Prolog

105K 3.4K 73
                                    

"Geviiiiii," panggilku.

Aku berjalan memasuki apartemen Gevin. Dan tahukah kalian pemandangan apa yang aku dapatkan? Uhhh ... sangat menjijikan! Semuanya berantahkan. Apartemen ini sudah berubah menjadi tempat pembuangan sampah. TV menyala, lampu mati, tidak ada matahari karena gorden tertutup, kaleng minuman soda berserakan disetiap sudut, nasi kotak yang sudah berjamur dibiarkan begitu saja, dan yang paling parahnya ada sekeluarga kecoa sedang bermain terbang-terbangan. Sebenarnya apa yang sudah dilakukan laki-laki bodoh itu?

"Woi, bodoh!" teriakku kesal. "Lo apain apartemen ini? Kenapa gak sekalian aja lo bakar?" tanyaku sarkas.

Gevin si bodoh yang masih terbaring terlungkup di atas sofanya itu terdengar menarik napas dalam-dalam seraya berkata, "Gua ... gua ...  putussss Bef ...  gua ... putusss ...." Tangisnya pecah. Rasanya aku pengen ketawa ngakak liat dia nangis gitu, tapi kasihan. "Gua gak sanggup hidup lagi! Gua mau mati aja, gua mau bunuh diri aja!" Ia bangkit lalu berlari ke arah jendela.

"Bego! Bodoh! Tolol!" umpatku, ni anak emang gak bisa dikasihani, dimaki biar sadar. "Itulah si Gevin. Bucin TOLOL!" geramku.

Gevin menoleh ke arahku, ia terlihat tak terima di tampar kenyataan. "Lo gak tau rasanya jadi gua! Lo gak tau!"

"Gue emang gak tau rasanya jadi lo, bener. Tapi apa lo tau Vin, rasanya saat ngeliat sepupu lo tidur dengan pacar yang lo cinta? Apa lo tau?" tanyaku tajam. Ia terdiam mendengar hantaman kenyataan yang lebih pahit dan menyakitkan.

"Mana hancuran lo sama gua?" teriakku.

"GUA BODOH! TOLOL! BEGO!" Makiku kesal, benar-benar kesal. "Lo masih untung ditinggal pergi, sedangkan gua? Dikhianatin!" Aku menghela napas panjang.  "Sudahlah jangan ngelakuin hal yang buat lo tambah bodoh Gevin," ucapku pelan.

Gevin menatapku, ia pun akhirnya jinak dengan berjalan kembali kesofa. Betapa menyedihkannya sahabatku ini, lihat lah sekarang tampangnya, tampang gantengnya menghilang, yang tinggal hanya tampang bodohnya.

Aku menghampirinya dan duduk dihadapannya. "Sebenarnya, apa yang terjadi Vin?"

"Dia gantungin hubungan kami. Dia buat gua berharap. Terus sekarang tiba-tiba gua dapat kabar dia mau tunangan dengan laki-laki lain. Sakit hati gua Bef sakit!" lirihnya dengan pedih.

Aku berdecak, kembali kesal dengan kesedihannya. "Lemah banget dah lu jadi cowok Vin ... Vin.... Ganti rok aja sana! Atau gak ganti kelamin sekalian!" dengusku, niat baik yang kutanyakan hilang respek melihat responnya yang begitu lemah untuk seukuran cowok cool kayak dia.

"LO GAK TAU BEF GAK TAU!" teriaknya kambu.

Astaghfirullah alazim nih anak, aku rasa kena guna-guna nih. Seraya berdiri, aku berteriak lebih kencang darinya. Pertengkaran kembali dimulai untuk kedua kalinya. 

"GUA EMANG GAK TAU DEF. TAPI UNTUK APA LO NGEHANCURIN DIRI LO SENDIRI UNTUK APA? APA DIA BAKAL BALIK LAGI KE LO SETELAH LO MATI BUNUH DIRI?"

Devino kembali hanya bisa diam. Dia mah kalau dilembutin gak bisa, bisanya dikasarin ajalah ni anak.

"GAK KAN? GAK BEGOOO!"

"Terus gua sekarang harus ngapain?" tanyanya pelan.

Dengan berkacak pinggang aku berkata, "Sekarang lo mandi deh sana! Biar gua bersihin apartemen lo. Lo tuh butuh penyegaran otak kayaknya. Kita ke bandung malam ini" putusku tegas.

Dan dengan pasrah dia berkata, "Yaudah, gua mandi dulu." Setelah itu pergi berjalan ke dalam kamarnya.

---------------------------------------------

"Lo harus move on!" perintahku bersemangat.

"Apa?" tanyanya dengan wajah lesu

"MOVE ON BEGO!" makiku seraya menggetok kepalanya dengan sendok.

Dia hanya meringis pelan. Setelah itu ia terdiam dan menatapku mataku dalam. Ntah apa yang dipikirnya sampai dia setelah itu menarik nafasnya dalam-dalam dan berkata, "Kalo gitu bantu gua untuk move on Bef."

Aku berpikir sejenak dan perlahan senyumku mengembang. Akhirnya dia nurut juga. Seraya mengangguk, aku berkata, "Gua bakal bantu lo. Gua bakal cariin perempuan yang lebih dari mantan lo itu!" yakinku.

Namun, keyakinanku dibuat bingung saat dia menatapku dan mengatakan, "Lo gak perlu nyari siapapun buat gua move on. Karena gua udah nemuin perempuan itu."

"Oh ya? Siapa?" tanyaku bersemangat.

"Lo!" 

What The Hell? Aku mengerjap tak percaya dan tatapannya tak pernah lepas menatap mataku.

"Menikahlah dengan gua Bef"

----------------------------------------------

Pernah Di Publish: 27 Februari 2016

Di Publish Ulang: 20 Agustus 2019

Best Friend Be Love {1}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang