*CHARLOTTE POV*
Aku membuka mataku. Kepalaku terasa berat.
Aku melihat langit-langit.
Apa? Ini kan langit-langit kamarku.
Aku langsung bangun.
"Aduh..." kataku sambil memegang kepalaku yang terasa sakit dan berat.
Kenapa aku bisa sampai di kamar sendiri?
Aku mencoba mengingat-ingat kejadian kemarin
Kado.. sudah kuberikan. Lalu aku berlari. Taman Dandelion. Bayangan itu..
Aku menangis dan...
Astaga.
Aku langsung bangun dan berjalan ke lantai bawah.
Di sana sudah ada mom. Dad sudah pergi bekerja.
"Hai sayang, tidurmu nyenyak?"
"Hhmm iya mom."
Jujur, aku tidak pernah tidur senyenyak itu. Aku tidak pernah tidur sepulas dan setenang itu sebelumnya.
"Kau tahu, kemarin 2 orang laki-laki mengantarmu pulang."
"Apa?"
"Iya, apa mereka pacarmu? Astaga. Kau harus memilih salah satu sayang."
"Tidak mom. Aku bahkan tidak memiliki pacar."
"Kau sangat beruntung. Mereka berdua sangatlah tampan."
"Mereka? Siapa mom?"
"Hhmm.. mom lupa siapa nama mereka."
Salah satu dari mereka pasti Mike. Aku yakin. Tapi, 1 lagi siapa?
"Mereka sangat tampan sayang. Sama seperti dad saat muda."
"Charles lebih tampan." Charles tiba-tiba menyeletuk saat bermain mobil-mobilan.
Aku dan mom hanya diam terkaget. Astaga Charles kau sangat lucu.
"Ah iya tentu Charles adalah anak tertampan di dunia."
Senyum Charles mengembang sehingga pipi chubbynya ikut naik. Astaga lucunya.
---
Aku berjalan menuju meja belajarku sambil menggosok-gosok rambutku yang basah dengan handuk.
Tiba-tiba mataku mengarah pada sebuah benda. Flashdisk.
Ah ya aku lupa.
Aku langsung mengambilnya dan menyambungkannya ke laptopku.
Aku penasaran. Sangat penasaran.
Astaga. Tidak mungkin. Tidak. Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat.
Aku langsung mengambil handphoneku dan mengirim pesan dan berjalan keluar rumah.
"Mau kemana sayang?" Tanya mom.
"Ada sedikit keperluan mom." Aku pun melangkah pergi.
---
"Ada apa Charlotte?"
Ah orang yang kutunggu datang.
"Duduklah." jawabku tersenyum.
"Ada apa? Tiba-tiba kau meneleponku."
"Mengapa kau melakukan itu?"
"Apa?"
Aku menatap orang di hadapanku. Aku tidak percaya dan kecewa. Benar-benar kecewa. Karena orang itu adalah...
Vero.
"Mengapa kau melakukan itu pada Stefany?"
"Charlotte kau.."
"Hhmm." Aku mengiyakan sambil tersenyum. Aku mencoba membasahi tenggorokanku yang kering dan sedikit tercekat.
"Aku tahu semuanya." Lanjutku.
"Aku.. baiklah. Aku akan jujur."
"Sebenarnya, memang aku yang melakukannya. Saus tomat itu, aku mengoleskannya di mejamu. Kau pasti heran, aku benci saus tomat tapi aku melakukan itu. Aku memakai masker saat melakukannya. Sebenarnya, aku tidak membawa masker setiap hari. Aku hanya membawanya saat itu saja."
Aku ingat. Saat itu..
"Aku selalu bawa masker di tasku. Tenang saja."
Kalimat itu yang dulu keluar dari mulutnya.
"Dan surat itu.. aku yang menaruhnya. Aku sengaja menaruhnya juga di dalam lokerku agar tidak ada yang curiga bahwa aku yang melakukan itu."
Aku ingat kejadian itu.
Kecewa. Aku sangat kecewa. Sahabatku melakukan itu.
"Lalu.. seragam olahragamu. Aku yang melakukan itu."
"Tapi.. mengapa kau melakukan itu?" Terdengar suaraku sedikit serak.
"Maaf Charlotte. Maaf."
Aku menatapku dalam.
"Aku menyukai Mike."
DEG.
Kalimat itu. Entah mengapa rasanya hatiku sakit. Sesuatu menghantam dadaku.
"Maaf.."
Aku tersenyum. Senyuman itu palsu. Aku mencoba mengendalikan diriku. Mencari kata-kata yang tepat. Tapi tak satupun kata yang keluar dari mulutku.
"Aku tidak akan memberitahukan ini semua pada orang lain. Asalkan kau meminta maaf pada Stefany."
Hanya itu. Hanya itu yang keluar dari bibirku.
"Terima kasih Charlotte. Kau selalu baik padaku. Maaf aku telah jahat padamu."
Aku hanya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
Teen FictionHarapan. Itu yang membuat kita kuat dalam cinta. Harapan. Itu yang membuat kita bersemangat mengejarnya. Tapi, bagaimana jika harapan yang kita buat itu salah?