4...

40.1K 2.2K 37
                                    

"Abang?!" ucapku kaget melihat sesosok yang aku kenal berjalan memasuki ballroom hotel, ia juga sama terkejutnya melihatku.

"Miss you. Kapan pulang?" Kami berpelukan saling melepas rindu.

"Tadi pagi," jawabnya pelan; lebih terdengar lesu. "Aku kira adikku ini tidak akan datang. Maka dari itu aku datang mewakili dirimu." Tatapannya sendu, ia mengelus rambutku dengan lembut.

Laki-laki ini adalah abangku satu satunya. Selama ini ia tinggal di Singapore. Karena sebagai anak laki-laki tertua ia mengemban tugas meneruskan perusahaan keluarga kami. Namanya Berfino Aldestrio.

Sejak ia datang, mataku salah fokus dengan seorang wanita yang datang bersamanya. Aku menatap ke arah wanita tersebut, ia membalas senyumanku dengan ramah. "Siapa?" Aku berbisik pada Abang.

"Bellesia Ananda," jawabnya singkat tanpa ingin memberikan keterangan sebagai apa wanita itu datang bersamanya.

"Pacar mu?"

Bang Erfin menggeleng. "Calon istriku." Singkat, jelas dan mengejutkan.

Aku terpekik kaget. "Really? Oh My God akhirnya ... akhirnya," kupegang bahunya erat dan memberikan jarak pandang agar aku bisa menatapnya dengan seksama sembari memberikan senyuman jahil, ia mengalihkan pandangan. Aku beralih pada calon kakak iparku itu. Ku hampiri ia, lalu berkata, "Selamat sudah bisa meluluh lantahkan si hati batu."

Gadis itu tertawa dengan candaanku dan membalasnya, "tidak, sebenarnya aku tidak bisa, hanya saja aku sedang beruntung."

Bang Erfin berdehem, menghentikan candaan kami aku hanya mengedikkan bahu, lalu mengganti topik dengan bertanya, "Nama kakak ipar siapa?"

"Bellesia Ananda," ia mengulurkan tangannya yang langsung aku sambut dengan hangat.

"Aku Befina Kristalia. Panggil aku Fina. Kak boleh aku minta nomor ponsel mu?"

"Dengan senang hati." Kak Belle memberikan ponselnya. Aku langsung mengetikkan nomorku dan miscall ponselku.

"Oiya ... Kak kenalin ini Gevin. Gevin kenalin ini calon kakak iparku." Aku hampir saja melupakan Gevin karna lelaki itu memberikan space untukku melepas rindu dengan Bang Erfin dan berkenalan dengan calon kakak iparku.

Gevin menyalami Kak Belle sedangkan Abang menepuk bahu Gevin sembari tersenyum hangat.

"Siapa mu?" goda Kak Belle.

"Calon suami Fina," jawab Gevin tegas. Sedangkan aku, hanya cengengesan tak jelas.

"Sahabat jadi calon suami eh?" goda Bang Erfin.

"Ayo Gev. Gue laper. Bye Kakak Ipar bye hati batu!" aku langsung menarik Gevin membiarkan pertanyaan Bang Erfin mengambang.

+++

"Gev peluk," pintaku tiba-tiba dengan manja. Jangan iri, risau atau pun jijik dari dulu bersahabat dengannya sifatku memang seperti ini. Gevin lah tempatku berkeluh kesah, sedih, tertawa, bahagia, merana, pokoknya semuanya.

Gevin menarikku kepelukannya. "Gimana jawaban sholatnya?"

"Kalo lo gimana?"

Gevin tersenyum, "Ikut gue!" Ia menarikku berjalan meninggalkan restoran membawaku ke bibir pantai.

"Oh my God, so beautiful!" Mataku dibuat terkagum-kagum dengan perpaduan ciptaan Tuhan. Sebuah bulan sempurna ditemani bintang yang bertabur diiringi suara deburan ombak.

Best Friend Be Love {1}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang