Jauh di dalam sana, ada hati yang perlahan menyukainya...
---
"Hari terakhir masa orientasi. Biasanya minta tanda tangan sama foto." Ayu mengangguk menyetujui perkataan Eko.
"Perhatian buat semuanya. Diharapkan berkumpul di lapangan sekarang." Peserta didik baru bergegas merapikan tas mereka, setelahnya berbondong-bondong menuju lapangan.
Deeva melakukan hal yang sama, tapi sebelum itu dia membenarkan tali sepatunya sebelum suara itu membuatnya mendengus. "Cepetan!"
Tubuhnya berdiri sambil menatap seniornya yang menatapnya galak. Dia memang kurang suka dengan kak Syifa. Wajahnya jutek, tidak bersahabat sama sekali. Entah kenapa sejak pertama kali melihat kakak kelasnya itu, Deeva sudah tidak menyukainya.
Dilangkahkan kakinya sedikit berlari mengejar teman-teman satu kelompoknya yang sudah berbaris di lapangan sambil sesekali membenarkan nametag-nya yang miring.
"Hari ini adalah masa orientasi terakhir kalian. Kalian harus berfoto bersama kakak pembimbing kalian, juga mengumpulkan minimal sepuluh tanda tangan kakak osis. Setelah itu, kalian bisa melihat demo ekstrakurikuler sekolah ini. Sekarang, bubar." Peserta didik baru serentak berlari ke markas mereka masing-masing. Mengeluarkan buku dan pulpen lalu berlari kembali ke lapangan. Beberapa ada yang berkeliling mencari kakak osis untuk meminta foto atau tanda tangan.
Deeva berlari ke sudut lapangan. Menghampiri kak Alan, si ketua osis. Entah apa yang dipikirkannya hingga menghampiri ketua osis lebih dulu.
Deeva berhenti sejenak. "Astaga! Banyak banget." Dia membuka matanya lebar. Dilihatnya para gadis sedang membentuk lingkaran dan kak Alan berada di tengah-tengah mereka. Deeva sempat melihat kak Alan yang teriak-teriak karena para gadis itu begitu berisik dan tidak bisa diatur.
Deeva mengalah. Mungkin bukan saat yang tepat untuk meminta tanda tangan kak Alan. Diputar tubuhnya, dilihatnya sekeliling. Dia sama sekali tak menemukan kakak osis yang nganggur. Tapi Deeva mengakui kalau kak Alan-lah yang paling ramai.
Langkah kakinya membawanya pada salah satu kakak osis yang dianggapnya baik. Deeva berpikir mungkin akan mudah mendapat tanda tangannya. Tidak seperti kakak osis sebelah yang memiliki banyak permintaan.
Deeva menyelipkan tubuhnya diantara gadis-gadis yang ada di sana. "Kak, boleh minta tanda tangannya?" Laki-laki itu menggeleng. "Ada syaratnya." Mereka mendesah kecewa. Beginilah suka duka jadi peserta didik baru.
"Apa?" Tanya gadis yang berada di samping Deeva. Laki-laki itu tampak berfikir sebelum akhirnya menjawab, "ada yang hafal surat Yasin?" Mata mereka melebar serentak.
"Yaelah kak, gak ada yang lebih gampang apa." Celetuk gadis yang berada di samping gadis yang berbicara tadi.
Laki-laki itu terkekeh. "Nyanyiin lagu selamat ulang tahun buat kakak yang di sana." Kakak osis yang bernama 'Alvian Romeo B' dari nametag-nya itu menunjuk seseorang yang sedang berjalan di koridor. Mereka yang melihat arah telunjuk Romeo segera mengikuti arah pandangan kakak osis itu.
Dari semua yang melihat, Deeva-lah yang paling terkejut. Saat semua orang mulai berlari menghampiri seseorang yang ditunjuk Romeo, Deeva memilih diam. Entahlah, dia merasa bingung harus melakukan apa. Pikirannya buntu. Sebelum sebuah suara mengintrupsinya, "kamu ngapain? Gak jadi minta tanda tangan saya?"
Deeva mengerjap, ditatapnya Romeo yang menatapnya balik. "Kakak itu ulang tahun yah kak? Kakak kenal kakak itu?"
"Iya. Dia ulang tahun. Kita sekelas." Perlahan, senyumnya terukir manis. Romeo yang melihatnya hanya bisa berdiri terpaku. Heran dengan tingkah adik kelasnya yang satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTERIO
Teen Fiction"So, can you choose?" || Cover by @jacalloui Copyright© 2016, by Oolitewriter