"Paan sih Gev ahh"
"Kamu nakal ya nakal nakal", Gevin menoel-noel pipiku dengan gemulai.
"Hahaha lekong nya kumat"
"Ihhh nachkal nachkal nachkal"
"Hahahaha"
Ceklek
Aku yang sedang tertawa bersama Gevin menoleh kearah pintu.
"Fina sayang anak Mami. Gimana keadaanmu?", tanya Mami Zigo panik.
Aku menampakkan senyum manisku. "Fina sudah baikkan kok Mi.", ucapku lembut.
"Papi benar-benar minta maaf atas kelakuan Zigo dan istrinya. Maafin mereka ya Fin", mohon Papi Zigo.
Aku mengangguk. "Fina sudah maafin mereka sebelum mereka minta maaf kok Pi.", ucapku kalem.
"Sayang, tolong ambilkan Mami Papi minum", ucapku lembut ke Gevin.
"Sayang?", tanya Mami bingung.
Aku menyengir kearah Mami. "Fina akan menikah dengan Gevin Mi"
"Sungguh?", Mami menampakkan raut sedihnya.
"Iya Mi. Gevin sudah melamar Fina minggu lalu."
"Boleh Mami memelukmu?. Sebentar lagi Mami akan kehilangan putri yang mami sayang", ucapnya sedih.
Aku tersenyum. Dan merentangkan tanganku. "Mami akan selalu jadi mamiku", ucapku menenangkannya.
"Hanya Mami saja?", ucap Papi.
Aku terkekeh. "Papi juga akan selalu jadi Papiku."
Ceklek
"Bunda", teriakku antusias. Yang ku panggil bunda ini adalah Ibunya Gevin.
"Hai sayang. Bunda bawakin makanan kesukaan kamu", Bunda berjalan kearahku. Bunda tersenyum sopan kearah Mami dan Papi begitu juga dengan Mami Papi.
"Sayang, Mami Papi gak bisa lama-lama. Mami Papi pamit dulu ya", ucap Mami lembut.
Aku mengangguk. Mami mencium keningku sedangkan Papi mengelus kepalaku dengan sayang. "Cepat sembuh sayang", ucap Mami. Lalu pamit dengan Bunda dan Gevin.
"Gevin, Bunda ada urusan. Kamu suapin calon mantu kesayangan Bunda dulu ya", Bunda mengerling nakal kearahku.
"Siap Bunda", ucap Gevin semangat.
Bunda mencium keningku dan berlalu dibalik pintu.
"Ayo makan", ucap Gevin lalu duduk disampingku. Gevin menyuapiku dengan telaten. Sesakali dia menanyakan sesuatu. Kami seperti biasanya masih seperti saat bersahabat dahulu tak banyak berubah hanya panggilan gua-elo yang berubah jadi aku-kamu. Setelah menghabiskan makanan yang dibawa Bunda. Aku meminta Gevin untuk tidur disampingku sambil memelukku.
"Masih sakit?", Gevin mengelus pipiku yang habis ditampar Seyra kemarin.
Aku menggeleng. "Tamparan ini gak lebih sakit dari penghianatannya Gev", ucapku parau. Ntah kenapa aku ingin menangis dipelukkannya.
"Aku tau berdamai dengan masalalu memang tak mudah", Gevin memainkan ujung rambutku.
"Semuanya terasa sulit saat mereka datang kembali memporak porandakan hatiku Gev.", ucapku drama.
Gevin terkekeh. "Bahasamu itu loh, menggelikan. Porak poranda haha."
"Hanya kata itu yang bisa ngedeskripsiin hatiku saat ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Friend Be Love {1}
Teen FictionSebagai sahabat yang baik aku akan melakukan apapun untuk membuat sahabatku tersenyum. Tapi tidak dengan membantunya untuk move on. Aku tidak mungkin menerima lamaran sahabatku yang padahal aku tahu dia masih mencintai gadis itu. Dan aku akan berakh...