Deeva berjalan keluar toilet setelah selesai membenarkan seragamnya yang sempat acak-acakan tadi. Walaupun sebenarnya tujuan utama Deeva masuk ke dalam toilet agar Kafka dan Rio pulang lebih dulu. Karena Deeva berbohong dengan berkata Aldo menjempunya tadi. Setelah dirasa waktunya sudah cukup, Deeva melangkahkan kakinya keluar toilet. Namun, terkejut saat tiba-tiba Rio muncul di depannya. Rio juga sepertinya begitu.
“Lo......... belom pulang?” Rio menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merasa canggung.
“Eh, iya,” Deeva meringis. Tadinya dia ingin menghindar, tapi justru dipertemukan seperti ini.
“Lo......... nggak ketemu Kafka?”
Deeva mengernyit. “Enggak. Kalo gitu, gue pulang dulu,” dia juga merasakan canggung yang sama. Daripada hanya berdua dengan Rio di sini, lebih baik Deeva pergi. Tapi, sebelum langkahnya benar-benar menjauh, Rio memanggilnya. Deeva menoleh. “Kenapa?”
“Lo......... pulang sendiri, kan?”
Deeva berdehem. “Enggak kok, Kak Aldo jemput.”
“Kata Kafka, Kakak lo nggak bisa jemput. Mau gue anter?”
Dalam hatinya, Deeva meringis. Ini sama sekali bukan sesuatu yang bagus. Ini justru berbahaya. “Enggak usah, gue naik angkot aja.”
“Kalo gitu gue temenin nunggunya, biar nggak sendirian,” Rio sendiri masih berusaha menghilangkan rasa canggung yang benar-benar menyiksanya. Tapi, dia bingung bagaimana cara menghilangkannya.
“Enggak usah,” Deeva menolak sekali lagi. “Gue nunggu sendiri aja,” lanjutnya.“Ya udah,” Rio menyerah. “Kalo gitu, gue duluan.”
Deeva mengangguk sebagai jawaban. Sekarang, dia harus menerima kenyataan ini, Deeva harus menunggu angkot sendirian. Dan, dia tidak menyukai itu.---
Deeva mendesah lagi. Setiap ada angkot yang melewatinya, pasti sudah penuh. Dan dia sudah benar-benar lelah. Dia ingin segera pulang, dan bergelung dengan nyaman di tempat tidurnya. Entah kesialan apa yang menghinggapinya saat ini, Deeva begitu kesal.
Gadis itu mengecek ponselnya yang ternyata telah mati. Kasihan sekali. Sudah sore, tidak tahu harus pulang naik apa, dan sekarang ponselnya mati. Benar-benar sial.
“Gue anter aja.”
Deeva memekik saat tiba-tiba ada motor berhenti tepat di depannya. Gadis itu sampai harus mengusap dadanya berkali-kali karena kaget.
Seseorang itu membuka penutup kepalanya, lalu memandang Deeva kesal. “Lo mau nunggu sampe kapan? Emangnya lo nggak punya PR buat dikerjain di rumah?”
Bahkan Deeva bisa saja menjatuhkan rahangnya karena terlalu terkejut. Rio lagi. Apa seperti ini hukum alam, saat Deeva mencoba menghindari Rio, justru laki-laki itu selalu muncul di depannya entah dengan cara seperti apa. Sial.
“Nanti juga angkotnya dateng kok,” dia berusaha mengelak. Berharap semoga Rio kesal padanya, dan pergi meninggalkannya. Meski itu berarti Deeva harus menunggu sendirian lagi.
Rio mendesah. “Dee, gue nggak bakal nyulik lo,” laki-laki itu masih berusaha membujuk.
Deeva mulai bimbang. Dia melirik jam tangannya, langit, jalanan di depannya, lalu Rio. Begitu terus selama tiga kali sampai akhirnya Deeva menghela napas pasrah. “Ya udah, deh.”
Gadis itu naik ke atas motor Rio, lalu duduk dengan menjaga jarak sampai Deeva sudah berada di paling ujung. Dia sampai harus mencengkeram bagian motor Rio keras-keras agar tidak jatuh.
Menyadari bahwa Deeva berusaha menjaga jarak dengannya, Rio menghela napas. Laki-laki itu lalu menggas motornya tiba-tiba hingga Deeva maju. Bahkan, tangan Deeva yang tadinya mencengkeram bagian motor, kini berganti mencegkeram ujung jaket Rio.
“Apaan, sih?” Deeva memukul bahu Rio kesal. “Nggak usah cari kesempatan dalam kesempitan. Kalo nggak, gue turun lagi.”
Rio mengangkat bahunya. “Silakan! Gue nggak bakal nawarin lo tumpangan lagi. Gue kasih tau aja, lingkungan sini kalo malem suka rawan.”
“Lo pikir gue percaya?” Deeva tertawa mengejek.
“Terserah. Yang penting udah gue kasih tau. Kalo nggak percaya, tanya aja satpam sekolah. Lo mau turun? Gue nggak larang.”
Menghela napas, Deeva semakin menguatkan cengkeramannya di ujung jaket Rio. Pertanda kalau dia tidak mau turun.
Berbanding dengan Rio yang tersenyum dibalik penutup kepalanya. Dia lalu melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTERIO
Teen Fiction"So, can you choose?" || Cover by @jacalloui Copyright© 2016, by Oolitewriter