Entah siapa yang menang. Hati dengan perasaannya, atau otak dengan pemikirannya...
Deeva hampir tersedak mendengar pernyataan Rio barusan. Gadis itu merasa kakinya seolah tak menapak tanah. Semua berputar-putar di kepalanya hingga membuatnya pusing.
Gadis itu memenyandarkan tangannya pada tembok. Berusaha menahan beban tubuhnya yang sebentar lagi limbung. Entah kenapa, perutnya mendadak mual.
Dia tak percaya Rio berkata seperti itu. Tanpa beban, tanpa kekhawatiran. Semua mengalir begitu lancar dari mulutnya. Bahkan laki-laki itu tak melihat respon Deeva saat ini. Laki-laki itu memilih menatap objek lain yang mungkin lebih menarik.
"Jelas kan? Lo gak berani ninggalin Dessy. Atau mungkin lo gak bakal ngelakuin itu? Itu alasan kenapa gue benci banget sama lo sekarang." Deeva mencoba berdiri tegak dengan kepalanya yang masih pusing. Gadis itu menatap Rio yang sekarang menatap matanya.
"Terlalu banyak omongan tanpa tindakan gak berarti sama sekali. Tolong, jangan bikin gue berharap terlalu banyak sama lo. Jangan bikin gue seneng, tanpa tau rasa sakit apa yang gue dapet setelah ini. Seharusnya, lo gak perlu ngelakuin ini. Gue terima kalo lo mau jauh dari gue dan lupain semuanya. Jangan tiba-tiba lo muncul terus bilang hal yang gak masuk akal!" Mulutnya sudah gatal ingin berteriak sejak tadi. Berusaha meluapkan segala emosi yang sempat diredamnya. Kini, gadis itu sudah tak mampu menahannya.
Tubuhnya gemetar, gadis itu mencengkram roknya kuat-kuat hingga kusut. Matanya memerah. Satu kedipan saja, air matanya akan menetes. "Lo gak bisa ninggalin Dessy kan?! Tapi lo selalu berusaha meyakinkan diri lo sendiri kalo lo itu bisa! Tapi lo gak pernah mau nyoba atau takut buat nyoba?"
"Itu yang selalu diperdebatkan hati dan otak lo. Berusaha ninggalin Dessy, tapi nyatanya gak bisa! Lo berusaha meyakinkan diri lo, tapi nyatanya lo tetep gak bisa! Lo gak bisa!" Sesuatu yang basah mengalir melewati pipi gadis itu. Air matanya sudah turun dan tak bisa dicegah lagi. Hatinya terlalu sakit. Laki-laki itu terlalu banyak berpikir meski tahu jawabannya. Rio tak akan bisa melakukannya. Dia terlalu takut menyakiti hati Dessy. Tapi laki-laki itu berulang kali menyakiti hati Deeva. Adil kah?
"Bersabarlah sedikit." Terlalu lama diam hingga hanya kata itu yang keluar dari mulut Rio. Tak dipungkiri hatinya juga seperti teremas. Rasanya sakit dan terlalu menyakitkan untuk berbicara. "Gue butuh waktu."
"Lo mau butuh waktu berapa lama? Lo tetep gak bisa, Rio!" Gadis itu menangis, sekarang dengan isakan kecil yang membuat hati Rio seperti teriris. Isakannya menunjukkan betapa lelahnya gadis itu dengan semua ini. Sama seperti dirinya.
Hingga beberapa lama hanya terdengar suara isakan, Rio mencekal pergelangan tangan Deeva. Lalu, segera menarik gadis itu keluar dari halaman belakang sekolah. Menariknya hingga berjalan menyusuri koridor. Beberapa siswa yang menatap mereka berhenti melakukan aktivitas mereka. Seperti berbicara di koridor misalnya. Pasalnya, Deeva belum menghapus air matanya.
"Kita mau kemana?" Gadis itu berusaha melepaskan cekalan di pergelangan tangannya tapi sulit.
"Dessy. Gue bakal putusin dia di depan lo." Sontak, gadis itu membulatkan mata terkejut lalu berhenti melangkah. Berusaha menahan Rio agar tak melanjutkan langkahnya dan berhasil. Laki-laki itu menoleh ke belakang, menatap Deeva yang diam mematung.
"Kenapa? Ini yang lo mau kan?" Dicengkramnya pergelangan gadis itu semakin kuat hingga Deeva meringis.
"Lo gila ya?! Gimana kalo Dessy mau bunuh gue?" Gadis itu sungguh tak percaya. Kemana jalan pikiran Rio? Memutuskan Dessy, lalu memperkenalkan Deeva sebagai kekasih barunya setelah mengucapkan kata putus? Ini gila!
"Itu gak akan. Dia baik." Rio mencoba meyakinkan meski laki-laki itu juga tak yakin.
"Ya, tapi setelah ini mungkin kata 'baik' gak cocok lagi. Karena dia bakal bunuh gue." Deeva mencoba mengucapkannya dengan tenang. Meski tak dipungkiri dia deg-degan setengah mati. Baiklah, mungkin Dessy tak akan membunuhnya. Tapi bisa jadi Dessy akan mencekiknya lalu menjambak rambutnya di depan banyak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTERIO
Teen Fiction"So, can you choose?" || Cover by @jacalloui Copyright© 2016, by Oolitewriter