bayangan berada di belakangku. Bayangan itu. Aku kenal bayangan itu.

Aku membalikkan badanku. Benar saja. Dia orangnya.

"Mike?"

"Hey untuk apa kau menunggu di halte seperti ini. Rumahmu sangat dekat dan biasanya kau berjalan kaki hm. Ini bukan arah menuju rumahmu."

"Aku hanya ada perlu sedikit."

"Kalau begitu aku ikut."

"Apa?! Hhmm maksudku, tidak perlu."

"Kenapa?"

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri."

"Tapi feelingku berkata lain."

Bus pun datang. Aku langsung masuk ke dalam dan mencari tempat duduk.

"Hey Mike mengapa kau mengikutiku?"

Mike duduk di sampingku.

"Entahlah aku hanya mengikuti feelingku saja."

"Astaga.. sudahlah aku bisa sendiri. Kau pulanglah."

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang