Mike terus menarik tanganku. Entah dia akan membawaku kemana.
"Mike aku sungguh tidak mengerti apa yang kau lakukan."
Mike hanya diam dan tetap berjalan dengan cepat.
"Mike !"
"Kau dengar aku?"
"Astaga. Kau mengguyur seragam olahragamu sendiri dengan air lalu sekarang kau membawaku seperti ini. Sungguh, apa yang sebenarnya.."
Tiba-tiba Mike membalikkan badannya. Aku terkaget. Aku dan dia hanya berjarak beberapa milimeter. Dia mendekatkan wajahnya padaku.
Astaga. Perasaan apa ini. Mengapa jantungku rasanya berdetak lebih cepat dari biasanya.
Wajahnya semakin dekat.
"Hhmm.. Mike?" kataku.
Tapi dia tidak menghiraukanku. Wajahnya terus mendekati wajahku.
Aku menutup mataku.
Astaga. Tolong aku.
"Stop bertanya dan menjadi orang yang menyebalkan." bisiknya.
Aku langsung membuka mataku. Apa?
Dia kembali menarik tanganku. Apa yang baru saja terjadi?
---
Aku sampai di lapangan olahraga.
"Mike, aku harus bilang apa ? Konyol kan kalau alasannya karena seragamku basah entah darimana."
Mike tidak menjawab. Dia menggenggam tanganku lebih kencang lalu menarikku ke Pa Billy, guru olahraga kami.
"Kalian sudah terlambat masih juga belum berganti pakaian?!"
Aku hanya menunduk.
"Maaf pa tapi seragam kami basah." kata Mike
"Mana buktinya?"
"Ini pa.." Mike menyodorkan seragam kami yang basah.
"Kenapa bisa basah bersamaan? Apa ini hanya alasan kalian?"
"Tidak pa."
"Lari keliling lapangan outdoor 30 kali setelah itu sehabis pelajaran menghadap bapa."
Pa billy pergi meninggalkan kami.
Aku hanya diam.
"Ayo." kata Mike.
"Kemana?"
Mike memutar bola matanya.
"Lapangan outdoor." jawabnya sambil pergi.
Aku dari belakang mengikutinya pergi ke lapangan outdoor.
###
"Aku masih tidak mengerti mengapa kau lakukan ini semua." kataku sambil berlari.
"Sudahlah. Berterima kasihlah padaku."
"Astaga, rasanya aku selalu harus berterima kasih padamu."
Mike hanya tertawa kecil.
"Saat yang kau mengantarku pulang saat itu."
"Aku tidak mengantarmu pulang."
"Ah ya apapun itu katamu."
"Berterima kasihlah kalau tidak ada aku, kau akan lari sendirian 30 keliling."
"Aku baru ingat, 30 keliling. Astaga, apa aku kuat? Saat masih SMP aku berlari 10 keliling saja rasanya seperti ingin mati."
"Itu hanya karena kau tidak terbiasa berlari."
"Ah ya mungkin itu benar."
"Tenanglah kita berlari pelan-pelan saja."
"Hhmm.. Maaf karena aku, kau harus ikut dihukum seperti ini. Padahal aku tahu, olahraga adalah pelajaran yang tidak mungkin kau lewatkan. Itu pelajaran favoritmu kan."
"Tak apa. Aku sudah biasa berlari seperti ini."
"Ah ya aku lupa kau mengikuti ekskul dan club basket."
Aku dan Mike terus berlari. Baru 15 keliling. Aku merasa tidak sanggup.
Aku pun duduk. Mike pun berhenti dan melihat ke arahku.
"Tidak apa-apa Mike kau larilah supaya hukumanmu cepat selesai."
"Aku memulai hukuman ini bersamamu. Aku harus mengakhirinya juga bersamamu."
Entah mengapa tapi aku merasa pipinya memanas.
Mike pun ikut duduk di depanku.
"Kau tahu, aku baru menyadari bahwa kau memiliki pipi yang chubby."
"Apa?"
"Chubby seperti bapao." katanya sambil tertawa.
"Jidatmu besar."
"Apa?"
"Ya besar sebesar lapangan ini." dia tertawa lagi.
"Hei jangan menertawakanku seperti itu."
"Ayolah aku baru saja menyadarinya." katanya sambil terus tertawa.
"Tubuhmu." katanya tiba-tiba.
"Apa? Ada apa dengan tubuhku?"
"Kau tahu, kau terlalu kurus."
"Apa?! Jadi kau mau aku menjadi gendut?!"
"Gendut dengan pipi chubby dan jidat besar." katanya sambil memperagakan semuanya itu sambil tertawa.
Dia pun berdiri. Aku berdiri dan siap mengejarnya. Dia pun berlari.
"Hey ! Jangan lari ! Awas kau jika tertangkap !"
Kami berlari sambil tertawa.
"Mike kau tahu, kau terlalu putih seperti vampire. Sangat tinggi seperti tiang bendera !" kataku sambil tertawa.
"Setidaknya aku tampan !" jawabnya sambil tertawa.
"Tampan? Apa katamu tampan?" aku pun tertawa lepas.
"Iya akuilah."
"Tidak !"
"Kalau kau tidak berhasil menangkapku, kau harus mengakuinya."
"Aku akan menangkapmu tenanglah."
"Buktikan nyonya jidat besar." katanya sambil tertawa.
"Hey !" aku pun tertawa.
Setelah lama berlari. Akhirnya dia memperlambat larinya. Ini kesempatanku. Aku berlari semakin kencang. Dan...
Hap ! Aku mengangkap tangannya.
Aku memejamkan mataku dan berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Astaga lelah sekali, sangat lelah. Nafasku tidak terkendali.
Setelah merasa lebih baik, aku membuka mataku. Aku melihat Mike sedang menatapku. Tanganku masih memegang erat tangannya.
"Kau tahu, kita sudah menyelesaikan 30 keliling." katanya sambil tersenyum.
Benarkah? 30 keliling?
"Dan kau tahu Mike, aku berhasil menangkapmu."
"Kau menangkapku atau tidak, aku tetaplah tampan."
Aku memutar bola mataku lalu tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
Teen FictionHarapan. Itu yang membuat kita kuat dalam cinta. Harapan. Itu yang membuat kita bersemangat mengejarnya. Tapi, bagaimana jika harapan yang kita buat itu salah?