Chapter 5: First Time

730 57 0
                                    

Pekerjaan manager ternyata tidak semudah yang kukira. Aku harus menyiapkan semuanya. Maksudku semuanya. Dari mulai passport, izin orang tua, membeli tiket pesawat, belajar wilayah-wilayah yang akan kami datangi, memahami barang-barang yang akan mereka bawa, mengatur alat musik, menyuruh mereka untuk membereskan perlengkapan yang akan kami bawa, dan masih banyak lagi.

Aku berbaring lelah di kamarku. Ini adalah malam sebelum besok aku dan The Lads terbang ke Inggris. Tidak begitu sulit meminta izin orang tua dari mereka, mungkin karena mereka memang half-blood jadi mereka cukup di bebaskan oleh orang tua mereka.

El sangat senang ketika ia bisa kembali ke kampung halamannya itu. Ia bilang ia sangat merindukan neneknya yang sudah satu tahun tak ia kunjungi.

Anthon begitu excited karena menjadi musisi band adalah cita-citanya sejak dulu. Ia merasa beruntung mengenalku yang ternyata kakakku adalah Big Boss dari suatu perusahaan musik yang terkenal di seluruh dunia. Satu hal yang lucu, aku baru mengetahui pekerjaan kakak minggu lalu.

Berbeda dengan Day, dia tetap cuek. Walaupun aku sempat melihat kilasan bahagia pada matanya ketika Balqi menawarkan The Lads jadi pembuka konser sebuah band yang akan mendunia.

Sean begitu bahagia. By the way Sean memang paling kecil di antara kami. Ia begitu manja hingga aku harus mengurusi segala hal tentangnya sebelum kita pergi besok.

Untungnya semua pekerjaanku selesai. Walaupun semua itu selesai sekitar dua jam yang lalu dan itu membuat semua badanku remuk. Aku bahkan tak sempat membersihkan tubuhku dan langsung tertidur di kasur empukku.

. . .

"ADDSS!! WAKE UPPP!" Aku meloncat dari kasurku ketika mendengar teriakan yang sungguh memekakkan telinga.

Ketika berbalik aku melihat El, Anthon, Day, dan Sean sudah rapi dengan baju casual mereka yang menunjukkan mereka sudah siap terbang menuju London, Inggris.

"What time is it?" Entah kenapa kata-kata itu yang keluar dari mulutku.

"Nine o'clock and we already late, Mom!" kata Sean yang mulai menarikku bangun dan mendorongku menuju kamar mandi dan menutupnya.

"Cepat mandi, and we will wait you in the car, Adds!" kata Anthon kemudian diikuti langkah kaki dan terdengar suara pintu kamarku yang tertutup.

Ya. Karena ini penerbangan internasional maka kita harus ada di bandara maksimal 2 jam sebelum keberangkatan. Kita akan take off jam 12 siang, and now its 9 o'clock! You 're the best manager Adds!

Aku terburu buru membersihkan tubuhku kemudian berganti baju. Seluruh barang bawaanku memang sudah diangkut ke bandara oleh anak buah Balqi. Aku memakai bedakku tipis karena sejujurnya aku sangat menghindari make up. Lagi pula untuk apa aku memakai make up ketika aku tidak akan terkenal.

Aku setengah berlari membawa backpack ringanku. Aku memang tidak terbiasa dengan tas kecil atau tas selempang. I prefer backpack.

Ketika sampai di mobil, Asep langsung menancapkan gas menuju bandara. Di mobil tentu saja sudah ada The Lads.

"Argghh so tired!" keluhku.

"Ini belum apa-apa Miss Manager!" balas Day tanpa mengalihkan matanya dari PSP yang sedang ia mainkan.

Kita pun mulai mengobrol dan aku pun mengecek handphone-ku yang sejak kemarin tidak aku buka sama sekali karena terlalu sibuk.

Aku hanya melihat group chat dengan The Lads yang belum aku baca dan sebuah SMS dari Balqi. Aku pun membuka SMS dari Balqi dan membaca isinya.

Balqi: Sis, what is the name of the band? I need it for the promotion!

Oh my! Benar juga, kita belum memiliki nama.

"Guys, we need a name!" ucapku tiba-tiba yang membuat semua pekerjaan mereka terhenti.

. . .

(Un)Lucky Girl (REPUBLISHED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang