Maaf ya sebelumnya ada kesalahan lagi. Part sebelumnya itu harusnya part 3 tapi gak tau kenapa malah 1-_- dan anehnya baru nyadar zzzz. Maafkan
----
Seiring berjalannya waktu, hati ini tak ingin pergi seolah tahu dimana dia tinggal...
"Astaga Rion. Ini panggilan keberapa? Kenapa mama dipanggil terus ke sekolah kamu?" Manda menggeleng sambil menahan kesal pada anak keduanya. Pasalnya, dia harus mendapatkan surat panggilan untuk yang kesekian kalinya entah untuk masalah apa.
Rion memang berbeda dari kedua saudara kembarnya, Rio dan Reta. Rion selalu membuat masalah di sekolahnya. Menjahili teman, ikut tawuran, merokok, melawan guru, dan masih banyak lagi. Rion selalu diberi hukuman dan itu sama sekali tak membuatnya jera. Bahkan panggilan orang tua dan masa skors pun sepertinya tak berpengaruh apapun. Tapi point-point pelanggaran itu hilang saat Rion berhasil membawa nama sekolahnya ke kejuaraan. Lalu, point-point itu muncul lagi saat dia melanggar peraturan sekolah. Masalah itu selalu berputar-putar di situ.
"Apa perlu mama kasih tau papa?" Rion menggeleng.
Manda menghela nafas lelah. Pasalnya, dia juga tak tega jika harus memberitahukan masalah Rion pada Arka. Yang Arka tahu, Rion selalu baik-baik saja di sekolahnya. Tapi jika Arka mengetahui kenakalan anak keduanya, dia bisa saja menghukum Rion lebih berat.
"Yasudah, besok mama datang. Sana masuk kamar." Rion menurut, dilangkahkan kakinya memasuki kamar. Di sana sudah ada dua saudaranya yang menunggu. Rio yang sedang menonton tv dan Reta yang sedang membaca komik.
"Mama mau dateng?" Tanya Reta begitu Rion sudah duduk di tepi kasur.
"Pasti lah. Mama gak tega sama gue." Anehnya, meski sudah dimarahi Rion sama sekali tak merasa bersalah. Kesalahan yang diperbuatnya seolah tak begitu terasa di dirinya.
"Masih mau ikut tawuran lagi?" Rio bertanya sambil fokus pada film yang sedang diputar di depannya sesekali memasukkan cemilan ke dalam mulutnya.
"Gue udah terima tantangan Gilang." Rion merebahkan dirinya di kasur. Matanya terpejam. Terlalu banyak kesalahan yang dilakukannya. Terlalu banyak waktu yang terbuang hanya untuk melanggar semua peraturan yang dibuat sekolah dan orang tuanya. Terlalu jauh keterlibatannya dalam hal ini.
"Yon, mending tolak aja deh. Nolak tantangan Gilang gak bakal bikin lo mati." Rion menggeleng, "Semua udah dimulai sejak gue masuk SMA. Dan gak akan berakhir semudah itu."
Rio menggeleng. Percuma memberitahu adiknya tentang bahaya apa saja yang akan diterimanya jika dia tetap melakukan hal ini. Dia tahu, sudah terlalu jauh adiknya melanggar peraturan. Entah bagaimana caranya membangunkan adiknya dari mimpi buruk itu. Membangunkan adiknya dari semua kesalahan yang Rion perbuat. Semanya sudah terlalu jauh dan harusnya Rion berhenti...
---
"Dessy nyariin lo tuh. Katanya semalem lo gak telefon dia." Suara yang pertama kali di dengarnya saat Rio berada di kelasnya.
"Sekarang dia dimana?" Tanya Rio pada Romeo.
"Di kelasnya." Tanpa pikir panjang, dilangkahkan kakinya menuju kelas Dessy. Kekasihnya yang sudah menjalin hubungan dengannya setahun lebih. Kekasih yang begitu dicintainya, Dessyana.
Rio menyelipkan kepalanya diantara pintu dan tembok. Melihat ke dalam kelas XI-G, barangkali kekasihnya tak pergi kemanapun dan berada di kelas saat ini.
"Dessy, ada Rio tuh." Ismi yang melihat Rio langsung memberitahu Dessy yang sedang mengobrol dengan temannya di sudut kelas.
Mendengar nama kekasihnya disebut, lantas Dessy memusatkan penglihatannya ke arah pintu kelasnya. Senyumnya terukir melihat Rio sudah berdiri di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTERIO
Teen Fiction"So, can you choose?" || Cover by @jacalloui Copyright© 2016, by Oolitewriter