"Untuk apa mengejar seseorang yang bahkan tidak pernah menginginkanku."
Kalimat itu kembali terngiang di telingaku.
"Setidaknya aku sudah memberikan yang terbaik untuknya."
Hal terbaik apa yang pernah aku berikan.
Tiba-tiba dukk...
"Maaf.." reflekku.
Aku melihat siapa yang tidak sengaja kutabrak.
Louisa.
Dia melihatku dengan tatapan yang sulit ditebak.
Louisa. Dia adalah sahabatku. Walaupun sekarang aku dan dia sudah tidak dekat, tapi tetap saja dia adalah sahabat terbaikku.
Saat dia hendak pergi, aku menahan tangannya. Dia menatapku.
"Aku ingin bicara." Kataku sambil tersenyum.
Kami duduk di bangku taman. Aku mentraktirnya es krim vanila oreo agar tidak canggung.
"Bagaimana kabarmu?"
Aku memulai pembicaraan.
"Baik. dan kau?"
"Baik juga. Kau tahu, sudah lama kita tidak menghabiskan waktu berdua."
"Hhmm." Dia mengiyakan.
"Bagaimana hubunganmu? Baik-baik saja kan?"
Bodoh. Mengapa pertanyaan itu keluar dari mulutku.
"Baik. Sangat baik."
"Baguslah." Jawabku.
Hatiku terasa sedikit sakit.
"Kau masih.. mencintainya?"
Pertanyaan itu. Pertanyaan yang kutakuti selama ini. Bahkan aku tidak tahu harus menjawab apa. Rasanya tenggorokan ini tercekang saat ingin menjawabnya.
Aku hanya diam. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku. Rasanya mulut ini membisu sejenak.
"Charlotte.." panggilnya.
Aku menatapnya dengan senyuman. Senyuman palsu.
"Hm?" Tanyaku.
"Aku punya satu permohonan."
"Apa itu?"
"Tolong, lepaskan Tian.."
Kalimat itu terasa menghantam hatiku. Rasanya berat.
Louisa, andai kau tahu, selama ini aku selalu berusaha melepaskannya. Tapi maaf, aku belum bisa.
"Dia sudah bahagia bersama orang lain. Maksudku, dia sudah bahagia bersamaku."
DEG.
"Aku akan menjaganya. Kau tidak perlu khawatir. Aku tidak ingin kau terus menerus tenggelam dalam masa lalumu."
Rasanya air mataku akan jatuh. Tidak. Aku harus menahannya.
"Aku harus pergi. Terima kasih untuk es krimnya."
Dia pun pergi meninggalkanku sendiri.
Rasanya air mata ini sudah tidak dapat dibendung lagi.
Bodoh. Aku memang bodoh.
Louisa adalah sahabat yang sudah kuanggap sebagai adikku sendiri. Sifatnya memang kekanakan tapi dia sangat lucu.
Dia yang selalu berhasil menghiburku.
Mungkin memang sudah saatnya aku melepaskan Tian. Membiarkan dia bebas.
Tapi sebelumnya, aku akan memberikan hal yang terbaik untuknya.
Ah ya, 3 hari lagi Tian berulang tahun. Aku akan memberikan sesuatu. My last gift.
"Untuk apa mengejar seseorang yang bahkan tidak pernah menginginkanku."
Ya. Itu benar. Sangat benar.
![](https://img.wattpad.com/cover/52568193-288-k593417.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
Teen FictionHarapan. Itu yang membuat kita kuat dalam cinta. Harapan. Itu yang membuat kita bersemangat mengejarnya. Tapi, bagaimana jika harapan yang kita buat itu salah?