Chapter Thirty-Five #Mengejar Cinta Matt

185 8 9
                                    

Derin POV.

Gue melirik Matt yang masih sibuk dengan ponselnya jengkel. Gue mendengus saat cowok itu masih menatapi layar ponselnya tanpa sedikitpun ngelirik gue yang lagi nungguin dia.

Awas aja lima menit kalo belum kelar tuh urusan. Gue play juga nih game tanpa nungguin dia. Resiko kalah mah urusan dia.

Fyi, minggu pagi ini gue lagi nyibukkin diri dengan main playstation di rumah gue. Sama Matt juga tentunya. Kalo Adrian, ah gue gak tau dia kemana. Paling juga jalan sama gebetan barunya.

Awalnya, kami main gamenya adem ayem. Pas lagi serius karena saking tegang-tegangnya main, Matt ngehancurin suasana dengan mencet tombol pause. Hapenya bunyi. Otomatis gue berhenti main, natap cowok itu sebal.

Gue terus memperhatikan perubahan gelagat cowok itu dari samping yang kayaknya ada sesuatu. Gue menatap cowok itu penasaran sambil mengangkat dagu. Seperti bertanya ada-apa? Kearahnya saat ia menengok belakang.

Matt menghela napas beratnya, lalu melempar ponselnya ke belakang–tepatnya di sofa. Bukannya ngejawab, Matt malah nekan kembali tombol play ke layar televisi tanpa menggubris tatapan gue barusan. Gue sedikit mengkerutkan kening karena tingkahnya.

Matt mulai memainkan gamenya. Terlihat dengan lihai cowok itu memainkan stick di tangannya. Tapi gue? Gue hanya diam memperhatikan cowok itu. Begitu sadar kalo gue gak main dan ngeliatin dia, cowok itu menghentikan permainannya. Ikut menatap gue dengan alis sedikit terangkat.

"Jangan liatin gue mulu. Kenapa lo?"

Gue menggeleng. "Harusnya gue yang nanya. Kenapa lo?"

"Gue baik-baik aja." jawabnya santai. Terlalu ambigu menurut gue.

Gue menyipitkan mata seolah-olah barusan kaya terjadi sesuatu. Eh, terjadinya sih ada, 'kan barusan dia nerima sms. Tapi yang aneh gue gak tau sesuatunya apaan. "Tadi yang sms siapa?"

Matt memangut-mangut. "Ooh, tadi si Keysha."

"Kenapa dia?"

"Katanya dia bakalan ke London hari ini."

Gue menganggukan kepala. Jadi itu alasannya. Terus kalo itu masalahnya, kenapa gue ngerasa terjadi perubahan di cowok itu? Biasanya juga santai-santai aja.

Gue berpikir sebentar. Keysha ke London kenapa jadi Matt yang sedih? Wajar sih kalo sedih, 'kan Keysha sahabat Matt juga. Tapi yang ini? Um ... mungkin jauh dari kata sebelumnya. Tiba-tiba sekelebat pikiran cemerlang gue keluar. Gue memangut-mangut sambil memicing kearahnya.

"Trus kenapa tuh muka? Kaya gak ikhlas gitu, hum?" gue mengangkat dagu. Cowok itu hanya mengendik tanpa semangat. Pandangan kosongnya jatuh ke karpet biru yang didudukinya.

Ah, benar dugaan gue. "Lo suka Keysha ya?" tebak gue dengan mata melebar sempurna. "Ya, ya?" gue menaik-naikkan alis.

Bukannya malah ngerspon dia malah mengendik-lagi. Tanpa menoleh gue. Sesaat, cowok itu mendongak. "Mungkin, bisa iya bisa enggak."

Gue kembali mengkerutkan kening. Kali ini lebih tajam. Eh, nih anak kenapa sih? "Bisa iya, bisa enggak" jawaban macem apaan tuh? Lama-lama makin labil deh. Keliatan banget lenjenya kaya gimana.

"Udahlah, gak usah bahas dia. Gak penting juga gue suka atau gaknya,"

Eh. Tunggu, gue kayaknya kenal sama kata ini. Gue berpikir lagi. Kayaknya gue inget, waktu itu Matt pernah cerita kalo dia suka sama seseorang. Itu sahabatnya dia. Dan rasanya dia pernah ngomong persis kaya gitu sebelumnya. Ah, gue baru tahu!

Games OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang