Chapter 22: I'll be yours

456 40 0
                                    

"What the hell! What do you want!" bisikku tegas sambil mendorong dada Zeyn.

"I just kiss you, Adds!"

"Just kiss? Just kiss you say?!" Aku mulai marah. Itu ciuman ketigaku dan aku sama sekali belum pernah memberikan ciuman kepada orang yang aku cintai.

"But you never mad if the other kissed you! Anthon kiss you and you didn't mad! You like Anthon, right?" balas Zeyn yang juga mulai marah.

"If you want to know! That was my third kiss and you stole my first and second kiss! Anthon never kiss me in the lips!" Aku sudah tak tahan. Jujur aku kesal. Apa yang dia lakukan? Sudah pasti aku akan menolaknya besok! Aku pastikan itu!

Aku beranjak dari kursi dan berjalan keluar dari starbucks. Aku tak tahan lagi.

Ya, mungkin Zeyn memang benar menyukaiku. Tapi aku tak suka dengan sikapnya yang begitu terang-terangan.

Aku mengusap air mata yang tak sengaja lolos di pipiku.

Tiba-tiba.

Grep.

Seseorang memelukku.

"Let me go, Zeyn!" teriakku kesal.

Persetan dengan jam setengah satu pagi, yang jelas kini aku sangat kesal.

Dia tak pernah meminta izin menciumku! Aku tak suka itu karena bagiku, sebuah ciuman itu sangat berharga.

Dicium The Lads saja butuh waktu setengah tahun baru aku mengizinkan mereka, dan itu hanya di pipi dan di kening.

Maksudku, ayolah! Kalau Zeyn hanya menciumku di pipi atau di kening, mungkin aku tak mempermasalahkannya. Tapi ini di bibir! Bibir yang tidak pernah tersentuh oleh siapa pun selama hampir 18 tahun.

"Sorry. I'm so sorry. Please, Adds. I'm sorry I'm mad at you."

Sejenak semua hening. Hanya ada satpam dan reseptionist hotel yang memperhatikan Zeyn memelukku.

Bodoh memang. Aku harus melepaskannya, atau minimal membawanya pergi.

"Zeyn, they are watching us, lets go to your room and finished it all," ucapku yang sudah mulai tenang.

Zeyn menatapku ragu, namun ia melepaskan pelukan eratnya.

Aku segera menggandeng dirinya menuju lift dan memijit lantai dimana adanya kamar kita.

Di dalam lift kami hanya diam. Tapi Zeyn tidak melepaskan gandengan tangan yang aku buat. Walaupun aku sudah berusaha melonggarkannya, Zeyn malah lebih mengeratkan pegangannya.

Kami pun sampai. Dikamar Zeyn dan Ethan. Tapi, keberadaan Ethan tidak ada di situ.

Where are you, Ethan?!

Okay. I must finished it.

Zeyn membawaku duduk di single bed-nya yang tidak terlalu kecil. Ia menatapku. Tatapan bersalah. Aku rasa dia akan menghukum dirinya sendiri.

"I'm sorry, Adds." Lagi. Ia berkata itu lagi.

"Please. I'm so sorry. I don't wanna hurt you again." Zeyn menangis.

Maksudku, ayolah jangan menangis! Aku tak bisa menghadapi tangisan.

"Okay. Just don't cry," pintaku agak menenangkan.

"Please be mine, Adds." Lagi?

"Zeyn... I think-"

"Please, Add, please. I beg you."

Aduh. Ada ya orang menyatakan cinta tapi maksa.

Ya. Ternyata ini ada kok.

Zeyn menangis.

Satu hal. Aku tak pernah tega melihat orang menangis dengan wajah sendu.

"Okay! But stop crying!" Haha. Aku mengambil keputusan terbodoh dalam hidupku.

"Okay what?" tanya Zeyn pelan.

"Huh... I'll be yours," balasku agak malas.

"Oh my god!" Zeyn berteriak dan memelukku erat.

Awalnya aku tak membalas pelukan Zeyn. Namun akhirnya aku balas.

Namun setelah 10 menit berlalu, Zeyn tidak melepaskan pelukannya, dan kepalanya terasa berat di pundakku.

Dia tertidur.

Anti-klimaks banget ini orang malah tidur.

Dengan hati-hati aku menidurkan tubuh Zeyn di kasurnya. Untung saja dari tadi aku sudah duduk di kasurnya, jadi aku hanya tinggal menidurkannya saja.

Tiba-tiba,

Ceklek..

Pintu kamar terbuka.

"Eh, sorry for disturbing you two," ucap Ethan polos. Dengan Day yang ada di belakangnya.

"Ethan, Daron! I hate you!" teriakku dalam bisikan agar tak membangunkan Zeyn.

"Haha. Sorry, Mom," jawab Day datar.

"He's sleeping?" tanya Ethan yang mulai masuk ke kamar diikuti Day.

"Yes. Maybe he's exhausted," jawabku sambil menyelimuti Zeyn.

"What do yo do, Adds?" tanya Ethan serius.

"Hah? What do I do?" tanyaku bingung.

"You know, he didn't sleep like 3 days in a row and now he's sleeping without his medicine!" Ethan memasang wajah bahagianya.

"Didn't sleep 3 days? Medicine?" Aku bertanya dengan ragu.

"Do you know Adds, from the day he met you, he has insomnia and just cannot sleep without medicine from the doctor. But he forget to bring his medicine to the tour and he is not buy the medicine yet," kata Day menjelaskan.

Aku kaget. Sumpah. Ada apa dengan Zeyn. Aku rasa waktu itu dia tertidur ketika aku ditarik ke bunk-nya.

"So, what do you do, Adds?" tanya Ethan lagi.

"He's just cry, then he asked me to be his girlfriend, and I can't stand it cause he's crying, so I said yes," ucapku menjelaskan.

Oh my god.

Apakah aku baru menyadari?

Berarti sekarang aku adalah...

. . .


(Un)Lucky Girl (REPUBLISHED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang