6. Awal Permainan

8K 648 9
                                    

Setelah ini, luka yang tak pernah ada kini mulai terbentuk perlahan...

"Kalo gitu, ayok kita pacaran?"

Hening, tak ada suara apapun di lorong yang sepi ini setelah kalimat Rio barusan. Deeva melebarkan matanya tak percaya, tubuhnya bergetar, matanya ingin mengeluarkan air. Jadi ini akhirnya? Setelah penantian cukup panjang, inikah yang dia dapatkan?

Deeva menatap mata hitam pekat itu. Tak ada ekspresi sama sekali. Tak ada kehangatan dalam matanya. "Apa?" Tanyanya bergetar. Dia ingin memastikan bahwa yang didengarnya tadi tak salah. Pendengarannya masih normal.

"Kita pacaran? Lo mau?" Tanpa bisa dicegah, air matanya menetes. Dia masih tak percaya dengan apa yang didengarnya. Jika ini mimpi, tolong jangan pernah bangunkan aku tuhan. Begitulah isi pikirannya saat ini.

Deeva masih diam, menatap mata hitam pekat itu yang menatap matanya. Rio masih memakai seragam futsalnya. Entah setan mana yang merasuki tubuh Deeva saat ini, dia mengangguk. Deeva mengangguk menyetujui permintaan Rio yang tak masuk akal. Tadi membentaknya dan sekarang meminta Deeva menjadi pacarnya. Ini adalah salah satu impian Deeva saat pertama kali melihat Rio.

Perlahan, Rio melepaskan genggaman tangannya pada Deeva. Dia tak kuasa melihat air mata bahagia itu. Dia tak sanggup melihatnya. "Kalo begitu pulanglah. Ini udah sore." Dibalikkan tubuhnya lalu melangkah pergi. Meninggalkan Deeva sendirian di lorong yang sepi ini dengan penerangan yang memadai. Rio melangkah tanpa perlu menengok ke belakang.

Deeva diam, tangannya menyentuh permukaan dadanya. Di sanalah jantungnya berdetak dengan cepat. Hingga perlahan senyumnya terukir. Diambil ponselnya si saku bajunya. Ditekan beberapa digit angka yang sudah dihafal di luar kepalanya.

Saat dering ketiga, suara orang terdengar di seberang sana. "Abang dimana? Jemput aku."

---

Harusnya dia tak melakukan itu. Harusnya dia tak mengatakan itu. Harusnya...

Setelah ini, dia akan menjadi laki-laki jahat yang akan menghancurkan hati seorang gadis yang tak bersalah. Setelah ini dia akan membuat hati seorang gadis terluka.

Rio memukul tembok di depannya hingga mengeluarkan darah segar diantara jari-jarinya. Meluapkan segala emosinya akibat perkataan bodohnya tadi. Dia sudah salah, harusnya dia tak melanjutkannya. Tapi semua dimulai pada hari ini.

Entah apa yang harus dia lakukan. Semuanya sudah terlambat. Gadis itu menyukainya, dia tahu. Dan sebentar lagi Rio akan menyakiti hatinya.

Toilet sekolah sudah sepi sejak kepergian teman-temannya beberapa menit lalu. Rio memilih membasuh wajahnya dan menatap dirinya sendiri di cermin.

Laki-laki bodoh ini sudah menyesali perkataannya...

Dikeluarkan ponselnya dari tasnya. Rio menekan beberapa digit angka untuk menghubungi seseorang. Pada dering ke-tiga, suara di seberang sana mulai terdengar.

"Kamu dimana?"

"..."

"Tunggu di situ. Aku antar sampai rumah."

---

Tak ada percakapan yang berarti di dalam mobil. Rio dan Dessy memilih diam. Dessy sibuk dengan pemandangan di luar sana sedangkan Rio sibuk dengan pemikirannya sendiri. Jalan kehidupannya mulai rumit setelah ini.

Rio tau dia sudah menjadi laki-laki jahat setelah perkataan bodoh itu keluar dari mulutnya. perkataan itu keluar dengan sendirinya tanpa aba-aba.

Tanpa Rio sadari, dia sudah menerima tantangan Rome. Dan dia menyesalinya. Dia juga akan menyakiti hati gadis yang dicintainya.

ALTERIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang