"Mom, dad, Charles aku pergi ya !"
Aku menutup pintu rumahku.
Aku berjalan menuju sekolah. Kakiku sudah lumayan baikan. Setidaknya sudah tidak sesakit kemarin.
Tas bawaanku juga ringan hari ini jadi tidak menjadi beban untukku. Hari ini, tidak ada kegiatan belajar dan mengajar (KBM) karena hari ini diadakan pertandingan persahabatan basket antara sekolah Bethania dan sekolah Albertha.
Perwakilan dari sekolahku tentunya adalah orang-orang yang mengikuti ekskul basket. Seperti Ka Petra, Dion, Aaron, Mike, dan lain-lain.
Astaga, Mike ikut pertandingan basket? Setelah kemarin..
Aku mempercepat langkahku. Bahkan bisa dibilang aku ini berlari.
Akhirnya aku sampai di depan gerbang sekolah. Aku langsung menuju pinggir lapangan.
Astaga... Mike dimana. Tiba-tiba seseorang menutup mataku.
"Hey siapa ini?"
Orang itu melepaskan tangannya. Aku membuka mataku sambil mengedip-ngedipkannya agar bisa melihat dengan jelas.
"Aaron?"
"Ada apa kau ke sini babi kecil?
Pertandingan akan segera dimulai.""Aku hanya ada perlu sedikit."
Prittttt..
Suara tiupan peluit sang wasit berbunyi. Pertanda pertandingan akan dimulai.
Aaron masih menatapku.
"Ah sudahlah. Good luck." kataku.
"Terima kasih babi kecil." jawab Aaron sambil mengacak-ngacak rambutku.
Aku pun mencari tempat duduk untuk menonton pertandingan.
"Charlotte !" aku mencari sumber suara itu.
Ternyata suara Yasmine yang duduk di sebelah Amora dan Vero. Dia melambaikan tangannya padaku.
Aku berjalan menuju tempat mereka duduk. Lalu aku duduk di sebelah Vero.
Vero tidak menoleh sedikit pun padaku. Ah mungkin dia sedang asyik menonton pertandingan.
"Eh itu lihat perwakilan dari sekolah kita masuk ke lapangan."
Suara teriakan dan semangat memenuhi seisi lapangan.
"Mike !!!!" Vero berteriak kencang.
Aku melihat ke arah lapangan. Mike memakai seragam basketnya dan terlihat sangat tampan. Dari fisiknya sih dia terlihat baik-baik saja. Aku menjadi sedikit lega.
"Eh Ver, lihat deh perwakilan dari sekolah Albertha yang memakai handband putih itu. Laki-laki yang paling tinggi itu. Gila, tampan sekali."
Aku mencari-cari sesosok laki-laki yang diceritakan Amora.
Tiba-tiba jantungku berdetak sangat kencang. Tidak mungkin, itu Christian. Tidak mungkin.
Aku melihat nomor punggungnya. Nomor 8 dengan tulisan "Christian" di atasnya.
Entah kenapa aku merasa sedikit sesak. Rasanya lapangan ini begitu pengap dan aku merasa butuh oksigen lebih banyak.
Handband yang dipakainya adalah pemberian dariku, waktu ulang tahunnya 3 tahun lalu.
Waktu itu...
"Tian.. Hhmm.. Ini.. Selamat ulang tahun ti..an"
Aku menyerahkan sebuah box kado berwarna biru, karena warna kesukaannya adalah biru. Gugup. Aku sangat gugup.
"Astaga.. Kenapa harus malu-malu gitu sih?" katanya sambil mengacak-ngacak rambutku.
Aku hanya diam sambil menunduk dan menahan detakan jantung yang tidak karuan ini.
"Iya deh, terima kasih ya." katanya sambil menerima kadoku.
"Oke mari kita lihat apa isinya." katanya sambil melihatku.
Dia membuka kado itu. Sebuah handband putih tersimpan rapi di dalam.
Dia menatapku lalu tersenyum.
Aku merasakan pipiku memanas. Entah kenapa tapibaku benar-benar merasa malu tak karuan. Aku pun bergegas pergi. Tapi tangannya menahanku.
"Terima kasih ya. Aku suka."
Astaga, aku benar-benar tidak bisa menahan rasa aneh di hatiku ini. Rasanya bahagia, sangat bahagia.
"Mike !"
Vero tiba-tiba berteriak histeris membuyarkan lamunanku
Aku langsung melihat ke arah lapangan. Para pemain sedang mengerumuni sesuatu. Astaga, apa itu Mike?
Aku langsung bangkit berdiri dan hendak berlari ke lapangan. Tapi Vero mendorongku sehingga aku kembali duduk di tempatku. Vero lari ke lapangan.
Aku diam dan melongo. Ah mungkin Vero hanya khawatir. Aku pun langsung bangkit dan berlari menuju lapangan.
"Bawa ke UKS cepat !" kata pa Billy.
Vero sudah menembus kerumunan itu. Aku pun berusaha menembus kerumunan tersebut.
"Pa, biar saya yang jaga Mike di UKS."
"Baiklah Vero bapa percayakan Mike kepadamu, yang lain kembali bertanding. Arthur ! Kamu main !" pa Billy menunjuk Arthur yang duduk di bangku cadangan.
Kerumunan itu pun bubar satu-persatu. Aku hanya diam. Perasaanku campur aduk. Entah mengapa tapi aku merasa kakiku lemas.
Aku melihat ke arah kanan. Aaron berdiri di sana. Dia memandangku. Entah apa arti tatapannya itu. Kami bertatapan cukup lama. Aku menundukkan kepalaku lalu pergi ke arah UKS.
___Aku berjalan menuju UKS. Perasaanku masih campur aduk. Aku mengintip lewat pintu UKS. Terdengar Mike sesekali mengaduh kesakitan. Aku masuk ke dalam.
"Charlotte ! Untuk apa kau ke sini?!"
Aku melihat Mike yang masih terus mengaduh kesakitan.
"Aku.."
"Sudah cepat panggil pa Erland !"
Aku langsung mengangguk dan keluar dari UKS. Berlari menuju ruang guru mencari Pa Erland. Pa Erland adalah guru olahraga kelas 11.
Astaga.. Apa semua ini salahku?

KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
Teen FictionHarapan. Itu yang membuat kita kuat dalam cinta. Harapan. Itu yang membuat kita bersemangat mengejarnya. Tapi, bagaimana jika harapan yang kita buat itu salah?