"Len, cukup," ujar Nathan yang kini ada di tubuh Erza. Tubuhnya kini sempurna merengkuh gadis itu dari belakang. Tak ada perlawanan dari gadis itu. Hanya ada tangisnya. Cukup lama hingga Nathan memutuskan untuk mengeluarkan suara.
"Lo tau, Len?" tanya Nathan. "Kalau liat lo nangis, rasanya kayak liat kesalahan gue di depan mata. Malu-maluin."
Tak ada balasan apapun dari gadis itu. Sementara Nathan merasakan debaran yang amat kuat saat mendekap gadis itu.
"Lo tau kalau gue sayang sama lo," kata Nathan yang kini mengusap lembut rambut gadis itu. "Ya, sekali pun lo galak sama gue yang beneran."
Tentu saja Nathan mengingat kekasaran gadis itu gadis itu padanya. Entah pandangan dingin maupun kata-katanya yang sangat menusuk dan menyakitkan. Tetapi tak pernah membuatnya untuk mundur sedikit pun. Karena Nathan tahu, kata-kata yang selalu Helen gunakan itu hanya untuk melindungi dirinya sendiri.
"Kadang gue mikir." Nathan menarik napasnya sejenak, berpikir ulang tentang apa yang akan ia katakan ini benar atau salah. "Kok gue bisa ya telat suka sama lo."
Perkataan itu pada akhirnya lolos dari bibir Nathan―yang ada di tubuh Erza. "Lo marah sama gue, ya?" tanya Nathan yang merasa diabaikan oleh gadis itu. "Kok nggak dijawab," tambahnya.
Karena penasaran Nathan pun melepaskan dekapannya, mengubah posisinya menjadi di hadapan gadis itu, dan yang ia temui adalah seorang Helen yang tertidur pulas dengan jejak air mata di pipinya.
Ya ampun, decak Nathan dalam hati yang sedikit kesal sekaligus ingin tertawa. Lagi pula, ia sendiri yang terlalu asyik bicara.
Udah? Suara Erza kembali melintasi pikirannya.
Oh ayolah, baru saja ia bisa memandang gadis itu dari dekat.
Belum sempat membalas, Erza kembali berbicara. Ya udah, lo di sana gue dulu. Tapi jangan macem-macem sama Helen. Besok ada ulangan Inggris sama remedial TIK yang ulangan harian plus UTS. Gue tau kalau lo lagi kelas siang dan gue bisa gantiin. Selamat berjuang, Kak!
Nathan terdiam mendengar penjelasan Erza. Tuh, kan. Otaknya masih berpikir kalau semua ini hanyalah mimpi. Di sisi lain, ia tak bisa menghilangkan senyum saat memandang Helen yang tengah tertidur pulas.
Seperti boneka putih.
***
"Jam berapa ini?" tanya Helen dengan suara serak. Ia mengucek matanya perlahan, menghilangkan kotoran pada matanya. Kemudian melirik ke sampingnya. "Ngapain lo di sini?!" pekik Helen yang menyadari Erza tertidur di sebelahnya.
Sementara Nathan hanya memasang wajah kagetnya. Ia bersumpah tidak tertidur di sini semalam.
"Helen berisik!" teriak Mama yang tiba-tiba datang ke kamar Helen sambil berkacak pinggang.
"Mama! Erza ngapain di sini, bukannya―"
"Kalian ngemil di balkon sambil nonton konser idol grup cemen malah ketiduran. Jam tiga mama kebangun gara-gara ada sorakan dari laptop punya Erza. Akhirnya mama pindahin kalian ke dalem," jelas mama setara dengan luas persegi panjang.
"Kenapa mama gak pindahin Erza ke kamar Ressan, sih? Mama tau kan kalo aku ini cewek." Helen masih mempertanyakan itu. Masa ada orangtua yang membiarkan anak gadisnya terlelap bersama orang yang tak ada ikatan darah dengannya.
"Erza berat, lagian kalian nggak ngapa-ngapain, kan? Ngorok kenceng sih iya! Mama juga ragu kalo kamu anak perempuan." Mama terkikik saat membahas gender gadis itu. "Habis kamu nggak ada tingkah cewek-ceweknya."
![](https://img.wattpad.com/cover/54167327-288-k796805.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Life an Enemy Couple [END]
FantasyTeen Fantasy Fiction. Highest Rank #77 on Fantasy. #250517 Nomine WAWA2017 Romance Remaja Terbaik ❁❁❁ Helen, seorang gamers sekaligus penggila Jepang yang dunianya mendadak berubah sejak kedatangan Flash a.k.a Erza. Sesosok malaikat―yang meng...