VS I | Game

4.8K 365 96
                                    

"Iya, bentar berangkat. Oke, sori kalo telat, ya. Bye!" Seorang gadis baru saja menutup panggilan teleponnya. Itu Helen. Sementara yang ada di seberang sana adalah salah satu temannya yang juga akan berangkat ke festival Jejepangan.

Harusnya, Helen sudah berangkat sejak setengah jam yang lalu. Namun siapa sangka ia akan kesiangan di hari sepenting ini. Ya, walau hal yang penting ini hanya bagi dirinya dan orang-orang tertentu.

Setelah mengecek segala peralatan dan barang-barang yang diperlukan, Helen langsung turun ke lantai dua. Di sana, hanya ada adik laki-lakinya berhubung tadi pagi kedua orangtua dan adik perempuannya telah berangkat juga. Katanya ada undangan.

"Ressan," panggil Helen.

Adiknya yang tengah berbaring di sofa langsung menoleh dan ... membelalak melihat tampilan kakak perempuannya. Setelah itu, ia membuang napasnya kasar.

"Kak, lo udah gila, ya?!" teriak Cowok itu sambil mengusap wajahnya kasar. "Gue nggak habis pikir sama otak lo yang ...."

Helen tahu kalau adiknya kehabisan kata-kata. Tapi, ia pikir hal yang ia lakukan tak terlalu berlebihan. Ia hanya ....

"Kak, plis," kata Ressan. "Mama ngizinin lo cosplay tapi nggak sampai ngehode abis-abisan kayak gini juga!"

Demi apapun, meski status Ressan adalah adiknya, kalau sudah dimarahi seperti ini, Helen merasa dirinyalah yang adik. Ya, walau selang umur mereka hanya satu tahun setengah. Ah, lupakan, yang penting ia harus cepat-cepat berangkat.

"Tapi—"

"Gue tau meskipun rambut lo masih diiket begitu dan ngaku-ngaku nggak ngehode. Tapi gue yakin, sampai di sana lo pake topi atau nyewa wig buat ...." Pandangan Ressan kini tertuju pada topi hitam di tangan Helen.

Gadis itu terkekeh, sesaat kemudian berlari menjinjing sepatunya sambil berteriak, "Iya, iya, maafin Kakak! Besok-besok nggak, sumpah! Bye, Kakak titip rumah!"

Ressan hanya termangu melihat kecepatan berlari kakaknya sebelum akhirnya memejamkan mata. Ya Tuhan, apa salahnya punya kakak seperti cewek itu?

***

Entah festival ke berapa yang Helen datangi tahun ini. Satu hal yang pasti, tempatnya sama-sama ramai, bahkan lebih ramai dari festival-festival yang sebelumnya gadis itu kunjungi. Juga, ini festival jejepangan. Ya, tidak usah ditanya lagi, bukan?

Di dekat salah satu stand pendaftaran lomba, terdapat sekumpulan manusia yang didominasi oleh laki-laki, kecuali satu dan mungkin yang terlihat paling mencolok, itu Helen. Lebih tepatnya itu kumpulan anak JC sekolah Helen.

"Udah daftar FM?" tanya sosok berjaket abu. Itu Rendy, ketua sekaligus teman sekelas Helen. Ia menanyakan soal lomba gim daring—Frost Memory—yang cukup terkenal akhir-akhir ini.

"Udah, bareng mereka, tuh," tunjuk Helen pada tiga orang yang sudah nyengir kuda.

Itu adalah Bagas, Fian, dan Adit—adik kelas mereka. "Kita udah daftar duluan, Senpai hehe," kekeh mereka bersamaan.

Rendy tak peduli lagi dengan itu, ia malah menyelidiki tubuh Helen dari atas sampai ke bawah. Sepertinya ia tahu sesuatu di sini.

Kelakuan, batin Rendy.

"Len," kata Rendy sambil garuk-garuk kepala. "Sebenernya lo niat cosu cowok, kan?"

Helen Langsung melirik tajam ke arah cowok itu. "Gak usah berisik, suka-suka—"

"Iya, Len, iya. Terserah," potong Rendy agar gadis itu tak mengoceh lebih panjang lagi. "Terus kenapa setengah-setengah? Malah pake topi doang nggak pake wig sekalian?"

Love Life an Enemy Couple [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang