-AARON POV-
Apa benar Charlotte sudah ada janji dengan Mike?
Aku terus menerus berpikir tentang itu.
"Hey Ron ! Oper bolanya !"
Aku mengoper bola basket ditanganku pada Leon. Dan...
Bukk !
"Aduh !" Reflek Leon.
Ternyata bula yang kulepar melayang tepat di wajah Leon.
"Hey ! Ada apa denganmu? Oper yang benar !"
"Maaf.." kataku.
Aku terus bermain basket tapi pikiranku melayang entah kemana. Rasanya.. aneh.
"Ron tangkap !"
Aku mendengar suara itu.
Bukk !
Bola basket yang dilempar keras melayang tepat di kepalaku dan aku pun terjatuh.
"Ron, kau tak apa-apa?"
Semua anak yang sedang bermain basket mengerumuniku.
"Dahimu.. memar."
Aku memegang dahiku dan itu terasa sakit.
"Kau terlihat tidak sehat hari ini."
"Iya, ada apa ron?"
Mereka bergantian bertanya.
"Aku baik-baik saja." Jawabku acuh tak acuh lalu berdiri.
"Ayo main lagi." Sahutku.
Kami pun melanjutkan permainan.
Aku lagi dan lagi melakukan kesalahan.
"Ron, beneran ga apa apa?"
Aku mengangguk.
Namun, lagi dan lagi aku melakukan kesalahan. Sampai akhirnya..
bukk !
"Aaron !"
Aku jatuh terpengkal.
"Aaron kau baik-baik saja?"
Aku mengangguk. Tapi aku merasakan sakit di kakiku. Astaga.
"Sudah-sudah. Kita akhiri latihan hari ini."
Aku berdiri dan berjalan ke pinggir lapangan.
"Ron, kau benar tidak apa-apa? Jalanmu pincang kau tahu."
Aku mengangkat jempolku ke atas, kode bahwa aku baik-baik saja. Lalu berjalan keluar sekolah.
Mengapa hari ini begitu kacau.
---
Hari sudah mulai gelap.
Aku berjalan menuju halte bus.
Tapi pikiran dan hatiku tetap tidak tenang.
Akhirnya aku pun berjalan menuju rumah Charlotte.
"Aw.."
Haruskah aku cidera pada saat yang seperti ini(?)
Aku terus berjalan walau itu sakit.
Dan akhirnya sampailah aku di depan rumah Charlotte.
tokk.. tokk.. tokk
Pintu pun terbuka.
"Permisi tante."
"Kamu temannya Charlotte yang waktu itu datang kemari kan? Hhmm kamu itu.. Aaron kan?"
"Iya tante. Charlotte nya ada?"
"Wah.. belum pulang. Ayo masuk tante bikinin minum."
"Ga perlu repot-repot tante. Saya buru-buru juga."
"Baiklah kalau begitu."
"Iya, saya permisi tante."
"Iya hati-hati ya ron."
Aku tersenyum dan melangkah pergi.
Tapi hatiku benar-benar tidak tenang.
Aku pun memutuskan untuk menunggu.
---
3 jam kemudian..
Duarr ! Duarr !
Suara gemuruh mulai terdengar.
Tetes demi tetes hujan mulai berjatuhan.
Aku berteduh di depan sebuah pos satpam.
Pikiranku berkata bahwa untuk apa aku menunggu.
Tetapi hatiku.. berkata bahwa aku harus menunggunya.
"Aw.." reflekku saat setetes air hujan jatuh mengenai dahiku yang memar.
Aku harus menunggunya.
---
Hujan mulai reda.
Dari kejauhan aku melihat sesosok orang yang kutunggu.
Tapi.. dia tidak sendirian.
Aku lega, hari sudah sangat malam tapi perempuan yang kutunggu tidak sendirian. Dia bersama orang lain yang menjaganya. Walaupun orang itu bukan aku, tapi aku lega.
"Aaron?" Tanyanya.
Aku pun berdiri. Rasanya tubuhku menggigil tak karuan.
"Kau.. untuk apa di sini?"
"Menunggumu."
"Hey, kau tahu kan bahwa Charlotte sudah ada janji denganku." Kata Mike.
Aku tersenyum.
"Mike, kau pulanglah."
Mike melihat ke arah Charlotte dan ke arahku.
"Baiklah.." katanya lalu melangkah pergi.
"Kalau kau butuh sesuatu, datanglah ke rumahku. Tak jauh dari sini." Katanya padaku sambil tersenyum lalu pergi.
Mike. Benar-benar sahabat yang baik. Bahkan.. dia tidak marah aku menunggu Charlotte.
"Kau juga Aaron. Pulanglah. Rumahmu sangat jauh dari sini dan.. hey... dahimu.."
Aku langsung menutupi dahiku.
"Itu.. kenapa? Dahimu terluka."
"Tidak apa-apa. Hanya terkena bola basket."
"Astaga.. lain kali berhati-hatilah. Pulanglah, sudah malam."
"Kau masuk duluan saja. Aku akan pulang setelah melihatmu masuk ke dalam rumahmu."
"Baiklah." Jawabnya sambil tersenyum.
Dia pun melangkah masuk ke dalam. Aku lega sekarang.
Aku pun melangkah pergi.
Tiba-tiba aku merasa seseorang menahan tanganku.
Perlahan aku membalikkan badanku dan..
Charlotte. Ada di hadapanku sekarang.
Dia menatapku dan meraih tanganku.
Dia menaruh sebuah plester di tanganku dan tersenyum lalu kembali masuk ke dalam.
Aku menatap plester di tanganku.
Seandainya plester ini bisa mengobati hatiku...

KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
أدب المراهقينHarapan. Itu yang membuat kita kuat dalam cinta. Harapan. Itu yang membuat kita bersemangat mengejarnya. Tapi, bagaimana jika harapan yang kita buat itu salah?