Chapter 6: The Lads and Sharp Eyes Gang (SEG)

664 58 0
                                    

"Kau ingin menamai kita apa, Mom Adds?" tanya Sean dengan muka imut-imut yang sengaja ia pasang. Kami sudah berada di dalam pesawat dan duduk berdekatan.

"I'm not your Mother, Sean!" Aku berkata agak kesal.

"Tapi kau sekarang akan menjadi ibu kami, Mama Adds!" debat Anthon yang kemudian memasang smirk andalannya. He's hot. Tapi aku tak dapat tertarik pada Anthon, mungkin karena aku terlalu mengenalnya.

"Yes Adds! Give us a name, please!" pinta El yang memasang wajah memohonnya. Diikuti Sean yang memasang puppy face-nya. Urgh! Aku tak bisa tahan ketika kedua orang itu sudah memasang wajah seperti itu.

"Okay. Hmm, Let's think for a band's name?" gumamku sambil mencari-cari sebuah nama dalam pikiranku.

"Apa nama yang kau tuliskan di kontak kita, Adds? Pakai saja itu," kata Day yang telah menyelesaikan game yang ia mainkan.

Tanpa membuka handphone-ku, aku langsung berkata, "THE LADS."

. . .

Sampai di London dengan pendaratan yang mulus merupakan salah satu hal yang paling aku harapkan. Karena sejujurnya aku benci pendaratan. Aku dan The Lads berjalan keluar wilayah imigrasi dan mencari Balqi.

Ketika mataku berhasil menatap mata Balqi yang juga sedang mencari kami, kami pun berjalan menghampirinya.

"You make it guys!" ucap Balqi agak girang dan mulai memelukku dan juga memeluk The Lads satu per satu.

"Their name is The Lads, Bro. I named them, hehe," ujarku sambil tersenyum lebar.

"Whatever with the name. So Lads, you all can go to the limo and Adds, go with me you must meet SEG's manager," perintah Balqi yang kemudian datang anak buahnya untuk mengantar The Lads.

The Lads berjalan meninggalkanku yang kini bersama Balqi. Walaupun awalnya Sean agak manja karena tidak mau meninggalkanku. Aku dan Sean memang sangat dekat karena aku adalah orang kedua yang paling memanjakannya setelah ibunya. Tapi setelah dibujuk dengan chocolate kesukaannya, ia pun mau meninggalkanku bersama Balqi.

"By the way sis, you always wear that hoodie. Do you like it very much? It looks like you have been bullied before," tanya Balqi menunjuk hoodie yang aku pakai. Hoodie putih favoritku dengan tulisan "bullied" hitam dicoret itu memang aku selalu pakai setiap saat.

"Yes, I like it very very much!" ucapku sambil mengikuti arah jalan Balqi. You just don't know, Bro.

"So, dimana manager SEG itu, Bal?" tanyaku yang melihat Balqi hanya berjalan di daerah bandara.

"Mereka juga baru datang dari Sydney. Be patient. You'll see the member of SEG too," kata Balqi.

"Okay." Aku pun mengikuti Balqi sampai kita berada di tempat kedatangan dari Sydney. Huh, mengingat Sydney aku kangen jadi Aunt Cassie.

"They are here!" ucap Balqi ketika melihat beberapa orang yang sedang di kelilingi oleh banyak wanita yang aku pikir adalah fans dari band ini.

Aku tak dapat melihat dengan jelas karena wajah mereka ditutupi oleh para fans yang berusaha memeluk dan mengajak mereka berfoto.

"Dassie!" Balqi berteriak memanggil seseorang wanita dan wanita itu pun menoleh. Wanita itu meninggalkan kerumunan yang sekarang sedang dijaga ketat oleh petugas keamanan dan menghampiri aku dan Balqi.

"So Dassie, this is Adds, and Adds, this is Dassie, SEG's manager." Balqi memperkenalkanku kepada wanita yang mungkin berumur 24 atau 25 tahun itu.

Aku berjabat tangan dengan Dassie dan memasang senyum kecilku. Ia terlihat sangat ramah.

"I think I will leave them to Jody. I will take my time with the two of you. So where will we go to talked about this concert?" tanya Dassie sambil melihat ke arah band asuhannya yang sudah di lindungi oleh beberapa bodyguard dan pergi menuju entah ke mana.

"Okay. I think starbucks is the right place," jawab Balqi yang kemudian berjalan menuju sebuah mobil hitam mengkilap diikuti olehku dan Dassie.

Kami pun pergi ke starbucks dan membicarakan banyak hal tentang konser. Sepertinya aku akan berteman baik dengan Dassie.

. . .

(Un)Lucky Girl (REPUBLISHED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang