Hurt

2.5K 178 0
                                    

*AARON POV*

Aku turun dari mobilku.

Rumah.

Jujur, aku benci tempat ini. Tapi tidak mungkin juga kan aku menginap di sekolah.

Aku masuk ke dalam.

Tiba-tiba aku melihat papa sedang duduk di ruang tamu.

"Papa?"

Aku kaget melihatnya. Tumben sekali papa pulang.

"Aaron, ada yang harus papa bicarakan denganmu."

Aku duduk di hadapannya.

"Begini, kita akan pindah ke Jakarta."

"Apa? Kenapa?"

"Karena papa rasa lebih enak seperti itu. Kau akan bersekolah di sekolah yang papa pimpin."

"Apa?"

Aku tersenyum mengejek.

"Sekolah Athalion maksud papa?"

"Iya. Papa rasa papa tidak perlu bolak-balik keluar kota dan pulang lagi ke sini. Jika kita pindah, semua akan lebih mudah. Papa tidak perlu bolak-balik lagi."

"Aku tidak akan pindah. Biar papa saja. Aku tetap di sini."

Aku berdiri dan melangkahkan kakiku.

"Aaron ! Berhenti !"

Aku menghentikan langkahku. Jujur, aku benar-benar tidak mau pindah.

"Kita akan pindah minggu depan dan itu adalah perintah !"

Aku tidak peduli. Terserah papa.

Aku pergi keluar rumah, mencari udara segar.

Kakiku membawaku ke arah dimana taman dandelion itu berada.

Tiba-tiba langkahku terhenti.

Jantungku rasanya berhenti berdegup. Mataku menatap kejadian di hadapanku tanpa mengedip.

Charlotte. Perempuan yang kusukai. Menangis.

Rasanya hatiku ikut teriris melihatnya seperti itu.

Dan yang membuatku lebih teriris lagi adalah...

Dia menangis di pelukan seseorang. Mike.

Jujur aku sedikit lega karena ada orang yang berada di sampingnya saat dia menangis.

Sayangnya, orang itu bukan aku.

Aku ingin pergi. Tapi kakiku menolak untuk melangkah.

Selama beberapa menit aku hanya diam. Terpaku melihay semua yang ada di hadapanku.

Aku melihat Charlotte sudah sedikit tenang. Nafasnya sudah teratur. Tapi dia.. tidak bergerak.

Mike melihat perempuan di hadapannya. Dia tersenyum.

Astaga. Apa arti senyuman itu?

Sambil tangan kirinya masih membelai kepala Charlotte, tangan kanannya masuk ke dalam sakunya.

Mengambil handphonenya dan mengetik. Entah mengetik apa.

Tiba-tiba handphoneku bergetar. Reflek aku langsung mengeceknya. Dari Mike.

Bro, ke taman dandelion sekarang. Penting.

Mike memang tahu bahwa jarak rumahku sangat dengan taman dandelion.

Aku mengambil nafas dalam lalu membuangnya dan berjalan menuju mereka.

"Ada ap.."

"Ssttt..." dia memotong perkataanku.

"Boleh ku pinjam mobilmu?"

"Untuk apa?" Tanyaku.

"Mengantarnya pulang. Kau tahu, dia tertidur."

"Apa?"

Aku melihatnya dan mendekatkan wajahku ke arahnya. Benar, dia tertidur.

"Ah mengapa dia bisa tertidur." Kataku.

"Sudahlah. Boleh aku pinjam mobilmu?"

"Boleh saja, asal aku ikut mengantarnya."

"Apa?"

"Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja."

"Tentu dia akan baik-baik saja bersamaku."

"Ah ya..." aku mencari-cari alasan lain.

"Ya sudahlah kau boleh ikut."

Aku langsung tersenyum.

"Tunggu sebentar."

Aku pulang ke rumah untuk mengambil mobilku.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang