Chapter Thirteen #Thank's

193 11 0
                                    

Gue membuka mata perlahan. Mengucek mata, cukup silau sinar matahari menusuk mata. Menyapu pandang, terlonjak ketika mendapati Nyokap membuka gorden jendela. Nyokap berjalan mendekati gue, mengelus puncak kepala gue.

Ini beneran Nyokap? Sungguh, beda seratus delapan puluh derajat.

"Nathan, bangun Nak, kamu gak sekolah?"

"I-iya Mah. Ini udah bangun kok."

"Yaudah Mama tunggu di bawah ya." ucapnya sembari berjalan ke bawah.

Gue menatap punggung Nyokap yang menjauh. Terlalu aneh menurut gue. Sebelumnya Nyokap gak pernah bangunin gue. Menyibak selimut dan segera beranjak bersiap-siap.

***

"Morning, Bang!" sapa Julian, adek gue yang baru naik kelas delapan SMP. Gue mendongak, seketika gue terlonjak. Gak nyangka. Di meja makan, ada Nyokap lagi sibuk nyiapin sarapan. Sedangkan Bokap lagi ngomong sama Julian. Akur banget.

Gue menyunggingkan senyum sumringah dan berjalan, duduk sebelah Julian. Apa mereka udah baikan? Syukur deh kalo gitu.

"Nath, gimana sekolah kamu? Sebagai anak baru, gimana adaptasinya? Kamu gak berantem 'kan?" tanya Bokap.

"Ba--baik kok Pah. Temen-temen Nathan juga baik semua." jawab gue sambil menggaruk tengkuk yang sebenarnya gak gatal.

"Bagus kalo gitu." Bokap mengangguk.

"Nih, Mama udah siapin sarapan kesukaan kalian." Nyokap menaruh beberapa piring makanannya di meja. Lalu duduk sebelah Bokap. Gue hanya tersenyum tipis.

"Bang, ntar gue--"

"Aku-Kamu, Yan." putus Bokap sembari menyeruput kopinya.

Julian mengangguk dan tersenyum simpul. "Ya, maksudnya gitu. Gu--Aku ntar mau kerja kelompok bareng temen-temen. Aku pinjem flashdisk kamu ya!"

Gue mengangguk. "Ambil aja."

Melirik Nyokap yang lagi ngambilin sarapan buat Bokap sambil tersenyum, rasanya pagi ini kerasa adem banget liatnya.

Thanks banget Der.

***

Melirik jam tangan gue sekilas. "Dia pasti udah dateng." gue mengedarkan pandangan ke sekeliling, bergegas nemuin Derin. Sampai pandangan gue jatuh pada seorang cewek berdiri di depan loker pribadinya, rambut di kuncir kuda.

Mendadak terukir senyuman di bibir gue. Itu Derin. Cewek itu lagi ngelamun di depan lokernya sambil membolak-balikan pintu loker. Entah apa yang dia lakuin. Gue juga bingung.

"Hai! Derin!" sapa gue begitu berada di sampingnya. Belum lama gue disitu, cewek itu terlonjak kaget dan melotot galak. Lucunya.

Derin menggeplak lengan gue. "Lo kaya setan aja! Dateng-dateng kagetin gue! Gak bisa panggil baik-baik apa?"

"Hehe, sori. Kebanyakan ngelamun sih lo, ya gue kagetin aja sekalian." tampak Derin mendengus lalu memalingkan muka. "Jahatnya." tukasnya sambil mengerucutkan bibir.

Gue menarik napas. Memegang kedua bahu Derin. Berhadapan dengan gue. "DERIN, LO HARUS TAU!" ucap gue antusias sambil mengoyak-oyak bahunya.

Cewek itu tampak terlonjak lalu bersikap datar. "Apa?" ucapnya datar.

"Nyokap, Bokap gue!" seketika terjadi perubahan raut wajah cewek itu. Derin menatap gue melongo. "KENAPA, KENAPA?!" tanyanya gak kalah antusias.

"NYOKAP BOKAP GUE UDAH BAIKAN KAYA DULU!!" jawab gue semangat refleks sambil meluk Derin erat. Derin pun membalas pelukan gue erat. Meloncat - loncat kegirangan kaya anak TK yang dikasih permen kesukaannya.

Games OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang