VS 23 | Get the Regret Over

925 128 19
                                    

"Kita jalan dulu."

Helen menegang saat mendengar sesuatu yang sejujurnya membuat dirinya terganggu. Katakan kalau barusan ia salah dengar.

Sementara itu, tak ada yang menyadari perkataan Nathan barusan. Dan yang berkata seperti itu pun malah bersikap biasa saja. Kalau Helen? Tanyakan pada jantungnya yang kini berdetak begitu cepat.

"Kalian langsung pulang?" tanya Nathan pada Rendy.

"Iya, langsung aja."

"Gue sama Helen belakangan. Mau nyari sesuatu dulu," jelas Nathan yang membuat Rendy mengerutkan dahinya seketika.

"Ah―oh, oke," Rendy membalas ragu.

"Ya udah, kalian hati-hati!" kata Helen.

Semua serempak mengangguk. Kemudian melambaikan tangan pada gadis itu dan sosok yang ada di tubuh Erza―Nathan.

"Bye!"

Langkah mereka kian menjauh, bersatu dengan kumpulan orang. Kemudian menghilang dari pandangan.

"Len," panggil Nathan saat menyadari gadis di sebelahnya melamun. "Len." Lagi, kemudian menjentikkan jari di depan wajah Helen.

"Ah, so―sorry." Kesadaran Helen kembali, namun suasana canggung meliputi.

Kenapa Erza jadi gini, sih? Helen merutuki sikap Erza yang berubah. Ah, bukannya dulu ia sudah cukup menyadari bahwa orang di sebelahnya bukan Erza? Atau ia masih ragu? Helen mengembuskan napasnya. Menahan semua pertanyaan yang tak kunjung keluar dari bibirnya. Namun kian menumpuk dalam benaknya.

"Kita mau kemana?" tanya gadis itu pada akhirnya.

Nathan sedikit terperangah. Sifat gadis yang ada di sebelahnya memang tak bisa ditebak begitu saja. Siapa yang menyangka kalau sehari-hari mulutnya terkesan pedas kalau sudah seperti ini?

"Nih." Nathan menunjukkan dua tiket masuk sebuah amusement park. Tepatnya amusement park yang ada di event ini.

"Dapet dari mana?" tanya Helen.

Nathan mengulas senyum. "Titipan dari Carissa. lo sama dia kan menang karaoke. Itu hadiahnya, dapet empat tiket terus dibagi dua."

"Lo untung ini mah," tukas Helen.

"Lagian, siapa yang entar nemenin? Ini cuma berlaku satu hari."

"Giliran menang dapet yang sehari." Helen memasang wajah masam. "Lagian gue bisa ngajak Fian, yee, haha."

"Emang dia mau?" tanya Nathan.

"Mau-mau aja. Kenapa? Lo cemburu?" Helen bertanya balik sambil terkekeh. Maksudnya sih bercanda.

Tetapi raut wajah Nathan mengisyaratkan― "Kalo gue bilang cemburu emang kenapa, Len?" Jawaban dingin dari Nathan yang tiba-tiba membuat Helen menegang.

"E--eh, Za, lo apaan, sih? Gak lucu njir bercandanya, haha." Helen sempat terbata di awalnya.

Nathan hanya bungkam, terlarut dalam pikirannya. Ia pikir ia terlalu percaya diri bahwa Helen akan meliriknya. Hingga Helen akan menyadari siapa yang ada di tubuh Erza saat ini. Namun, setelah semua hal yang telah berlalu, gadis itu sepertinya tidak sadar juga.

Kini, tanpa menjawab, Nathan langsung menarik lengan Helen. Menjauh dari keramaian menuju tempat yang cukup sepi―namun masih dekat di keramaian. Kemudian menundukkan kepalanya dalam, mempersiapkan apa yang akan ia katakan.

"Za, lo kenapa, sih?" Helen bingung dengan sikap pemuda yang ada di hadapannya. Tangannya masih tercekal dalam genggaman pemuda di hadapannya.

Sejujurnya Helen sudah merasa tidak enak dan ... ini menakutkan.

Love Life an Enemy Couple [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang