Author Pov
Enam Tahun Kemudian
"Ayaahhh"
"Ayaaahhh bangunnn Ayahhh"
Gevin yang masih terlelap di alam mimpinya perlahan membuka mata sipitnya. "Defino", panggilnya serak.
"Ayahhh bangun Ayah hari ini aku ada pentas seni", ujar anak laki-laki itu menarik-narik lengan baju tidur Gevin.
"Iya sayang iya. Maaf ayah kesiangan"
"Ayoo ayah cepetan bangun. Fino bisa telat nanti", desaknya.
Dengan kesadaran yang belum terkumpul Gevin bangkit dari tidur panjangnya dan berjalan ke kamar mandinya. Hanya dengan waktu dua puluh menit Gevin bersiap-siap.
"Anak Ayah sudah siap?", tanya Gevin menuruni tangga dan mendapati anaknya Defino sedang sarapan sendirian dimeja makan. Cukup miris, seharusnya Defino merasakan sarapan dengan kedua orang tuanya. Tapi sayang sejak Defino beranjak besar, Fina harus meninggalkannya. Tuhan tak mengizinkan Defino merasakan indahnya kasih sayang dari seorang ibu saat ini.
"Ayo ayah", ucap Fino menggandeng tangan Gevin menyadarkannya dari lamunannya akan Befina yang sekarang jauh disana.
"Hari ini Fino jadi pangeran. Ayah nonton Fino pentaskan?", tanyanya dengan gembira.
Gevin mengangguk tersenyum dan mengacak puncak kepala anak sulungnya itu. Fino adalah hartanya. Harta satu-satunya yang ditinggalkan oleh Befina, istri yang dicintainya sampai saat ini.
"Ayah tau siapa yang jadi putrinya?", ucap Fino antusias.
"Emangnya siapa?", tanya Gevin menimpali celoteh anak kesayangannya.
"Prisca", jawabnya dengan nada malu.
"Loh loh loh kenapa Fino jadi malu gitu?", goda Gevin.
"Enggak Fino gak malu kok"
"Itu pipinya kenapa jadi merah gitu?"
"Gak merah putih kok Yah", elaknya dengan memajukan wajahnya ke cermin didepan mobil.
"Iya tuh merah, cie Fino malu yaa. Suka ya sama Prisca", goda Gevin sambil menoel pipih putih Fino.
"Enggak ayah. Ayah apaan sih", elaknya.
"Hahaha. Kalo Fino emang suka sama Prisca ya ditembak dong Priscanya."
"Ditembak? Mati dong yah", ucap Fino polos.
Gevin pun langsung menepuk dahinya. "Bukan, maksut ayah bukan gitu"
"Jadi apa yah?", tanyanya dengan penasaran.
"Ah, nanti deh Ayah kasih tau. Sekarang mendingan kamu hafalin teks dramanya nanti lupa loh", ingat Gevin.
"Gak mau, Fino udah ingat tau Yah. Nanti lupa kalau dihafalin terus"
"Ah, masa?"
"Masak didapur Yah"
"Hmm berani ya, jailin ayah?"
"Hehehehe"
"Siapa yang ngajarin?"
"Ehehehe"
"Awas ya nanti. Kalau udah sampai. Gak kasih ampun"
"Ih ayah ngancam"
"Biarin"
"Yah", panggil Fino.
"Apa?", jawab Gevin.
"Aku kangen Bunda Yah", lirihnya.
"Ayah juga kangen nak", batin Gevin
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Friend Be Love {1}
Teen FictionSebagai sahabat yang baik aku akan melakukan apapun untuk membuat sahabatku tersenyum. Tapi tidak dengan membantunya untuk move on. Aku tidak mungkin menerima lamaran sahabatku yang padahal aku tahu dia masih mencintai gadis itu. Dan aku akan berakh...