Nathan membuka matanya. Mengerjap beberapa saat. Ia menatap nyalang langit-langit kamarnya yang bernuansa Eropa. Malam ini, ia masih terjaga di kamarnya, beberapa kali cowok itu memejamkan matanya rapat-rapat namun hasilnya nihil, cowok itu tidak bisa terlelap.
Pikirannya masih berkecamuk tiada henti di otaknya. Membuat Nathan sulit untuk tidur. Sebut saja seperti cewek lenje. Tapi, ia selalu seperti itu tatkala banyak pikiran, terlebih lagi perasannya mulai tidak enak.
Rasanya, benar-benar aneh. Mulai dari pagi saat ia menjemput Derin di rumahnya, cewek itu sudah keburu berangkat duluan. Ia berpikir, mungkin Derin lebih dulu berangkat bareng Matt. Dengan langkah terpaksa cowok itu meninggalkan rumah itu tanpa semangat menuju sekolah.
Kedua, saat ia meminta bantuan pada Keysha untuk menanyakan perasaan Derin padanya. Saat Keysha melancarkan aksinya, Nathan hanya duduk di kelas, menunggu kabar dari Keysha. Tapi, begitu Keysha kembali, cewek itu mendadak berubah tatkala Nathan membanjirinya dengan sejuta pertanyaan yang mengganjal di otaknya. Nathan sendiri juga tidak mengerti. Pasalnya, sifat Keysha jauh dari itu.
Dan terakhir, ia juga sedikit kecewa saat akhir-akhir ini Derin selalu menghindarinya dan lebih dekat dengan salah satu sahabatnya, Matt. Jujur, Nathan tidak tahu apa masalahnya, tapi ia tahu kalau ada sesuatu yang Derin tutupi darinya.
Nathan menghela napas beratnya. Cowok itu bangkit dari posisinya, berjalan menuju balkon kamarnya. Ia menyandarkan punggungnya di salah satu pilar balkon. Matanya menatap kosong jalanan depan rumahnya. Nathan mengambil ponselnya, ia hendak menelepon Derin.
Sedetik ...
Dua detik ...
Tiga det–
"Halo?" mulai terdengar suara Derin di telepon. Suaranya terdengar serak, sepertinya cewek itu habis bangun tidur. Nathan menjadi sedikit lega meskipun ia juga merasa bersalah telah mengganggu tidur cewek itu. "Siapa nih?! Ganggu aja!" gertak cewek itu dari telepon. Otomatis Nathan menjauhkan ponselnya sesaat.
"Der, udah tidur ya?"
"Ah, Nathan ya? Sori gue bentak lo, gue kira siapa. Kenapa?"
"Nggak, gue cuma butuh lo aja. Sori, udah ganggu–" ucapan Nathan terpotong oleh Derin tiba-tiba.
"Apa sih? Gak lah, lo gak ganggu kok."
"Syukur deh. Der, lo nyanyi dong, gue gak bisa tidur nih."
"Nyanyi? Apa lo kata? Gak, gak, suara gue jelek pas bangun tidur. Satu lagi, gue masih punya rasa malu buat diketawain sama cowok lenje kaya lo." kata Derin dengan suara kekehan dari sana.
Nathan melotot lalu mengangkat alisnya sebelah. "Apaan? Cowok lenje? Enak aja!" protesnya tidak terima.
"Biasanya seorang cowok yang gak bisa tidur di malam hari itu bisa disebut cowok lenje. Yah, hampir satu spesies dengan cewek alay."
"Oh, kalo gue lenje, lo apa?"
"I'm so perfect, Man!" ujarnya sambil tertawa bangga. "Lagi mikir apa emangnya?" tanya Derin membuka topik baru.
"Mikirin lo." ceplos Nathan.
Beberapa detik kemudian tidak ada suara dari Derin. Yang Nathan dengar hanyalah suara dengkuran dari cewek itu. Nathan membulatkan matanya, menggeleng tidak percaya, ternyata Derin sekebo itu.
"Der, Derin? Lo udah tidur? Astaga padahal 'kan gue belum selese ngomong," gerutu Nathan yang sama sekali tidak ada jawaban dari Derin. Perlahan Nathan menghela napasnya. "Yaudah, good night for you. Mimpiin gue ya? Gue ... Sayang lo." ucapnya seraya mematikan sambungan telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Games Over
Genç KurguDerin Alexa Adriana, gadis periang dan jutek yang terjebak dalam sebuah permainan konyol dari kedua sahabatnya, Luna dan Keira. Permainan yang menjerumuskan ke dinding permusuhan diantara ketiganya. Dilema, apa Derin harus tetap menjalankan misi te...