Betapa malasnya aku membuka mata hari ini. Kau tahu kenapa? Hari ini adalah hari pertama tour konser band the bullies itu dimulai. Aku memang tidak bertemu mereka sejak pertemuan menyeramkan beberapa minggu lalu di kantor itu. Memang The Lads sempat bertemu mereka ketika latihan atau tidak bersamaku. Tapi aku beruntung tak ada di sana.
Sebagai seorang manager, aku harus mengurusi segala hal tentang mereka. Mulai dari baju, hairstyle, sepatu, accessories, merek stik drum Sean, pick untuk El, Day, dan Anthon, senar gitar Anthon dan El, Senar bass Day, dan masih banyak lagi.
Huh, kau harus kuat Adds!
Setelah mandi dan membersihkan tubuh aku keluar dari kamar apartemen dan mulai membuat sarapan untuk The Lads.
"HEY PEMALAS, BANGUUNN!!" Aku berteriak dari dapur. Suaraku yang menggelegar, aku yakini bisa membangunkan semua orang yang tinggal satu lantai dengan apartemen ini. Beruntungnya lantai ini baru kami saja yang mengisi.
Beberapa detik kemudian terdengar suara pintu terbuka, ada pula suara Sean yang bernyanyi di kamar mandi.
El berjalan lelah menuju meja makan. Ia duduk dan membenamkan kepalanya ke dalam tangannya. Mungkin ia tidur lagi. Anthon datang dengar baju yang sudah rapi dan bau wangi yang semerbak.
"Pagi, Adds!" sapa Anthon bersemangat.
"Dimana Day?" tanyaku.
"Dia sedang mengurus rambutnya, katanya ia mencari gaya rambut yang sesuai, Mom," kata Sean yang keluar kamar hanya menggunakan handuk yang menutupi antara pusar hingga lututnya.
"Oke, sarapan dulu semuanya. Sean, pakai bajumu! El, ayo makan, terus mandi, nanti kau akan ada sesi make up sama Miss Clisse, dia make up artist kepercayaan Dassie," perintahku cerewet sambil menaruh sarapan yang telah siap di meja makan.
Tanpa protes mereka semua melakukan apa yang aku lakukan. Dengan tenang aku duduk di kursiku dan memulai mengambil bagian sarapanku.
Ting... Tong...
Huh, siapa sih pagi-pagi sudah berkunjung? Kayak enggak ada kerjaan aja. Balqi juga bilang bakal jemput jam 10 nanti, dan ini masih jam 7 pagi, ayolah.
Aku pun dengan gontai dan malasnya berjalan ke arah pintu dan membukanya tanpa melihat siapa yang datang dengan intercom.
"Can I hel-" Aku terdiam. The bullies berdiri berjajar kemudian mereka tersenyum dengan senyuman yang paling aku benci.
"Morning, babe," sapa Ethan.
What the hell. Kenapa mereka ada di sini?
"Hey, Addlyn Winaya. Miss us?" tanya Anzac.
"No and never!" jawabku ketus kemudian dengan cepat aku menutup pintu apartemen. Namun, semua itu kalah cepat dengan tangan ke empat orang itu yang menahan pintu.
"Owh, owh, baby girl. Don't treat us like this, we will never hurt you." Zeyn berbicara sambil mendorong pintu. Aku terpental hingga jatuh ke lantai.
Bruk!
"Ouch!" pekikku.
Terdengar suara langkah kaki dari dalam apartemen. Kemudian Anthon muncul.
"Eh, lu kenapa, Adds?" tanyanya sedikit panik dan the bullies terlihat tidak mengerti dengan apa yang Anthon katakan.
"We came and we push the door so hard because we wanna meet with all of you!" Nick berbohong.
Why? Why didn't you tell the truth. Hate you!
Aku mengusap bokongku yang terasa sangat nyeri. Anthon membantuku berdiri dan mempersilakan SEG untuk duduk.
Kenapa thon? Kenapa?
"Hmm... smell nice!" ucap Zeyn beberapa saat setelah ia duduk.
"We are eating food that Add's cook. Do you want it? Adds can make for you," kata Sean yang telah menghabiskan makanannya.
No Sean. Please. I don't want them to eat my precious food.
"Sounds nice," kata Ethan sambil memberikan smrik kebanggannya.
"Please serve us your best dish, Addlyn," ucap Anzac penuh kemenangan.
Aku mengentakkan kaki sebal lalu berjalan malas menuju pantry dan mulai memasak kembali. Ingin rasanya memasukkan cabai bubuk sebanyak-banyaknya ke dalam masakanku agar mereka tidak mau memakan masakanku lagi. Tapi mereka akan konser hari ini dan aku tidak dapat menghancurkan penampilan mereka.
Why god? Why? Please make them go away from my sight!
Setelah memasak, aku hanya menaruh masakanku di meja makan dan melihat Day keluar dari kamarnya dan melangkah menuju meja makan.
"Buat siapa aja?" tanya Day bingung.
Karena malas menjawab aku hanya melirik ke arah the bullies untuk memberi kode ke Day.
"Sabar, Adds. Mereka enggak akan bisa dan enggak akan mampu melakukan hal yang sama ke lo. Ada gue di sini," ucap Day sambil mengusap punggungku.
Aku hanya tersenyum, kemudian pergi kembali ke kamarku.
. . .
Jam 10 pun datang. Balqi datang bersama Dassie menjemput SEG and The Lads. Mungkin the bullies yang memberitahukan bahwa mereka ada di sini.
Tanpa banyak bicara, kami pun memasuki mobil. Kami berangkat dengan dua buah mobil. Untungnya aku dan the bullies tidak satu mobil. Kami berada di mobil yang berbeda dengan aku sebagai sopirnya. Yah, aku memang berencana tidak menyewa sopir untuk The Lads dengan alasan 'berhemat' dan aku senang menyalurkan hobiku yaitu driving. Hobi yang memang cukup aneh.
Sesampainya di kantor Balqi, kami dipertemukan dengan tim yang akan menemani kami selama tour. Kami juga membereskan barang-barang kami di tour bus.
Tour bus ini sungguh menawan. Mungkin tinggal di sini akan membuat semuanya lebih baik.
. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Lucky Girl (REPUBLISHED)
RomanceCover by: @teamnarryxx HALO! (UN)LUCKY GIRL AKAN REPUBLISH NIH, SETELAH KEMARIN ADA MASALAH DENGAN PENERBIT, AKHIRNYA AKU MEMUTUSKAN UNTUK TIDAK MENERBITKAN BUKU INI DALAM FORMAT CETAK. JADI AKU BAKAL PUBLISH ULANG SEMUA CERITA DISINI! ENJOY THE STO...