Chapter 11: Be Patient, Adds!

569 45 0
                                    

"Bal, why? In our plan we decided to have 2 tour bus, why now just 1 bus in the park land?" tanyaku geram setelah melihat sebuah tour bus di tempat parkir yang ukurannya dua kali lipat dari yang di rencanakan.

"Sorry, Adds. Zeyn meminta tour bus besar kemarin, dan aku enggak sempat ngasih tahu. So..."

"Whatever!" Aku meninggalkan kakak tersayangku dengan kejengkelan yang aku tutupi. Balqi tak boleh tahu tentang hal 'itu'.

Aku pun berjalan menghampiri The Lads.

"So?" tanya Sean yang tak sabar memasuki tour bus.

"Yes. We shared with them," kataku agak lemas.

Terlihat kebahagiaan di wajah El. Aku tahu, ia senang karena bisa lebih lama bersama Nick. Hubungannya dengan Nick sekarang sudah lebih dari sekedar teman. Tapi belum pacaran. Kalau didefinisikan mungkin akan cukup rumit.

Sean berlari memasuki tour bus disusul dengan The Lads yang lain dan aku di belakangnya.

Di dalam bus, SEG sudah bersantai dan siap menikmati perjalanan. Dassie sibuk di pantry kecil dalam bus. Ia membereskan bahan makanan. Aku yang melihat Dassie kesusahan mulai membantu ia membereskan pantry.

"Thanks, Adds! You know me so so so well. I hope the boys have the kind heart like you, but you know, boys always lazy to do thing that they don't like." Dassie mulai curhat tentang the boys atau aku menganggapnya the bullies.

"Oh, Das, same here. Even El was lazy too. Huh, I think she never thought that she was a girl," balasku mencoba mengobrol dengan Dassie.

"Hi, Das! And--" Suara yang muncul membuatku sedikit tegang. "And Addlyn," lanjutnya. Aku membalikkan tubuhku mencari orang yang berkata begitu. Sebenarnya aku sudah hafal suara itu. Suara yang tidak berubah sejak hampir dua tahun aku berusaha melupakannya. Anzac. He stands there with a lovely smirk that I hate.

"Zac! Don't just stand there. Look! I and Adds have many things to do. So, can you tell all of the people here to take care of their things by themself? And just tell the driver we can go now, cause we must arrived at the vanue in two hours," pinta Dassie yang mulai lelah dengan kelakuan the bullies.

"Kay, Das. I am here because I want to SEE a little mouse." Anzac pun pergi meninggalkan aku dan Dassie yang hampir menyelesaikan kegiatan membereskan pantry.

I know. He wants to see me. Terdengar agak besar kepala aku ini. Tapi itu pasti benar. Aku yakin mereka sudah memiliki rencana untuk membuatku tidak betah dalam tour ini.

Be patient Adds. For The Lads you must stay strong.

"So, Adds. Is your brother have a girlfriend?" Pertanyaan Dassie yang sontak membangunkanku dari lamunanku.

"Emmh..." Aku berpikir. Setahuku he never talked about a girl. "I don't know, Das. Cause he never tell me," jawabku dengan ragu-ragu. "Why?"

"Nothing," kata Dassie sambil menghela nafasnya. Terlihat pancaran mata yang sedikit kecewa dari matanya.

Oh my! I know for sure she likes him.

"I will try to help you, Das," ucapku sambil menyenggolnya.

"What for?" tanyanya yang mulai bingung.

"Your eyes tells me everything, Das, or maybe I must called you future Sis," godaku. Dassie hanya tersenyum malu hingga wajahnya memerah.

Setelah selesai membereskan pantry, aku mencari bunk tidurku. Aku melewati sisi-sisi yang dapat di sebut kumpulan bunk bed.

Aku melewati empat bunk pertama. Dua di antaranya kosong. Sedangkan duanya lagi telah terisi. Ada Ethan yang telah tertidur pulas yang bahkan mungkin apabila bom meledak di sini saat ini juga dia tetap tak akan bangun. Ada pula Zeyn yang sedang memainkan iPad-nya. Dengan penuh doa aku melewati Zeyn dengan harapan dia tidak menyadariku.

Namun semua itu sia-sia. Zeyn langsung menarik tanganku.

"Where are you going?" tanya Zeyn dengan memainkan bibirnya, yang membuatnya tampak sexy. Tapi tahu sendirilah aku tak akan terpesona.

"My bunk," jawabku singkat dan sinis.

"Oh, Babe. You change after one and a half year right?" ucap Zeyn. "Just stay at my bunk with me. I'll share my bunk just for you, Babe."

Hey! Dia mulai gila rupanya.

"You are crazy, Raymond," tolakku dengan memanggil nama belakang Zeyn.

"Oh-oh don't mad at me baby girl. Do you know? I always love you from 3 years ago until now," ucap Zeyn bangga namun terasa serius.

Lelucon yang kurang baik. Aku tak akan termakan ucapannya. Jujur saja aku sudah cukup kebal karena kata-kata "Love" itu sudah sering Zeyn gunakan sebelum mem-bully-ku.

"Sorry I don't have much time." Aku pun menarik lenganku yang ada di genggaman Zeyn. Namun, refleks Zeyn terlalu baik sehingga ia menarikku dan menjatuhkan aku di bunk-nya kemudian menindihku.

"Aw! It hurt you stupid! Let me go!" protesku penuh penekanan walaupun aku berbisik.

"No, no, no, babe. I already waiting for one and a half year and I don't wanna wait again," ungkapnya mendramatiskan.

Cup.

Mataku yang refleks terpejam langsung membelalak setelah sadar.

What the heck is that!

. . .

(Un)Lucky Girl (REPUBLISHED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang