Chapter Twenty-Nine

135 7 0
                                    

"Der, ngapain?"

Merasa seseorang memanggil namanya, spontan Derin mendongak, menengok asal suara di depannya. "Eh, elo Key. Gak nih, gue gak lagi apa-apa. Kenapa?"

Cewek itu yang disebut Keysha menggeleng lalu ikut duduk di sebelah Derin. Saat ini, mereka sedang berada di taman belakang sekolah di jam-jam istirahat. Awalnya hanya Derin yang disana, duduk sendirian sambil menatap kosong sepatu hitam yang ia kenakan.

Pikirannya masih berkelebat mengelilingi otaknya. Tak lain tak bukan, ya tentang masalah itu. Sudah hampir seminggu ini Derin menjauh dari Nathan. Dan juga seminggu ini sahabatnya ikut menjauhi Derin. Kerap kali cewek itu kecapean karena memikirkan pilihan itu.

Saat ini, Derin mengangguk pasti, cewek itu sudah menemukan pilihannya. Dan ia yakin dengan pilihan tersebut. Meskipun terasa menyakitkan, namun ia lega, setidaknya cewek itu sudah memilih dan bukan menggantungkan keduanya.

Begitu terdengar suara Keysha barusan, seketika lamunan Derin menghilang. Cewek itu memfokuskan pandangannya pada cewek di sebelahnya itu.

"Gapapa, gue cuma berhijrah ke tempat lo aja," jawabnya asal yang membuat Derin terkekeh mendengarnya. "Oh ya, lagi mikirin apa? Kok kusut banget keliatannya." lanjutnya bertanya.

"Enggak, gak lagi mikir apa-apa kok."

"Ah, boong, lo pasti lagi galau. Ya, 'kan?" tebak Keysha benar. Derin hanya terdiam sesaat sebelum Keysha lebih dulu menarik tangannya. "Ikut gue yuk. Katanya lo pengen gue ngajarin main biola."

Mendadak senyum Derin mengembang. Cewek itu mengangguk dan mengikuti langkah Keysha. Ia berpikir, mungkin setelah ia belajar biola, pikirannya jauh lebih segar dari sebelumnya.

"Gini, lo liatin ya?" ucap cewek itu saat keduanya sudah berada di ruang musik. Keysha meletakkan biolanya di atas pundak, menjepitnya dengan dagu. Cewek itu mulai menekan salah satu senar. Menaikkan atau menurunkan nada dan menggesek dengan blow.

Di depannya, Derin memfokuskan pandangan pada jari Keysha. Begitu Keysha menghentikan permainan, cewek itu menyodorkan biolanya pada Derin. Ragu, Derin menerima biola itu dan mulai melakukan hal sama seperti Keysha.

"Eh, bener gak sih?" tanyanya seraya menekan salah satu senar tanpa menoleh.

"Mana? Oh, bener sih tapi ininya bukan disitu tapi disini." Keysha membenarkan letak jari Derin. Derin memangut-mangut lalu mulai menggesek biolanya dengan blow.

Selama dua menit Derin masih sibuk menggesek biolanya. Keysha yang di sebelahnya hanya diam memperhatikan Derin. Pikirannya tidak enak, cewek itu seperti menahan pertanyaan yang ingin ia tanyakan. Takut Derin akan tersinggung, Keysha mengurungkan niatnya itu.

Tapi karena Nathan yang terus saja mengoceh minta ditanyakan pada Derin, ya mau gimana lagi, sebenarnya telinga Keysha panas juga mendengar ocehan cowok itu.

"Key, gue boleh minta tolong gak?"

Keysha mengalihkan pandangan layar televisi pada Nathan. Cowok itu duduk di sebelah Keysha dengan tatapan memohon. Hari ini, mereka sedang asik movie marathon di rumah Nathan, berhubung cewek itu habis membeli satu DVD kesukaannya di toko dekat jalanan, jadilah Keysha mengajak Nathan menonton bersama.  "Minta tolong buat apa?" Keysha meluruskan pandangan pada Nathan.

"Um, besok tolong tanyain ke Derin ya?" katanya to the point. Membuat Keysha mengernyit. "Sebelum gue nembak dia, gue pengen mastiin dulu. Please, ya? Ntar lo tanyain."

Mendengar kata Nathan barusan, entah kenapa hati cewek itu seperti teriris ribuan pisau. Kenapa harus Derin lagi? Dan kenapa Nathan sekalipun melihat Keysha, Keysha yang selalu ada untuknya. Benar-benar sakit, ketika seseorang yang dicintainya seperti tak menganggapnya. Apalagi seseorang tersebut ingin menembak orang lain, di depan matanya sendiri.

Games OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang