Pada akhirnya, Ada rasa tak percaya saat hal itu benar-benar terjadi...
Rio mengetuk jari-jemarinya pada meja sesekali melirik jam di tangannya. Sudah hampir lima belas menit tapi gadisnya tak kunjung datang hingga Rio mulai bosan.
Belum sempat dirinya beranjak, ada seorang gadis melewati pintu masuk dan tersenyum ke arahnya. Gadisnya...
"Maaf lama. Tadi ada masalah sama Gita. Kamu udah pesen?" Rio menggeleng, setelahnya Dessy menatapnya tak suka. "Kalo kamu laper pesen aja duluan."
"Aku nunggu kamu." Dessy memilih diam melihat Rio menatapnya dengan tatapan teduh dari yang paling teduh yang Rio miliki.
"Kalo gitu kamu beruntung aku cuma telat lima belas menit. Kalo aku telat lebih lama, mungkin kamu akan mati kelaparan." Rio terkekeh, setelahnya mengacak rambut Dessy lembut.
"Apaan sih?"
"Gue cuma mau neraktir lo doang, Dee."
"Baru kali ini orang mau neraktir maksa."
"Harusnya lo bersyukur."
"Males."
Suara itu perlahan membuat Rio sedikit menajamkan pendengarannya. Suara yang tak asing lagi di telinganya. Sura dua orang berlawanan jenis yang sangat dikenalinya.
Lantas, diputar tubuhnya agar dia bisa melihat kedua orang itu. Memastikan bahwa dugaannya salah. Tapi Rio harus menelan harapan itu bulat-bulat saat melihat Rion dan Deeva yang duduk tak jauh darinya. Deeva yang sedang menatap Rion kesal dan Rion yang sedang menggoda Deeva.
"Rio?" Rio mengerjap, lalu menatap Dessy di depannya.
"Ya?" Sejenak, Rio termenung. Perasaan aneh menyelimutinya saat Deeva sedang bersama Rion. Entah itu apa, tapi seperti perasaan tak suka. Padahal dia sedang bersama Dessy dan menatap perempuan itu. Tapi...
"Kak Rio?" Rio menoleh, menatap Rion yang tadi memanggilnya. Bisa dilihat Deeva yang menatapnya terkejut. Lalu detik berikutnya mencari objek lain untuk dipandangi.
"Kita makan disana aja." Rio melihat Rion yang menggenggam tangan Deeva. Menyuruh gadis itu menghampiri meja Rio dan Dessy.
Tapi, Deeva menggeleng. "Disini aja." Rion segera bangkit lalu menarik tangan Deeva hingga membuat gadis itu mendengus.
"Hai." Hingga Deeva memilih mengalah. Dia duduk di samping Dessy, berhadapan dengan Rion.
Rio merasakan hawa dingin diantara mereka berempat begitu menusuk ke tulangnya. Tapi Rion pandai mengubah suasana. "Deeva, lo belom kenal mereka kan? Ini Rio, kembaran gue. Ini Dessy, pacarnya Rio."
Untuk beberapa saat, Deeva bergeming. Menatap wajah Rio dan Rion bergantian. Hingga akhirnya gadis itu mengerut bingung karena tak melihat ada kemiripan antara Rio dan Rion. Telinganya menangkap sesuatu yang salah. Dessy dan Rio berpacaran. Sejak kapan?
"Kalian.... gak mirip." Celetuk Deeva tanpa sengaja. Tapi sepertinya gadis itu tak menyadari apa yang sudah dikatakannya.
"Lo itu orang ke seribu dua ratus tujuh puluh lima yang bilang kayak gitu. Kita emang gak mirip. Jelas lah, gantengan gue kan?" Deeva mendecak menatap Rion yang sekarang sedang menyisir rambutnya dengan jari.
"Lo ganteng kalo diliatnya sambil merem." Tawa Dessy berderai menatap Rion dan Deeva yang sepertinya..... serasi.
"Jahatnya gebetan gue." Tubuh Rio mendadak kaku. Mencerna kembali beberapa kata yang diucapkan Rion. Gebetan?
"Stop it! Jangan panggil gue 'gebetan' lagi. Gue bukan gebetan lo." Nada bicara Deeva terdengar marah namun tidak dengan reaksi wajahnya. Pipinya merona dan itu membuat Rion semakin usil menjahili Deeva.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALTERIO
Teen Fiction"So, can you choose?" || Cover by @jacalloui Copyright© 2016, by Oolitewriter