Aku berjalan membawa koperku keluar dari tempat imigrasi. Wow, welcome Indonesia, be nice to me, please?
Aku pun mulai mencari sosok yang seharusnya sudah ada di sini. "Brown hair, brown eyes, brown hair, brown eyes." I mumbled it, sambil mencari ke setiap sudut. "Aha! There he is!" Aku berjalan menuju seseorang yang sedang memainkan ponselnya. Ia memiliki rambut cokelat, like mom, dan mata cokelat, like dad.
"Hey, are you Mr. Young Winaya?" Aku bertanya seolah tidak mengenalnya.
"Oh yes, and you are?" Ia menatapku sebentar berpura-pura tak mengenalku.
"Miss Winaya." Aku membalas dan ia pun memelukku. Aku balas memeluknya.
"Okay, now follow me or you're gonna get lost," kata Balqi, kakakku, sambil meraih koper yang ada di tanganku.
Aku mengikutinya menuju tempat ia memarkirkan kendaraannya. Balqi memasukkan koperku ke bagasi mobil dan aku masuk duduk di bangku sebelah sopir. Balqi kemudian masuk ke dalam dan mulai menyetir.
"So, how's your flight?" Ia bertanya ketika selesai membayar parkir keluar bandara.
"Make me feel better than in Aussie." Aku menjawabnya sambil mengeluarkan ponselku yang kumatikan selama penerbangan.
"By the way, aku tidak akan sering di rumah, aku harus bekerja dan waktu kerjaku sangat tidak pasti. Aku akan sering berada di luar negeri tanpa sepengetahuanmu. Aku sudah mendaftarkanmu di sekolah internasional, so you can use your English. Dan mungkin kau akan lulus dalam satu setengah tahun?" ucap Balqi namun tidak begitu yakin dengan kalimat terakhir yang ia ucapkan.
"Nevermind, i'll make a huge of friends. Thanks, Bal!" kataku. Aku mengerti apa yang kakakku katakan dalam Bahasa Indonesia, namun aku belum terbiasa mengucapkannya.
Kemudian suasana hening, Balqi menyalakan radio dan terdengar seorang wanita yang sedang mengobrol dengan seorang pria. Aku mengacuhkannya. Aku melihat ponselku yang telah menyala seutuhnya kemudian memasukkan password untuk membuka kuncinya.
Lalu aku mendapatkan tujuh text message di aplikasi WhatsApp-ku. Aku pun membuka pesan tersebut. Ternyata itu group chat yang baru saja di buat oleh Ethan, Zeyn, Anzac, dan Nicholas.
Nick: Hey where are you, Adds?!
Ethan: Oh, our weak baby sick at home HAHA
Nick: Don't hide yourself or you got your punishment!
Zeyn: Just punish her Nick! I'll help you..
Anzac: We can go to your house, maybe you miss us HAHA
Ethan: Yes Addsbaby miss us guys!
Nick: See you in your house, Adds!
Aku melirik jam yang ada di mobil. Jam 11.13 pagi di sini, sepertinya di Australia sudah sekitar jam 15.13. Mungkin mereka sedang menuju rumah Aunt Cassie sekarang. Ah sudahlah, aku sudah tidak peduli. Lagi pula aku tidak memiliki teman di Australia. Mungkin ada satu dulu, namun Nicholas mengancamnya untuk tidak berteman denganku. So, maybe I will never miss everyone except Aunt Cassie.
"Bal?" Aku bertanya kepada kakakku yang masih fokus menyetir.
"Yes?" Ia menjawab.
"Can I get a new number for my phone? My signal sucks here!" Aku menunjukkan ponselku yang tidak mendapat sinyal sama sekali.
"I guess you will said that. So I bought it for you, yesterday. Nanti cari saja di kamarmu." Ia menjawab sambil meneruskan perjalanan.
. . .
Mobil yang kutumpangi ini pun mulai memasuki sebuah gerbang yang di belakangnya terlihat rumah yang cukup besar.
"WOW! It's big!" Aku mengungkapkan kekagumanku ketika keluar dari mobil. Aku terkagum-kagum karena aku memang belum pernah mengunjungi rumah keluarga Winaya yang ada di Indonesia.
Seorang penjaga rumah membuka bagasi dan mengeluarkan barang-barangku dari sana. Kemudian Balqi menghampiriku.
"Ok, Adds, he's Asep, he is our security and driver. Asep ini adik saya Addlyn." Balqi memperkenalkanku dengan penjaga rumah.
"Hello Mr. Asep. S-senang b-bertemu dengan Anda!" sapaku sambil tersenyum and shake his hand. Asep tersenyum kepadaku dan berkata "Iya, Miss, saya juga, Miss jangan takut tidak bisa berbahasa Indonesia, saya dan Nina, pembantu di sini, sudah terbiasa menggunakan Bahasa Inggris juga." Aku pun kembali tersenyum.
At least they treat me well. Aku berjalan menuju kamarku. Di sana ada seorang gadis yang kelihatannya sedikit lebih tua dariku. Ia sedang membereskan barang-barangku.
"Selamat datang, Miss. Saya Nina, kalau ada yang perlu dibantu Miss bisa panggil saya." Ia tersenyum. Aku pun tersenyum kemudian membantu Nina unpack my things.
Setelah selesai membereskan semua barang-barangku, aku mengganti nomor ponselku menjadi nomor baru yang dibelikan Balqi. Bye number, Bye Ethan, Zeyn, Zac, and Nick. We will never met again, I hope. Setelah itu aku pun tertidur karena kelelahan.
. . .

KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Lucky Girl (REPUBLISHED)
RomanceCover by: @teamnarryxx HALO! (UN)LUCKY GIRL AKAN REPUBLISH NIH, SETELAH KEMARIN ADA MASALAH DENGAN PENERBIT, AKHIRNYA AKU MEMUTUSKAN UNTUK TIDAK MENERBITKAN BUKU INI DALAM FORMAT CETAK. JADI AKU BAKAL PUBLISH ULANG SEMUA CERITA DISINI! ENJOY THE STO...