Kelas dimulai, guru biologi yang terkenal paling killer sibuk menjelaskan materi pelajaran di depan kelas, semua memperhatikan seksama tanpa ada yang bersuara. Bukan karna takut, tetapi guru yang saat ini dihadapi adalah guru paling killer seantero sekolah.
Seolah berjalannya waktu disetiap detiknya. Di tengah padatnya materi sepanjang pelajaran, Derin masih dihantui perasaan was-was, takut. Buku biologi yang dipinjam Luna tadi pagi masih belum ia kembalikan, rencana hari ini akan ada penagihan tugas, dan harus dikumpulkan sekarang juga, kalau tidak 'oh tuhan ... hukuman apalagi yang akan terjadi menimpaku setelah ini?'.
"Baiklah, anak-anak, kumpulkan semua tugas tugas yang ibu kasih! Letakkan di depan meja ibu, sekarang juga!" perintah Bu Rena dengan tegasnya. Tak ingin berlama - lama, semua siswa segera mengumpulkan tugas masing-masing di depan meja Bu Rena.
"Der, tugas lo mana? Lo gak ngumpulin?" tanya Alissa, teman sebangku Derin.
"E--nggak, eh, itu, buku tugas gue masih dipinjem Luna 'nih." Derin menjawab dengan terbata bata.
Alissa melotot horror.
"Der, lo tau 'kan, Bu Rena itu killernya naudzubillahnya kaya gimana, wah, ati ati, bisa bisa abis ini kena semprot lo." ujar Alissa dengan nada horror, membuat Derin merinding seketika."Ya, gue tau, trus gimana dong, gue harus apa?" Derin dengan nada panik.
"Ah, gue tau, lo ijin ke toilet aja, mampir ke kelasnya Luna buat ngambil buku tugas lo." saran Alissa, Derin terkesan dengan ide Alissa, ia mengangguk, bangkit dari duduknya serta izin kepada Bu Rena.
Masih di ambang pintu, Bu Rena mengucapkan sepatah kata yang membuat Derin panik setengah gila.
"Siapa yang belum mengumpulkan tugas dari saya?" tanya Bu Rena tegas.Sontak Derin memberhentikan laju jalannya, mengangkat tangan kanannya gugup.
"Sa--saya Bu," Derin tergagap, membalik badan menatap takut takut Bu Rena.Bu Rena menatap Derin, begitu juga siswa di kelas, melempar tatapan kasihan, prihatin. Sedangkan Bu Rena, ia masih saja melempar tatapan tajam yang selama ini Derin hindari.
"Mana tugas kamu?" Bu Rena dengan nada tinggi, nyaris membuat jantung Derin copot.
"La--gi di--pinjam teman Bu!" Derin tergagap.
"Kenapa bisa?!" ucap Bu Rena setengah berteriak.
"Pa--sti bisa Bu! Ini saya mau ijin buat ambil bukunya." jawab refleks karna saking gugupnya.
"Alesan!! Pasti kamu mau kabur 'kan?! Sebagai hukuman, kamu berdiri di tengah lapangan sampai pulang sekolah! Sekarang juga!" perintah absolut Bu Rena.
Derin melotot kaget.
"Yah, yah Bu, masa iya saya harus berjemur gitu, please deh Bu, Ibu gak kasian sama saya? Ntar kepala saya pusing gak bisa belajar gimana? Kan repot, kurangin dikit lah Bu, Ibu 'kan cantik, mempesona di sekolah
ini." Derin berusaha tenang, ia terus saja merayu Bu Rena dengan sekuat tenaganya agar hukumannya dikurangi.Walaupun dengan gobloknya, semua orang juga tahu kalau Bu Rena anti dengan rayuan rayuan para murid-muridnya.
"Jangan coba-coba untuk menghasud saya, atau hukuman kamu saya ..." belum sempat melanjutkan bicara, salah satu siswa memotongnya.
"OH TIDAAAKK!!--" teriak salah seorang siswa, Jaya, dengan alaynya yang mengundang gelak tawa. Tapi kali ini semua memperhatikannya, dan menghayati.
"Tamatlah riwayatmu Derin my mbeb ku--" ucapnya membuat Derin bergidik ngeri. "Oke teman-teman, marilah kita menundukkan kepala sejenak, berdoa untuk keselamatan Derin. Berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Berdoa dimulai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Games Over
Teen FictionDerin Alexa Adriana, gadis periang dan jutek yang terjebak dalam sebuah permainan konyol dari kedua sahabatnya, Luna dan Keira. Permainan yang menjerumuskan ke dinding permusuhan diantara ketiganya. Dilema, apa Derin harus tetap menjalankan misi te...