32. ALTERIO [END]

8.2K 470 8
                                    

Deeva menyusuri jalan pulang menuju rumahnya saat jarum jam menunjukkan pukul tiga sore setelah makan di rumah makan cepat saji bersama Rio tanpa suara. Catat, tanpa suara. Keduanya memilih diam saat sedang makan, hingga pergi setelah selesai. Entahlah, Deeva tidak ingin menyampaikan sesuatu. Mungkin begitu juga dengan Rio.

"Assalamu'alaikum," ujarnya memasuki rumah.

"Wa'alaikumsalam," Rama dan Atikah menjawab. Keduanya sedang duduk di sofa di depan televisi, membelakangi Deeva.

Deeva melangkahkan kakinya menaiki tangga. Lima detik setelahnya berhenti begitu mendengar suara baru.

"Dee,"

Gadis itu berbalik. Memandang Ayu yang ternyata sedang duduk bersama Syifa di dekat kedua orangtuanya dengan dahi mengernyit. Sedang apa mereka di rumahnya?

"Kamu diskors?" Rama berujar dengan suara yang terdengar biasa, tapi menimbulkan sesuatu yang anehnya luar biasa pada diri Deeva. Dia seperti dilempar dengan batu besar, namun tak sempat menghindar.

"Sori, Dee, gue nggak tau kalo lo belom kasih tau orangtua lo," Syifa meringis.

"Kenapa kamu nggak cerita sama orangtua kamu, Dee?" Atikah bersuara. "Kamu kenapa bisa diskors?"

Ada nada kecewa saat Atikah mengucapkan itu, karena Deeva mampu mendengarnya. Dia berjalan mendekati kedua orangtuanya, duduk di lantai beralaskan rok sekolahnya sendiri. Tangannya menggenggam tangan Atikah dan Rama bersamaan. "Maafin, Deeva," ujarnya lirih. "Deeva janji nggak bakal kayak gitu lagi. Deeva nggak bakal ngecewain Ayah sama Ibu."

Rama menepuk bahu anak perempuannya sebanyak dua kali. "Ayah emang kecewa sama kamu. Selama ini, kamu nggak pernah kena masalah di sekolah. Boleh Ayah tau apa penyebabnya?"

Deeva bungkam. Tidak semua hal bisa dia ceritakan pada orang lain, meskipun itu orangtuanya sendiri. Alasan kenapa dia diskors tidak mungkin dia ceritakan pada kedua orangtuanya, karena baginya, ini privasi untuk dirinya sendiri.

"Ini salah Ayu, Om," ujar Ayu karena Deeva yang tak kunjung membuka suara. "Deeva belain Ayu karena Ayu digangguin sama Kakak kelas."

Jawaban Ayu membuat Deeva menoleh. Dia memerhatikan sahabatnya dengan seksama. Tapi tak ayal, dia menyadari perubahan nada suara Ayu dan ekspresi gadis itu saat berhadapan dengannya. Ayu sahabatnya, telah kembali. Gadis itu melempar senyuman hangat pada Deeva, yang langsung dibalas Deeva dengan mata berkaca-kaca.

"Bener itu, Deeva?"

Pertanyaan Rama membuat Deeva kembali pada fokus awalnya. Gadis itu mengangguk. "Iya, Yah."

"Tapi Deeva, cara melindungi orang lain itu bukan dengan menghakimi orang yang salah. Kamu ngerti, kan?"

Lagi, Deeva hanya mampu mengangguk. Ya, dia memang salah. Dilihat dari segi mana pun, Deeva tetap salah. Dia harus meminta maaf pada Dessy saat masuk sekolah nanti.

"Ya sudah, Ayah sama Ibu ada urusan. Kamu jaga rumah, ya? Kalo Iban pulang, udah ada makanan di meja makan."

"Iya," ujarnya.

Rama dan Atikah bangkit, berpamitan pada Deeva dan teman-temannya sebelum melangkah keluar rumah.

Saat suara langkah kaki sudah benar-benar tidak terdengar, Deeva duduk di sofa di tempat orangtuanya duduk tadi. Dia memandang Ayu sambil tersenyum. "Makasih ya, Yu."

Ayu mengangguk. "Sama-sama."

Hening cukup lama. Ketiganya tidak ingin membuka suara. Suasana mendadak cangguk seperti ketiganya orang asing.

ALTERIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang