Chapter Twenty-Eight #New Fact

146 6 0
                                    

Istirahat sekolah. Matt menghampiri Derin di kelasnya. Sebelumnya, Derin memberitahu Matt kalau istirahat sekolah, ia ingin ditemani. Jadilah cowok itu merelakan waktunya sebentar untuk mendengar ocehan gak bermutu dari sahabatnya itu. Yah, sekalian meminta pertanggungjawaban atas kesengajaan Derin pagi tadi. Jujur, Matt masih kesal. Cowok itu tidak sabar memarahi Derin saat berada di depannya.

Di depan kelas cewek itu, ia mengedarkan pandangan kesetiap sudut ruangan. Mencari keberadaan Derin, namun hasilnya nihil, cewek itu tidak ada di kelasnya. Matt sempat bertanya pada Stella–teman sekelas Derin. Cewek itu hanya menggeleng, tidak tahu keberadaan Derin sejak pagi tadi.

Matt mengernyit, saat teman sekelasnya menjawab belum melihat Derin dari tadi pagi. Yang sekarang dipikirkannya adalah, "Ngeluyur kemana aja tuh anak? Telat, bolos lagi." gumamnya pelan. Cowok itu sedikit bingung, memangnya Derin kemana?

Tiba-tiba satu notifikasi muncul di ponselnya. Matt meraih ponsel hitamnya itu, melihat nama Adrian muncul di layarnya. Ia membaca, lalu menghela napas setelah membaca isi pesan tersebut seraya menaruh kembali ponselnya ke saku.

"Bolos pelajaran, belum makan lagi. Tuh anak emang bener-bener, kalo gini 'kan gue mulu yang disalahin sama Abangnya. Lama-lama gue kawinin juga tuh anak biar sekalian jadi tanggungjawab gue."

Kini, Matt berjalan menuju kantin. Membeli makanan untuk Derin. Untungnya suasana kantin terlihat lebih sepi dari biasanya, jadi Matt tidak perlu mengantri berlama-lama.

Setelahnya cowok itu keluar dari kantin, ia tidak sengaja melihat Derin duduk sendirian di taman. Cewek itu asik memainkan ponsel di tangannya. Tak butuh lama lagi, Matt bergegas menghampiri cewek itu.

"Katanya suruh nemenin. Giliran mau ditemenin malah ngilang-ngilang aja. Bolos pelajaran lagi." sungut Matt begitu berada di depan Derin. Cowok itu berjalan, duduk di sebelah Derin.

Derin mendongak saat di sebelahnya, ia mendapati Matt. Cewek itu menoleh. "Ya sori. Gue lupa ngabarin lo."

"Hm," jawab Matt datar. Jujur, ia juga tahu betul sifat pelupa Derin. "Nih, buat lo. Abang lo ngasih tau gue kalo lo belum makan tadi." Matt menyodorkan kotak makan yang ia beli tadi pada Derin.

Derin mengamati setiap inci kotaknya, lalu mengangguk seraya mengambil kotak itu dari tangan Matt. "Ya kalo bukan karena nungguin kelemotan lo tadi juga gue udah sarapan daritadi." ucapnya sebelum menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya.

"Alesan mulu. Tadi kemana aja lo bolos pelajaran?"

"Gue gak bolos, cuma tadi dihukum. Dan, lo tau siapa yang ngehukum gue?" Derin menoleh Matt setelah berhenti mengunyah makanannya.

Cowok itu menggeleng.

"Nathan doang." jawab Derin santai seraya melanjutkan aktivitas makannya.

Matt membulatkan matanya. "Trus-trus, dia ngomong apa aja?"

"Tadi sih dia ngajak gue pulang bareng. Trus gue tolak dengan alasan pulang sama lo."

"Goblok amat lo. Jangan pake gue untuk alesan lo itu. Ntar dianya marah."

"Terlanjur. Tapi mau gimana lagi, kalo gue boong juga percuma, dia bakalan tau." 

Matt memangut-mangut. "Iya sih, bener juga," ucapnya seraya mengambil salah satu tempe dari kotak makanan Derin, lalu memakannya. "Eh, tapi kayaknya gue gak bisa nganter lo deh. Gue masih ada eskul tambahan ntar."

Mendadak Derin menatap Matt horor. "Jangan bilang kalo gue nantinya bakal naik bus." tukas Derin.

Matt menggeleng. "Gue gak bilang kalo lo naik bus. Tapi gue bilangnya ntar lo bisa naik kendaraan umum, gak harus bus. Contohnya taxi, atau angkot mungkin. Eh, tapi yang murah aja biar gak boros-boros." ujarnya yang langsung mendapat satu jitakan dari Derin. Matt meringis seraya mengambil salah satu tempe Derin lagi. Lalu memakannya.

Games OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang