Chapter 30: Airport!

391 34 0
                                    

"So take your seatbelt, Sean! Don't be so childish! Your mom will meet you in the airport," ucapku yang menenangkan Sean yang begitu merindukan kedua orang tuanya.

Untung saja sekarang kami sudah berada di pesawat dari Singapore dengan tujuan Jakarta.

"Balik lagi ke rumah padahal baru di tinggal seminggu. Haha," batinku tanpa sengaja.

"Galucu woy!"

"Ish... Nih orang enggak ada kerjaan banget sih bacain pikiran orang, aku saja jarang baca pikiran dia."

"Heh, ini itu magic tahu! Makannya gue lagi nge-explore kemampuan gue!"

"Serah lo deh!" ucapku pada Crown yang duduk di sebelah kananku.

"Ngomong sama siapa, Adds?" tanya Sean yang duduk di samping kiriku.

"With him," balasku malas sambil mengisyaratkan ke arah Crown.

Zeyn memandang ke arahku dan keheranan saat aku berbicara pada Sean karena kami menggunakan dua bahasa. Jika kau tanya dimana Zeyn duduk, ia duduk di sebelah kanan Crown.

"Harusnya aku duduk di tempat Crown, namun dengan sangat sengajanya dia merebut kursiku!"

"Boong ah lu mah!"

"Eh beneran ya, tadi siapa juga yang narik tangan gue kenceng banget sebelum gue duduk di situ?"

"Ish, gue lagi jalanin rencana tahu!"

"Ya gue sih gatau, apalagi lo enggak ngasih tahu."

Aku pun memutuskan untuk kembali tidur sambil menunggu sampai ke Indonesia.

. . .

The Lads yang baru keluar dari tempat imigrasi langsung melakukan hal-hal aneh. Sean mencium tanah, Anthon memeluk pilar, Day berbaring di depan longue, dan El langsung mencari warung gado-gado yang dikangeninya.

Apa yang aku lakukan? Aku menatap mereka dengan perasaan MALU! Gila saja itu Sean cium-cium tanah kotor, Ant peluk-peluk dinding, terus Day berbaring di depan longue, kan sebagai manager mereka aku malu. Kayak enggak pernah diajarkan bagaimana cara menjadi manusia normal. Masih mending El cuma menghilang gara-gara mencari toko gado-gado.

Dassie yang kebingungan dengan sikap The Lads pun bertanya kepadaku. "Are they okay?"

"I don't know. Maybe they have 'miss hometown syndrom'. But all people can call them crazy," jawabku.

"So what do we have to do for now?" tanya Dassie lagi.

Jika kalian tahu, kami mendarat di Jakarta tepat pukul 5 sore. Sudah dapat di pastikan para fans SEG sudah menunggu di bandara sehingga mereka masih di sembunyikan oleh pihak bandara.

Sedangkan The Lads yang statusnya belum cukup terkenal di perbolehkan keluar terlebih dahulu walaupun ada beberapa orang yang menyadari mereka. Namun, setelah itu orang-orang mulai menjauh karena kegilaan mereka.

"SEG will come out from the back of the airport. You will accompany them, and I will come out from the front of the airport so the fans will think that SEG will come out from there too, and you can go safely," jelasku kepada Dassie.

"Okay," balas Dassie yang berjalan menuju tempat persembunyian SEG.

"Sean, Ant, Day, udah ih, malu-maluin ah lo semua!" teriakku pada ketiga anak gila itu. Mereka menatapku dan tersenyum kemudian berjalan menghampiriku.

"Clov!" panggil seseorang dari belakangku.

"Tumben manggil," jawabku tanpa menoleh ke arah orang itu.

Ya, dia Crown. Siapa lagi?

"Pengen gado-gado," pintanya polos.

"Ih, anjir. Kalau mau gih sono beli! Ngapain bilang ke gue?!" Aku pun mendengus.

"Ga bawa cash gue. Terus tadi liat El bawa gado-gado kayaknya enak." Crown pun merajuk.

"Aku juga mau gado-gado, mom!" pinta Sean.

"Kayaknya gudeg enak, Adds!" tambah Anthon.

"Gue juga mau gudeg!" kata Day semangat.

"Lo pikir gue emak lo semua?! Beli sendiri!" ucapku kesal.

"Ish, lu mah gitu ah, Clov!"

"Beli sendiri woy! Lo kan banyak duit!"

"Clov." Crown memasang wajah ingin menangisnya.

"Jir! Dia mirip lo, Adds, kalo lagi kayak begitu!" ucap Anthon.

"Yaiyalah, kan gue kembarannya," balas Crown. "Eh, tapi lo semua jangan bilang ke pacarnya si Clover ya kalo gue kakaknya, bilang saja pacar barunya."

"Ish, gue udah bilang kali ke Zeyn kalo lo kakak gue!" kataku kesal.

"Tapi kan dia enggak percaya, Adds," tambah Sean.

"Gue cuma mau liat aja, seberapa serius dia sama kembaran gue. Rasanya ada hal yang kurang beres," selidik Crown.

"Emang apa yang enggak beres, Dlan?" tanya El yang tiba-tiba datang sambil bawa gado-gado yang sudah dimakan separuhnya.

"Jir ternyata benar juga Crown, keliatan enak tuh gado-gado. Harusnya gue tadi ikut El deh beli gado-gado."

"Kata gue juga apa?! Lo mah enggak percayaan ah sama gue!"

"Guys, gue beli gado-gado dulu deh, kayaknya enak liat yang El," pamitku kepada The Lads + Crown. "Kalian ke mobil depan aja, udah ada Pa Asep menjemput. Masuk duluan aja, nanti gue nyusul."

"Gue ikut lo aja, Clov!" susul Crown yang berpisah dari The Lads.

Aku dan Crown pun berjalan menuju sebuah warung gado-gado yang cukup penuh di tengah kantin airport.

"Bu, gado-gado nya lima ya!" teriak Crown kepada ibu-ibu penjual gado-gado.

"Ish, lu mah ngabisin uang gue aja! Maruk banget!" kesalku.

"Ih, jadi orang tuh enggak boleh pelit, lagian lima buat lo, gue, Sean, Anthon, sama Daron. Kan mereka juga laper. Jangan pelit-pelit deh! Ntar kalo uang lo abis minta aja ke gue, enggak usah kayak orang susah," balas Crown santai.

"Keren banget orang ini, bisa-bisanya merhatiin The Lads. Ya sejujurnya uangku emang enggak akan pernah habis sih, apalagi gaji sebagai manager The Lads tidaklah sedikit," batinku keceplosan lagi.

"Gue emang keren lo enggak usah nutupin. Pake ngomong dalem hati lagi!" kata Crown.

"Iya, iya deh baik banget lo!" balasku sarkastik.

Setelah membeli gado-gado, aku dan Crown berjalan menuju mobil.

"Crown megang tangan gue kayak kakak yang enggak mau adiknya ilang."

"Heh! Stop ngomongin gue, gue denger semua!"

"Duh lupa!"

"Kalo bingung kenapa, lo liat itu Zeyn lagi liatin kita dari arah jam 11."

Aku pun melihat ke arah yang di tunjukan Crown dan melihat Zeyn dengan tatapan penuh cemburu.

Aku pun berusaha tak berkutik, namun Zeyn malah mendekati kami.

Semakin dekat.

Semakin dekat.

Dan ya! Zeyn sudah di depan kami sekarang.

. . .


(Un)Lucky Girl (REPUBLISHED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang