Chapter Twenty-One #Chemistry

169 6 0
                                    

Mobil Nathan kini telah berhenti tepat di depan gerbang rumah Derin. Baru saja cowok itu mengantarkan Derin pulang. Selama perjalanan, Derin hanya terdiam mematung, menatap lurus-lurus jalanan lewat kaca mobil. Sesekali menggigiti kukunya. Cewek itu gugup, tidak tahu harus bersikap apa setelah ini terhadap Nathan.

Nathan yang memperhatikan cewek itu bingung, dia bertanya tentang keadaan Derin. "Gapapa." jawab Derin datar. Sesimpel itu. Tapi mampu menutupi fakta besar yang akan terjadi. Meskipun sebenarnya Nathan yakin ada sesuatu pada Derin. Nathan hanya mengangguk, tanpa bertanya. Tak ingin membuat suasana hati Derin semakin kacau.

"Nath, gue masuk dulu ya. Makasih udah nganterin sampe rumah." ucap Derin begitu turun dari mobil Nathan. Cowok itu tersenyum, mengangguk sembari menyalakan mesin mobilnya. Dan melenggang pergi.

Derin berbalik arah. Masuk ke dalam rumah. Melewati ruang tamu, seseorang menyapanya. "Der, baru pulang?" lantas Derin menengok ke asal suara. Menampakkan senyumnya. "Eh, Na. Iya nih, gue baru pulang. Lo udah lama disini?"

Perempuan yang dipanggil Na, Anna, pacar Adrian. Menggeleng, "Gak juga, Adrian belum pulang ya?" tanya Anna.

Derin menoleh jam dinding. Pukul segini biasanya Adrian sudah pulang. Tetapi masih sibuk ngebo di kamarnya. Derin melengos. "Dia udah pulang kok. Kenapa gak lo gedor aja pintunya? Dia masih ngebo di jam segini,"

Menoleh ke arah pintu di ujung–tepatnya kamar Adrian, sambil menarik napas. "DRIAAN!! ADA ANNA NIH!" teriak cewek itu kelewat keras. Anna sontak menutup telinganya erat, ia tidak mau gendang telinganya rusak karna teriakan mercon Derin.

Sedetik, pintu kamar Adrian terbuka. Adrian berjalan keluar seraya melototkan matanya karna tidur cantiknya telah diganggu sama saudara kembarnya. "Woy! Mulut lo bisa pelanin dikit gak sih!" ketus Adrian kesal.

"Halah, percuma. Meskipun pake suara selembut Raisa, semembelegar Titi DJ, dan seimut Isyana juga lo gak akan bangun," balas Derin. Kembali melihat Anna yang terkekeh pelan di tempatnya. "Na, pangeran lo udah dateng. Sori ya gue gak bisa nemenin. Capek banget hari ini."

Adrian menoleh ke Anna. Tersenyum, "Mbebku ..." ujarnya seraya mengangkat lengannya depan Anna. Di sisi lain, Derin berasa ingin muntah denger adegan itu. Tak ingin berlama-lama, cewek itu segera menaiki anak tangga. Menuju kamarnya.

Selesai mandi, Derin hanya ingin bergelayut pada gulingnya di kasur. Memejamkan matanya, terlalu berat untuk memikirkan persoalan itu lagi.

***

Esoknya, Derin telah rapi dengan seragam sekolahnya. Dengan langkah semangat, cewek itu berlari kecil ke depan. Hendak menyusul tetangga sebelahnya, Matt. Setibanya di depan setelah membuka pintu, Derin terlonjak kaget saat melihat cowok itu lagi di depan rumahnya.

Bukan Matt, melainkan Nathan. Cowok itu sedang asik berbincang dengan Adrian. Logat-logatnya kaya udah kenal lama banget. Derin tidak menyangka sosok Nathan rupanya cepat bergaul.

Begitu menyadari kehadiran Derin. Nathan tersenyum, mengedipkan matanya. "Hai, Der!" sapanya sambil mengangkat tangannya. Beralih menatap Adrian, anehnya cowok itu menyeringai penuh arti.

Wah, perasaannya mulai gak enak nih.

Tatapannya kembali beralih pada Nathan. Menatapnya bingung. "Nath, lo ngapain kesini?"

"Gue? Jemput lo lah, emang salah?" jawabnya santai.

"E--enggak juga sih, tapi aneh aja." Derin kikuk seraya menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. Aneh, tiba-tiba Nathan datang ke rumahnya, pake acara ngejemput.

Di luar dugaan.

"Terus lo juga, ngapain senyum-senyum gitu? Sarap lo." tukas Derin saat memperhatikan Adrian.

Games OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang