1

1.7K 84 17
                                    


~~Happy Reading~~

.

.

.

Taekwoon Pov

Bruk

"Apa itu?" Karena penasaran, aku beranjak menuju balkon kamarku. Apakah mungkin musuh dari Bertoria? Ahh..tidak mungkin, kami bahkan sudah berdamai kemarin. Lantas suara itu berasal dari mana?

"Ouchh..Appo." Aku tersentak mendengar suara lagi dari luar pintu balkonku. Siapa yang berani masuk ke istanaku malam-malam begini? Akhirnya, aku mencoba membuka perlahan pintu balkonku dengan posisi siaga takut-takut jika ia memang musuhku.

Cklek

"Nugu-ya?/Nugu-ya?" Aku mengerutkan dahi saat melihat sosok gadis yang terduduk di lantai balkon kamarku. Aku tak pernah melihatnya di sekolah, lantas darimanakah ia berasal? Negeri sebrangkah?

"Mian..aku tak bermaksud datang tak diundang. Namun, aku juga tak tahu kenapa aku bisa di sini," jelas gadis itu. Awalnya aku sempat tak percaya, namun wajah polos nan manisnya itu terlihat tak seperti sedang berbohong. Omo! Apa aku baru saja menyebutnya manis? Ya Tuhan..otakku sudah tak beres.

"Eum...maaf, kau tak marah kan?" tanyanya pelan.

"Ani!" jawabku singkat.

"Lantas, bisakah kau beritahu aku ini di mana?" seketika aku sadar dan mencoba fokus terhadap gadis itu. Apa aku tak salah dengar? Ia tak tahu ini di mana? Semua rakyat Tandtoria tahu jika ini adalah istana kerajaan Tandtoria. Apakah ia benar-benar berasal dari Bertoria?

"Kau benar-benar tak tahu ini di mana?" ia menggeleng. Lalu, aku mulai melangkah untuk lebih dekat lagi. "Ah..kalau begitu kau pasti tahu namakukan?" tanyaku lagi. Gadis itu terlihat berpikir, lalu menggeleng lagi.

"Untuk apa aku menanyakan namamu tadi jika aku tahu," jawabnya. What??! Ia tak tahu sang putra mahkota kerajaan Tandtoria? Sebenarnya siapa dia?! Hahh.. sepertinya aku dapat menanyakannya di dalam. Di sini terlalu dingin, dan aku tahu jika ia sedaritadi sudah menggigil. Aku yang menggunakan baju tebal dan jubah kebangsaan saja masih merasakan dingin, apalagi dia yang hanya menggunakan baju dan jeans panjang. Walaupun aku terkenal sebagai pria yang dingin, tak mungkin juga aku membiarkan seorang gadis mati kedinginan.

"Sebaiknya kau masuk dulu, kita bisa berbicara di dalam. Di sini terlalu dingin," tuturku. Kulihat ia masih terdiam menatapku, lalu kuputuskan untuk mendekatinya dan menggapai tangannya. Ya Tuhan, tangannya sangat dingin, seharusnya aku sadar sedaritadi.

Blam

Setelah menutup pintu balkon, aku menyuruhnya untuk duduk di pinggir ranjangku. Lalu, aku melepaskan jubahku dan kugunakan untuk menyelimuti tubuhnya. "Pakai saja dulu," ujarku saat ia menatapku heran.

Plak

Plak

"Datangkan uisa kerajaan ke kamarku sekarang," ucapku.

Taekwoon Pov End

Hakyeon Pov

Apa itu?! Kenapa bisa muncul sebuah layar transparan setelah ia menepukkan tangannya? Teknologi tahun berapa itu? Ya Tuhan..apakah aku tersasar ke masa depan? Hahh.. jangan bodoh, Cha Hakyeon.

"Ah cham, sebenarnya siapa namamu?" tanyaku pelan. Lalu, kulihat ia membalikkan tubuhnya dan berjalan menghampiriku. "Kau..benar-benar tak tahu namaku?" tanya heran. Kenapa perkataannya terdengar seperti ia adalah seseorang yang pasti diketahui di dunia ini? "Aku...tak tahu."

Kulihat ia menghembuskan napas dan duduk di sampingku. "Aku adalah Jung Taekwoon, putra mahkota kerajaan Tandtoria," jawabnya. Tunggu dulu... kenapa masih ada kerajaan di sini? Dan Tandtoria itu di mana?

"Tandtoria itu di mana?" tanyaku lagi. Dan dapat kulihat ia menggertakan giginya kesal, apakah aku salah berkata? Aku benar-benar tak tahu menahu soal ini, sungguh.

"Kauu! Sebenarnya berasal dari man—"

Cklek

Pintu kamar terbuka membuat perkataan namja itu terpotong. Kemudian, datang seorang yeoja paruh baya memasuki kamar dan berdiri di dekat kami. "Ada yang bisa saya bantu, Yang mulia?" tanyanya. Yang mulia? Jadi, namja ini benar-benar seorang putra mahkota?

"Tolong kau periksa dia, aku tak ingin ia sakit." Perkataannya seketika membuat wajahku memanas. Namja ini dingin namun baik sekali ya. Kemudian, setelah sedikit membungkuk memberi hormat, yeoja itu beranjak duduk di samping kiriku. Ia meraih lenganku, lalu meletakan kedua jarinya di pergelangan tanganku. Sebenarnya wanita ini ingin memeriksaku atau tidak sih? Tetapi...kenapa ia begitu serius?

"Ia hanya terserang demam, Yang mulia. Anda tidak perlu khawatir, terus beri ia kehangatan. Yang mulia tak ingin kekasih Yang mulia sakitkan?" jelas uisa itu seraya berdiri lagi. Mwo?! Wanita ini asal bicara sekali, aku saja baru bertemu dengannya tadi, mana mungkin ia bisa menjadi kekasihku.

"Akh..ten-tentu saja. Tolong antarkan ramuannya untukku, sekarang kau bisa keluar." Namja itu mengiyakannya? Apa maksud dari semua ini? "Eum..itu..aku--/ sshhtt," potongnya seraya meletakan jemarinya di depan bibirku guna menyuruhku diam.

"Baiklah, saya akan mengantarkannya besok karena harus diminum setelah makan. Saya pamit, Yang mulia. Oh iya, kekasih anda sangat manis, Yang mulia," tutur sang uisa seraya berjalan keluar.

Trak

"Yakkk!! Kenapa kau mengigit jariku??" pekik namja itu seraya mengibas-ibaskan tangannya. "Kenapa kau mengklaimku sebagai kekasihmu, kita bahkan baru bertemu tadi!" protesku.

"Akh..maafkan aku, aku punya alasan tesendiri. Ya Tuhan, sakit sekali." Aku menggapai tangannya dan omo! Tangannya berdarah, apakah aku terlalu keras mengigitnya tadi? "Maafkan aku, aku tidak sengaja melakukannya," tuturku seraya menghisap sedikit darah yang keluar dari jari telunjuknya. Yaampun..kenapa aku kasar sekali, ia bahkan telah menolongku.

"Apa yang kau lakukan??"

"Eh..Kenapa?" tanyaku balik. Aku rasa aku tak melakukan hal yang salah lagi, aku hanya menghisap sedikit darahnya agar tidak keluar lagi. "K-kau bukan siapa-siapaku," ujarnya seraya menarik tangannya.

"Yaampun, kenapa wajahmu memerah? Ahaha kau manis sekali saat merona," tuturku seraya mencoba mencubit pipinya. "Yakk..kau juga tadi merona, dan kurasa kau lebih manis." Ucapannya membuatku terdiam. Jadi, tadi ia melihatnya? Malunya aku..

"Sudahlah..maafkan aku, aku tidak sengaja melukai jarimu." Ia tersenyum dan menggeleng. "Tak apa, aku mengerti jika kau terkejut. Aku juga yang salah karena dengan asal mengklaim dirimu sebagai kekasihku. Oh iya, jadi apakah kau berasal dari Bertoria? Kurasa kau bukan berasal dari wilayah kerajaanku." Yaampun..pertanyaan ini lagi. Sebenarnya aku tak mengerti dengan semua perkataannya tentang Tandtorialah, Bertorialah, atau Tororia semacam itu.

"Kenapa kau selalu menyebut Tandtoria atau Bertoria, heoh? Aku ini tinggal di Seoul, bukan di salah satu tempat yang kau sebut-sebut itu," protesku kesal. Ia mengerutkan dahinya sejenak, lalu tiba-tiba membelalakkan matanya.

"Jadi, kau itu manusia?!" tanyanya seraya menatapku. Apa yang salah? Bukankah ia juga manusia, kenapa ia sangat terkejut. "Y-yap, memangnya kenapa?"

"JINJJAA??!!"

Hakyeon Pov End

.

.

.

TBC

Sooo...That's the new version of "I Can". Maaf sebelumnya karena dipublish sangat lama, jadi dimohon tunggu yaa~~~ 

Buat versi yang seperti ini apa ada yang keberatan? Semoga aja engga yaa...

Thanks for reading, sorry for typos.

#hhanie

I CANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang