Tsuioku no Hikari
Suara embusan angin terdengar begitu jelas melewati telinganya. Tidak, ia yakin kalau itu bukan sekadar angin yang lewat, ia bisa merasakannya saat ini juga. Ah, apa ini? Jangan bilang kalau ia sedang terbang saat ini?
Samar-samar, ia dapat melihat sosok lain di hadapannya, sosok yang kini tengah membawanya. Tunggu dulu, jangan-jangan ini mimpi? Tapi, kenapa mimpi bisa senyata ini? Meski kenyataannya, ia tak dapat melihat jelas sosok yang sedang bersamanya.
Dia siapa?
Rambut berwarna keperakan yang terkibar oleh angin, sepasang sayap yang mengepak lembut, lalu iris berwarna biru safir yang dipadu dengan butiran bintang di dalamnya. Betapa indahnya. Gadis itu yakin, ini pasti sebuah mimpi. Karena dalam kenyataannya, tak mungkin ada sosok seindah itu. Sosok yang sangat indah ... entah berasal dari mana.
Aku ingin jatuh cinta padanya.
Sesuatu tiba-tiba melintas dalam benaknya. Terasa lucu sekali. Bagaimana mungkin ia bisa jatuh cinta, bagaimana mungkin ia mampu mencintai sosok seindah itu, juga ... bagaiamana mungkin ia mampu mendapatkan balasan jika cintanya benar-benar tumbuh nanti.
Benar-benar pikiran yang bodoh. Pikiran bodoh dalam mimpi yang begitu indah.
Kalau tidak jatuh cinta, cukup dengan melihatnya terse— Ucapan gadis itu terhenti begitu saja ketika sosok itu menoleh dan menyuguhkan senyuman—bukan itu saja, ia tampaknya sedang tertawa, bahagia sambil menatapnya.
Deg.
Entah kenapa ... entah kenapa, ia jadi ingin menangis melihat senyuman itu. Matanya terasa memanas begitu saja, seolah ada air mata yang ingin keluar. Namun, ia tak merasakan apapun yang mengalir di pipinya.
Hei, mimpi ini ... apa akan berakhir begitu saja?
Kalau memikirkan hal itu, sudah jelas kalau ia tak menginginkannya. Mimpi seperti ini, jarang sekali ia alami. Juga, tak mungkin bisa terjadi di dunia nyata. Jelas, ini semua mustahil.
Mimpi hanya sekadar bunga tidur, kan?
Harusnya, semua ini tak ada artinya. Lagi pula, sejak kapan ia jadi peduli soal mimpi dalam lelapnya. Biasanya, mimpi hanya terjadi saat ia memikirkan sesuatu terlalu jauh. Terlalu jauh mengingat hal-hal yang terkubur dalam benaknya.
Dan ... seandainya memang seperti itu, apa semua ini pernah terjadi?
Meski demikian, ia tak dapat menemukan hal yang berkaitan dengan mimpi ini. Ini mimpi yang mustahil. Dan sekalipun pernah terjadi, sudah jelas bukan kalau semua ini sudah ... berlalu. Berlalu dan tak bisa ia temukan lagi dalam ingatannya. Lalu, setelah mimpi ini berakhir—
Apa aku akan benar-benar melupakannya?
"Selamat tinggal."
Deg.
Bersamaan dengan entak jantung yang begitu kencang, matanya sontak terpejam. Terpejam dan membuatnya tak ingin membuka mata lagi. Karena begitu ia membuka matanya, pemnadangan tadi, keberadaannya, lalu kebersamannya dengan sosok tadi akan segera menghilang.
Ia tak ingin mimpi itu berakhir menjadi seberkas cahaya yang menyambutnya pada kenyataan. Tapi, mau bagaimanapun juga ... semua itu sudah berakhir.
Bersamaan dengan cahaya yang menyambutnya nanti, lantas diiringi detak jarum jam yang terus maju. Sosok itu ... akan menghilang dalam ingatannya. Dan dimana pun juga, tak bisa ia temukan.
Benar-benar menyakitkan.
***
Bogor, 31 Desember 2019
Akhir tahun. Selalu jadi saat yang berharga untuk kisah ini. Tentang kepergian sosok berbalut cahaya yang terasa menyakitkan itu. Meski demikian, cahaya kenangannya tak akan pernah pudar, bukan?
Terima kasih, pernah jadi bagian dari kisah ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/54167327-288-k796805.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Life an Enemy Couple [END]
FantasyTeen Fantasy Fiction. Highest Rank #77 on Fantasy. #250517 Nomine WAWA2017 Romance Remaja Terbaik ❁❁❁ Helen, seorang gamers sekaligus penggila Jepang yang dunianya mendadak berubah sejak kedatangan Flash a.k.a Erza. Sesosok malaikat―yang meng...