13. Saling Melupakan

6.9K 618 4
                                    

Dan sekarang, kita bagai tak pernah bertemu. Kenal, tapi tak saling sapa...

----

Hari ini, semua yang harusnya berakhir sejak lama, kini dimulai hari ini. Rio dan Deeva akan saling melupakan satu sama lain. Mereka akan sama-sama beranggapan, bahwa mereka tak pernah kenal sebelumnya. Tak harus saling sapa, hanya saling tatap. Perasaan memang tak pernah salah. Tapi kehadiran Deeva sungguh kesalahan besar. Dia hadir saat Rio dan Dessy bahagia. Gadis itu hadir di tengah-tengah mereka. Itu sungguh kesalahan besar.

Deeva menghela nafas sebelum masuk ke pintu kelasnya. Ditatapnya Joko yang sedang melihat ke arahnya. "Kenapa?" gadis itu mengernyit bingung. Pasalnya Joko tak pernah menatapnya seperti itu.

Sedangkan Joko hanya menggeleng, "Lo jahat. Bolos gak ngajak-ngajak. Padahal gue males banget sama pelajaran kemaren." Deeva hanya manggut-manggut. Sepertinya teman-temannya ingin bolos kemarin. Disatu sisi juga Deeva bersyukur tak perlu mengikuti pelajaran hari kemarin.

Gadis itu duduk di kursinya. Tatapannya kosong ke depan. Kejadian kemarin terlintas di pikirannya begitu saja. Saat Rio tersenyum untuknya, menggenggam tangannya erat. Mereka berbicara seolah tak pernah terjadi apapun sebelumnya. Mereka berbicara seolah-olah mereka seperti dua orang yang saling mencintai. Tapi Deeva ingat saat Rio mengatakan kalau dirinya tak bisa meninggalkan Dessy. Itu artinya Deeva yang harus mundur. Dia tak mungkin memaksa Rio agar terus bersamanya. Mencintainya dan memilikinya. Jadi, Deeva putuskan untuk menghilangkan rasa ini dan menjalani hari-harinya tanpa laki-laki itu.

"Kak Rion berantem lagi sama kak Aldi!" Joko berseru membuat Deeva berdecak. Lamunannya buyar begitu saja karena teriakan Joko yang begitu menggema di dalam kelas.

Tapi tunggu, gadis itu diam sesaat. berusaha mencerna kembali kata-kata Joko tadi. Dia mengerjap menangkap satu nama, Rion.

Dengan terburu-buru, Deeva mengikuti langkah para siswa yang menuju aula. Dia ingin segera sampai dan bisa membawa Rion pergi jauh. Sudah cukup banyak laki-laki itu membuat masalah. Dan untuk yang satu ini, Deeva tak akan membiarkannya.

"Lo seneng banget yah cari masalah  sama gue!" Deeva menyelipkan tubuhnya diantara kerumunan saat suara Rion terdengar begitu menakutkan di telinganya. Gadis itu tak menyangka, masalah apa yang membuat Rion hingga seperti ini.

Rion menarik kerah seragam Aldi hingga laki-laki itu meringis. Sepertinya keributan sudah terjadi sejak lama melihat wajah Aldi yang sudah mengenaskan seperti itu. "Ck! Lo yang mulai." Kali ini Aldi melawan, laki-laki itu juga menarik kerah seragam Rion. Dia juga meninju rahang laki-laki itu hingga meninggalkan warna merah di sudut bibirnya.

Deeva sudah tak tahan lagi. Dia ingin segera masuk  ke tengah-tengah kerumunan ini lalu membawa Rion. Tapi dia ragu. Takut-takut dikira mencari perhatian. Terlebih banyak kakak kelas di sini. Deeva juga melihat Alan yang sedang berdiri tak jauh dari Rion. Deeva mendecak. Bahkan  ketua osis sekolah ini saja hanya diam seperti itu. Itu semakin membuat Deeva tak berani menghentikan perkelahian ini.

Gadis itu membulatkan matanya saat melihat Rion mulai menendang perut Aldi. Tak bisakah orang sebanyak ini menghentikan perkelahian dua orang di depan sana? Kenapa orang-orang lebih memilih menonton dibanding menghentikannya.

"Stop!" Entah apa yang membuat Deeva akhirnya nekat menghentikan perkelahian adu jotos ini. Tapi dia sudah tak tahan dan ingin segera pergi meninggalkan tempat ini dengan membawa Rion bersamanya.

Semua siswa yang menyaksikan mulai berbisik-bisik. Mulai dari yang mencela hingga kagum. "Kak Rion, lo kenapa sih suka banget cari  masalah? Lo juga." Sekarang Deeva melihat ke arah Aldi. Menatap mata laki-laki itu. "Kenapa seneng banget berurusan sama kak Rion?"

ALTERIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang