Author POV
Derin mengetukkan jari di permukaan meja. Menopang dagu dengan tangan kiri sambil melirik kedua sahabatnya yang lagi asik makan.
Di jam istirahat, mereka bertiga sedang berkumpul di kantin sekolah. Sedari tadi, Derin hanya memperhatikan mangkuk makanan di depannya sambil mengaduk-aduk baksonya tanpa nafsu. Sesekali melirik kedua sahabatnya.
Cewek itu hanya terdiam dengan tatapan datar. Hari ini, setelah menerima pelajaran dan ceramahan seabrek, ia terlalu bosan saat berdiam diri di kantin bersama kedua sahabatnya.
"Der, lo kok gak makan?" tegur Keira berhenti mengunyah makanannya. Melihat Derin yang sedaritadi diam.
Cewek itu mendongak. Menyunggingkan senyuman tipis sambil menggelengkan kepala. "Hm, gak. Gue masih kenyang. Lo aja yang makan."
Keira mengangguk. Kembali melanjutkan makannya. Derin mengecek ponselnya saat terdengar notif. Terlihat nama Nathan tercantum disana.
Nathan: "Der, lo bisa ke ruang musik sekarang 'kan?"
Seketika senyuman Derin terbit. Setiap kali ada sesuatu yang berkaitan dengan cowok itu, selalu membuat mood Derin meningkat dan sesekali menurun.
Luna berhenti menyesap minumannya. Menatap Derin aneh. "Lo kenapa deh?"
"Gapapa." jawab Derin santai.
"Eh, Der, abis ini kita ke taman belakang yuk. Udah lama nih." ajak Luna.
Derin menatap mereka merasa bersalah. Dia gak bisa kesana. "Sori banget, kayaknya kali ini gue gak bisa. Gue ada janji sama Nathan. Gapapa 'kan?" tolak Derin halus. Sehati-hati mungkin cewek itu menjelaskan, ia tidak mau mereka salah paham terhadapnya.
Keira mengangguk, begitupun Luna. "Gapapa kok. Kita bisa kesana lain kali."
Perlahan Derin tersenyum. Perasaannya kini lebih lega. Mereka tidak marah soal kedekatannya dengan Nathan. "Makasih ya, gue cabut dulu." pamit Derin seraya beranjak menuju tempat yang Nathan maksud–ruang musik.
Berdiri di ambang pintu sambil mendengarkan permainan gitar beserta nyanyian Nathan seorang disana. Cewek itu kini baru tahu, ternyata Nathan jago dalam bidang musik–terutama tarik suara.
Sadar seseorang sedang memperkatikannya, Nathan berhenti memainkan gitarnya, mendongak ke arah Derin sambil mengulas senyum dibibirnya. "Udah lama?"
Derin menggeleng. "Gak. Baru aja. Ngomong-omong gue baru tau lo bisa nyanyi. Keren loh!" puji Derin seraya berjalan masuk ke ruangan.
"Biasa aja. Cuma bakat dari lahir doang." elak Nathan. Nathan memang cowok yang sedikit tidak suka pujian. Tapi beda jika pujian itu keluar dari mulut Derin. Rasanya bikin jantung Nathan naik turun saking senengnya.
Sepertinya Nathan kini mulai jatuh cinta kepada Derin. Ya, meskipun cowok itu belum yakin dengan perasaannya sendiri. Teringat ada sesuatu yang tertinggal dibenaknya, Nathan bangkit dan menaruh gitarnya. "Der, gue tinggal bentar ya. Ntar gue balik."
"Kemana?"
"Kelas. Ada yang ketinggalan."
"Gue aja yang ngambil. Itu tugas gue 'kan?" alih Derin. Karna itu memang sudah kewajibannya sebagai asisten Nathan.
Nathan terdiam. Kemudian tersenyum tipis. "Gak usah. Lo disini aja. Gue bisa ambil sendiri." ujarnya seraya beranjak keluar ruangan. Menuju kelas. Di tempat, Derin masih menatap punggung Nathan dari belakang bingung dengan sikapnya. Seolah statusnya sebagai asisten kini tidak berlaku lagi.
Cewek itu mengangkat bahu seraya menghela napas. Berjalan menduduki bangku di salah sisi ruangan sembari mengambil gitar Nathan. Memangkunya. Mulai memainkan gitarnya asal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Games Over
Teen FictionDerin Alexa Adriana, gadis periang dan jutek yang terjebak dalam sebuah permainan konyol dari kedua sahabatnya, Luna dan Keira. Permainan yang menjerumuskan ke dinding permusuhan diantara ketiganya. Dilema, apa Derin harus tetap menjalankan misi te...