Aku melihat keluar jendela kamarku. Cuaca sore ini cukup baik. Aku pun bergegas membawa handphone dan novelku dan turun ke lantai bawah.
"Mau kemana sayang?"
"Ah mom. Aku mau keluar sebentar mencari suasana baru."
"Jangan terlalu lama, sebentar lagi dad pulang."
"Siap mom."
Aku memakai sendalku dan membuka pintu.
"Aku pergi mom."
Terdengar samar olehku mom berkata "ya".
Aku berjalan menuju taman komplek rumahku. Letaknya tidak jauh.
Akhirnya aku sampai. Aku melihat ada dua buah ayunan disana. Aku pun duduk di salah satu ayunan itu, menaruh novel dan handphoneku di ayunan satu lagi.
Aku mulai menggerakkan ayunanku. Tiba-tiba pikiranku melayang.
Saat itu aku sedang duduk di ayunan di taman komplek rumah lamaku. Saat itu, kakiku masih belum sampai ke tanah. Dengan susah payah aku menggerakan ayunan itu.
"Mau seberapa tinggi nyonya?"
Tian. Aku kaget melihatnya tiba-tiba berada di belakangku.
"Tinggi sampai ke awan !" Teriakku sambil mengacungkan tanganku menunjuk awan.
Semua tawa dan keseruan. Aku masih ingat itu.
"Tinggi sampai ke awan." Aku berbicara pelan. Tak kusadari air mataku jatuh.
"Tinggi sampai ke awan." Kataku lagi.
Tingtong
Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Ternyata group the accidently.
Amora : lusa ulangan kimia, belajar bareng yuk.
Blenda : kapan?
Amora : besok lah. Ulangannya kan lusa.
Vero : ayo ayo. Dimana?
Aaron : gimana kalo di cafe dekat rumahku.
Mike : jauh banget.
Aaron : hehe iya. Pakai mobilku aja ke sananya.
Charlotte : pulang sekolah?
Aaron : iya. Mau?
Vero : ayo deh.
Blenda : aku bisa ikut
Charlotte : aku juga
Amora : aku juga ikut
Aaron : Mike?
Mike : ayo deh.
Aaron : sip semua ikut ya.
Aku mematikan handphoneku dan melihat ke langit. Sudah mulai gelap. Aku pun bergegas pulang ke rumah
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
Teen FictionHarapan. Itu yang membuat kita kuat dalam cinta. Harapan. Itu yang membuat kita bersemangat mengejarnya. Tapi, bagaimana jika harapan yang kita buat itu salah?