Jodha dan keluarganya kini sedang bicara di ruang keluarga. Jodha sudah memutuskan satu hal dan memberitahukan pada papa dan mamanya. Jodha berharap mereka menyetujui keputusannya.
Keadaan masih hening, hingga Bharmal mulai bicara."Apa kamu sudah yakin dengan keputusanmu?"
"Iya, Pa. Aku sudah memikirkannya dengan matang. Aku akan tinggal dengan om Atghah di Jakarta. Bila aku tetap disini, maka kenangan pahit itu tidak akan bisa kulupakan. Aku butuh suasana baru."
"Itu berarti kamu akan keluar dari perusahaan papa?"
"Masih ada Daniyal yang bisa meneruskan. Sekaligus dari sekarang dia bisa belajar mengurus perusahaan. Aku ingin belajar mandiri."
Bharmal mendesah berat. Bila Jodha sudah mempunyai keinginan, maka akan sulit untuk mengubahnya.
"Kalau kamu sudah yakin, papa tidak akan melarangmu. Tapi papa harap kamu jangan terus terpuruk. Kamu berhak untuk bahagia dan jatuh cinta lagi."
"Aku tidak ingin jatuh cinta lagi, Pa. Cukup sekali aku merasakan sakitnya."
"Jangan begitu, Jodha. Apa kamu ingin melajang seumur hidupmu? Papa dan mama akan selalu mendoakanmu agar kamu bisa bertemu dengan orang yang mencintaimu dengan tulus." Meena ikut bicara.
"Kapan kamu akan pindah?"
"Secepatnya. Setelah resign dari perusahaan Papa, aku akan pindah ke Jakarta."
"Apapun keputusanmu, asalkan bisa membuatmu bahagia. Papa pasti mengizinkan."
"Terima kasih. Aku sayang Papa."
Bharmal dan Meena berdoa semoga Jodha bisa mendapatkan kebahagiaannya kembali melalui seseorang yang mencintai dan menyayanginya dengan tulus.
*
Setelah semua urusan selesai, Jodha sudah siap berangkat ke Jakarta. Dia berpamitan dengan papa dan mamanya."Ma, aku pergi. Doakan aku disana agar selalu kuat dan tabah menghadapi semua ini." Jodha memeluk Meena.
"Iya sayang. Mama akan selalu mendoakanmu."
Jodha lalu memeluk papanya. "Maaf bila Jodha belum bisa membahagiakan Papa."
"Jangan bicara seperti itu. Kamu akan selalu menjadi kebahagiaan papa. Jaga kesehatanmu selama disana dan jangan lupa kalau ada waktu tetap pulang kesini." Bharmal mencium kening Jodha.
"Iya. Aku janji akan berkunjung kesini untuk melihat Papa dan Mama"
"Salam buat om dan tantemu."
"Pasti."
Jodha mencium pipi mama dan papanya. Daniyal sudah menunggu di mobil untuk mengantarnya. Jodha masuk ke mobil dan mulai berangkat dari bandung menuju Jakarta.
Setelah cukup lama diperjalanan karena macet, Jodha dan Daniyal akhirnya tiba Jakarta, tepatnya dirumah adik dari papanya yaitu Atghah.
Gulbadan yaitu istri dari Atghah telah menyambutnya di depan rumah karena dia tahu bahwa Jodha akan datang. Jodha keluar dari mobil dan berhambur memeluk tantenya.
"Tante, aku kangen."
"Tante juga kangen sama kamu." Gulbadan membalas memeluk Jodha lalu mencium pipinya. Setelah memeluk Jodha, Gulbadan bergantian memeluk Daniyal.
"Ayo masuk dulu, biar bi Inah yang membawa kopermu." Gulbadan memanggil bi Inah, "Bi inah, tolong kopernya bawa ke kamar tamu."
"Enjeh bu." Wanita setengah baya asli jawa tengah yang bernama bi Inah langsung membawa koper. Jodha menghempaskan pantatnya di sofa.
"Capek ya?"
"Lumayan tante."
"Biar nanti bi Inah buatin minuman buat kalian berdua."
"Oh iya? Tan. Dapat salam dari papa dan mama."
"Bagaimana kabar mereka?"
"Alhamdulillah baik. Om Atghah kerja ya?"
"Iya. Mulai kemarin dinas keluar kota. Nanti sore juga sudah pulang." Tak lama bi Inah datang membawa 2 minuman jeruk dingin.
"Makasih, Bi," ucap Jodha.
"Sama-sama, Non."
"Ruqayah mana,Tante?"
"Dia kerja, sudah seminggu ini dia lembur. Hotel tempatnya bekerja sedang sibuk dengan event disana. Mungkin dia nanti agak pulang malamnya. Sekarang kalian makan dulu nanti baru istirahat."
"Ok."
Sore pun tiba. Daniyal sudah kembali ke bandung setelah tadi istirahat beberapa jam. Jodha berpesan pada Daniyal agar menjaga papa dan mamanya dengan baik dan dibalas acungan jempol oleh Daniyal. Tak berapa lama, Atghah datang dari dinasnya. Atghah adalah seorang perwira TNI. Dia sering sekali dinas keluar kota. Jodha menyambut kedatangan Atghah dengan gembira.
"Om Atghah." Jodha memeluk Atghah.
"Eh ... Jodha. Kapan datang?" Atghah membalas pelukan Jodha.
"Tadi siang."
"Sendirian?"
"Enggak, Om. Tadi diantar Daniyal, tapi dia barusan pulang."
"Ya sudah. Ayo kita masuk"
Malam harinya, mereka bertiga makan malam tanpa Ruqayah karena masih lembur. Setelah makan malam, Jodha menonton televisi untuk menunggu Ruqaya. Sekitar jam 10 malam, Atghah dan Gulbadan pamit untuk tidur sedangkan Jodha masih setia nonton tv. Jodha mulai menguap dan sedikit demi sedikit dia mulai memejamkan matanya. Tak berapa lama Ruqaya datang. Saat Ruqaya masuk, dia melihat di ruang tamu, televisinya menyala.
"Siapa yang melihat tv malam-malam begini?" Ruqaya berniat mematikan tv. Tapi sebelum menekan remotenya, dia melihat Jodha yang tertidur di sofa.
Ruqaya kaget dan spontan berteriak, "Jodha!"
Jodha yang sedang enak tidur langsung melonjak berdiri begitu mendengar teriakan. Ruqaya langsung memeluknya.
"Ya ampun, Jodha. Kapan kamu datang? Kenapa kamu tiduran disini? Gimana kabar paman dan bibi juga Daniyal?" Ruqaya terus bicara tanpa henti membuat Jodha berdecak dan melepaskan pelukannya.
"Kamu ini. Kalau bertanya satu persatu. Jangan kayak kereta api gitu."
"Ok."
"Aku datang tadi siang. Kabar kedua orangtuaku dan Daniyal baik. Aku tertidur disini karena menunggumu."
"Oh ... sepupuku tersayang. Aku kangen kamu."
"Aku juga."
Setelah saling melepas rindu, mereka bercerita hingga larut malam. Tak peduli dengan Ruqaya yang lelah setelah lembur.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANGAN TAKUT JATUH CINTA ( END )
Fiksi PenggemarPernikahannya batal dikarenakan calon suaminya meninggalkannya disaat ijab kabul. Sejak saat itu, dia tidak mau lagi jatuh cinta. Dia tidak ingin tersakiti untuk kedua kalinya.