Chapter 12: He's Serious.

548 40 1
                                    

SLAP!

Apa? Apa yang dia lakukan? Apa yang tanganku lakukan? Aku menamparnya.

Aku pun mendorong Zeyn dan secepatnya menjauh. Aku tak bisa berlari dalam bus ini. Aku langsung mencari seseorang. Siapa pun. Kumohon aku butuh teman.

Kutemukan sebuah pintu dan kubuka. Di dalamnya terlihat ada Nick, El, Sean yang sedang tidur di sofa, dan Daron.

Aha! I must tell Day!

"Day, can I talk to you?" tanyaku tanpa memedulikan tatapan Nick dan El yang penuh kebingungan.

Daron mengikutiku keluar. Ketika sampai di tempat duduk di suatu ruangan santai dan tidak ada orang, aku memeluknya. Menjatuhkah segala air mata yang sedari tadi aku tahan. Tanpa mengeluarkan suara aku membasahi baju Daron tepat di bagian dadanya.

Daron hanya mengelus-elus punggungku. Ya. Dia memang orang paling pengertian di antara The Lads.

Setelah agak lama menangis akhirnya Daron bersuara.

"Ada apa?" tanyanya sedikit berbisik. Aku tahu Daron menggunakan Bahasa Indonesia agar tidak mudah dimengerti oleh orang-orang di dalam bus.

"Zeyn," lirihku. "Ia mengambil ciuman pertamaku secara paksa," lanjutku tanpa mengangkat wajahku dari dada Daron.

"Hah?!" Daron pun kebingungan. Dari semua cerita pem-bully-an yang the bullies lakukan terhadap Addlyn, ia tak pernah menyangka bahwa seorang Zeyn Raymond akan mencoba mengambil ciuman pertama milik sahabatnya itu.

"Apakah ia berkata bahwa ia mencintaimu, Adds?" tanya Daron ragu-ragu.

Aku diam sejenak. Pikiranku berkata 'Yes, he said it' tapi semua itu membuat badanku bergetar ketakutan.

"Adds, kau tak apa?" tanya Daron yang kaget saat tubuh sahabatnya bergetar sejenak.

"Iya," jawabku.

"Kau menjawab pertanyaan pertamaku atau pertanyaan keduaku?" tanya Daron lagi.

"Keduanya," ucapku lemas.

"Mungkin dia benar-benar mencin--" Belum sempat Daron menyelesaikan perkataannya, aku pun memotongnya.

"Aku takut Day. Aku ingin pulang." Aku pun mulai mengeluarkan air mataku lagi yang baru saja berhenti beberapa menit yang lalu.

"Oh, ayolah, Adds. Aku tahu kau tak selemah ini," ucap Daron menyemangati sambil mempererat pelukannya.

"Bantu aku Day. Berpura-puralah menjadi pacarku agar aku tak diganggu mereka lagi," pintaku asal.

"Sorry, Adds. Aku enggak bisa. Tahu sendiri kan aku lagi jaga perasaan Bintang di Indo. Masalahnya kalo cuma kita berdua doang yang ada di sini sih gue enggak apa-apa. Tapi kan ada Anthon, Sean, sama El, jadi susah bikin sandiwaranya, Adds," tolak Daron. Ya, Daron sudah memiliki Bintang. Of course I know her. I can't hurt her. Bintang bukan pacar Daron. Bukan pula mantannya. Bintang hanya wanita yang dilamar Daron sebelum kami pergi untuk tour. Bintang menerima lamaran itu dan berjanji akan menunggu Daron.

Aku hanya diam, namun tiba-tiba.

Kreet...

Pintu di depan kami terbuka. Aku yang berada dalam pelukan Daron mendongak melihat ke arah pintu.

Zeyn.

Great.

Aku mengeratkan tangan yang berada pada pinggang Daron.

Terlihat Zeyn agak shock. Kemudian entah angin dari mana ia menarikku sangat kuat hingga aku melepas pelukanku kepada Daron. Hal itu cukup membuat tanganku sakit.

"Aw!" teriakku.

"You, what is your relation with Adds?!" geram Zeyn penuh kekesalan pada Daron.

Kulihat tampak muka Daron bingung. Mungkin ia ingin menolongku.

"She's MY MOM! And you don't have any permission to hold MY MOTHER'S HAND!" jawab Daron sambil melepas tangan Zeyn dari tanganku, kemudian ia menyembunyikanku di belakang punggungnya.

"She's MY GIRL!" jawab Zeyn penuh kepercayaan.

What the heck? Girl dari mana ya? Mungkin Anda mengigau.

Aku semakin ketakutan. Daron pun melindungiku lagi.

"Sorry Zeyn, but mom never tell me that you're her man. So I will believe her than you, Raymond," bisik Daron agar tak didengar orang lain.

"You--" Ucapan Zeyn terhenti.

"Hey guys, we arrived!" kata Dassie dengan muka polosnya. Kemudian ia memerhatikan kami. "What's wrong?" tanyanya.

"Emh... Adds feel sick, so I make her feel better with hug her. Then, Zeyn came," jelas Day tanpa membicarakan apa yang Zeyn katakan.

"Oh, little Adds, are you okay? You need some rest in the backstage. You two, Zeyn and Daron, go to the main stage for the check sound," ucap Dassie.

Dassie meraih tubuhku yang lemah karena lelah menangis walaupun ia sama sekali tidak tahu bahwa aku menangis. Zeyn tidak terlihat ingin beranjak pergi, namun Day menariknya keluar dengan merangkul tangannya ke bahu Zeyn.

Thanks Day. It feel better.

. . .

"Do you want some tea or anything, Adds?" tanya Dassie ketika kami sampai di backstage.

"Maybe some tea can make me feel better," ucapku.

"Okay. I'll go for your tea," kata Dassie penuh perhatian.

Tidak heran Dassie menetap sebagai manager dari SEG. Ia memiliki jiwa kepedulian yang tinggi. Apalagi untuk mengurusi the bullies yang aku pikir sangat merepotkan.

Tidak lama Dassie keluar dari ruanganku, maksudku backstage The Lads, The Lads pun masuk. El yang terlihat cemas langsung memelukku.

"Are you okay, Adds? I never see you sick. I thought that you're a superwomen before, cause you never sick," ucapnya cemas.

"Mom, I'm so scared when Dassie told us that you're sick," kata Sean yang juga mulai memelukku.

"Do you need anything, Adds?" tanya Anthon dewasa, like always.

"Gak, tadi Dassie udah mau bikinin teh," jawabku. "By the way, how the sound check? Do you need anything? I can tell Jean if you need something," tanyaku yang masih mengingat pekerjaanku di sini.

"No, Mom. Everything is perfect!" Sean pun tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.

"In two hours, our dreams come true guys!" ucap Anthon. "And special thanks to our mother, Adds!" lanjutnya.

"Group hug?" tanyaku yang diikuti pelukan dari The Lads.

Jujur saja pelukan The Lads tidak membuatku risih karena memang kami sudah terbiasa.

"So, sana ganti baju!" tegasku setelah selesai melakukan group hug.

Sean dan Anthon langsung mengambil baju yang telah mereka pilih tadi dan masuk ke ruang ganti yang ada di dalam ruangan. El menunggu gilirannya sambil mengambil handphone. Daron yang juga menunggu giliran duduk di sebelahku sambil membawa baju yang akan ia pakai.

"Mom?" tanyanya agak sedikit berbisik.

"Ya?" jawabku.

"He's serious."

. . .

(Un)Lucky Girl (REPUBLISHED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang