Aku berjalan masuk ke dalam kelas.
Hari ini sungguh hari yang sangat melelahkan bagiku. Rasanya tubuhku sangat lemas seperti tidak bernyawa.
Akhirnya aku sampai di mejaku. Ku lihat meja sebelahku, sebuah tas berwarna biru sudah tersimpan rapi di sana.
Aku heran. Vero biasanya memakai tas berwana hijau. Ah mungkin ini adalah tas barunya.
Bel pun berbunyi. Aku mempersiapkan diri untuk ulangan kimia hari ini.
Karena merasa sangat lemas, aku menyenderkan kepalaku di tembok sebelah kananku. Memang inilah enaknya duduk di paling belakang pojok. Aku memejamkan mataku.
"Baik anak-anak ulangan akan segera dimulai." kata Bu Jane.
"Vero apakah kamu..." kalimatku terhenti. Saat kulihat orang yang duduk di sebelahku ternyata bukanlah Vero.
Aku melihat ke sekeliling kelas untuk menemukan Vero.
Ternyata dia duduk bersama Amora. Di baris ketiga tepat di belakang Mike.
Aku hanya terdiam. Mengapa dia pindah?
"Hmm.. Charlotte, kau pasti kaget mengapa aku jadi duduk di sebelahmu. Jika kamu tidak merasa nyaman, aku akan pindah. Tak apa." katanya.
"Ah tidak. Aku lebih suka duduk berdua daripada sendirian. Hhmm.. Kau.. Hhmm.. Stefany kan?" aku mencoba mengingat namanya.
"Ya. Kau ingat namaku?"
"Yeah walaupun harus kuingat-ingat dulu tadi."
"Tidak apa."
Aku dan stefany pun tertawa bersama.
"Baiklah soal akan ibu bagikan sekarang."
Aku dan stefany saling tersenyum.
"Good luck." katanya.
"Kau juga." balasku.
---
Bel istirahat berbunyi. Aku berniat untuk menghampiri Vero.
"Vero,bagaimana.."
Aku tidak melanjutkan kalimatku ketika melihat Vero yang memutar bola matanya dan sedikit memalingkan wajah. Ada apa dengannya?
"Oh hai Charlotte, bagaimana ulanganmu? Kau bisa mengerjakannya kan?" tanya Amora.
"Ya lumayan walau ada beberapa yang memusingkan."
Vero langsung menarik tangan Amora keluar kelas
"Hebat semoga hasilmu baik." kata Amora sambil sedikit berteriak.
Aku hanya tersenyum lalu menunduk. Ada apa dengan Vero?
###
Bel pulang sekolah berbunyi. Semua siswa berlarian keluar. Hanya aku sendiri di kelas. Seperti biasa aku mengerjakan PR untuk besok di sekolah. Bagiku, rumah adalah tempat umtuk bersantai tanpa beban pelajaran.
Setelah sekitar satu jam, aku akhirnya selesai mengerjakam PRku. Aku pun keluar kelas. Entah mengapa, aku melangkah menuju taman belakang sekolah. Tempatnya sepi, sangat sepi. Jarang sekali ada murid yang datang ke sini. Mereka lebih suka tempat ramai, aku sebaliknya.
Aku duduk di kursi taman itu. Sore ini cuacanya bagus. Aku pun merasa ingin bernyanyi.
put your make up on
Get your nails done
Curl your hair
Run the extra mile
Keep it slim
So they like you. Do they like you?You don't have try so hard
You don't have to give it all away
You just have to get up get up get up get up
You don't have to change a single thingYou don't have to try try try try
You don't have to try try try try
You don't have to try try try try
You don't have to try
You don't have to try..Aku menyanyikan lagu Try-Colbie Caillat. Tiba-tiba..
"Aduh!"
Sebuah kertas yang sudah diremas jatuh ke atas kepalaku. Aku mengambilnya.
Astaga. Siapa yang melakukannya. Aku melihat ke atas.
"Hai."
Aaron. Dia berkata hai sambil menunjukkam deretan gigi putihnya.
Aku menaikkan satu alisku sambil menatapnya.
"Baiklah. Baiklah. Jangan menatapku seperti itu."
Aku terus menatapnya seperti itu.
"Astaga. Baiklah. Aku yang turun atau kau yang naik?"
Aku tidak menjawab dan tetap menatapnya seperti itu.
"Baiklah. Aku yang turun."
"Aku yang naik." jawabku.
"Aku turun dan kau naik. Jadi Charlotte, apa maksudmu?" tanyanya sambil bergurau.
Aku tertawa kecil.
"Kau diam di situ Aaron. Aku naik." kataku sambil meninggalkan taman dan naik ke lantai atas.
Aku kira sekolah ini tidak memiliki balkon untuk menyendiri. Ternyata ada di atas taman belakang.
Akhirnya aku sampai.
"Huh.. Aku tidak tahu ada tempat seperti ini di sekolah ini."
"ah ya kau harus menjelajahi sekolah ini lebih dalam."
"Hhmm.." aku mengiyakan.
"Jadi nona, mengapa anda terlihat sedih di bawah tadi. Apa karena Vero yang bertingkah aneh atau karena sesuatu terjadi di sekolah Albertha?"
Aku membelalakan mataku.
"Kau tau darimana semua itu?"
"Kau duduk di pojok kanan dan aku di pojok kiri. Jika kau bisa bersender pada tembok sebelah kananmu, maka aku bisa bersender pada tembok sebelah kiriku. Saat aku bersender, aku melihatmu seperti orang yang putus harapan. Sangat kasihan."
"Aku serius Aaron."
"Aku pun serius Charlotte."
"Tentang sekolah Albertha?"
"Ah itu. Kemarin setelah kau pulang, aku pun pamit karena ada janji dengan temanku di SMA Albertha. Tapi tiba-tiba aku melihatmu disana. Aku pun bersembunyi. Entah apa yang ada di pikiranmu tapi kau tahu, kau melihat ke arah lapangan dengan tatapan yang.. Ya begitulah. Tiba-tiba Mike datang. Aku melihat dia memegang dompetku di tangannya. Aku sadar bahwa dompetku ketinggalan di cafe itu. Akhirnya entah apa yang kau bicarakan dengannya, kau dan Mike pun pergi."
Aku hanya terdiam mendengar semuanya itu.
"Hey Charlotte. Aku tahu kau bosan mendengar cerita itu tapi jangan menunjukkam ekspresi seperti itu."
"Ah tidak. Maaf. Sudahlah lupakan itu tidak penting."
"Oke baiklah."
"Aku harus pulang Aaron."
"Perlu ku antar?"
"Tidak perlu. Rumahku dekat."
"Baiklah hati-hati Charlotte."
Aku pun tersenyum dan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
Teen FictionHarapan. Itu yang membuat kita kuat dalam cinta. Harapan. Itu yang membuat kita bersemangat mengejarnya. Tapi, bagaimana jika harapan yang kita buat itu salah?