Pt.20

808 45 7
                                    

Ziella's Pov

Hari ini Aku berencana untuk memakai sleeveless shirt berwarna putih. Jika kalian bertanya kenapa Aku memakai baju itu, jawabannya adalah..

Agar orang-orang di sekolah tau aku melakukan self harm demi Vesper.

Tak peduli jika aku dikatai gila. Buktinya, aku memang gila. Aku gila Karena Vesper. Dialah yang Membuatku seperti ini.

Salahkah Bila Aku menyalahkan Dia?

Setelah selesai, aku turun kebawah untuk sarapan bersama Kakak ku, Xavier. Aku memakai jaket agar tidak diketahui oleh Kakakku.

"Pagi, Ziella"

"Pagi Xavier. Hei Xavier"

"Um?"

"Hari ini kau akan mengantarkanku ke sekolah kan?"

"Iya, Memangnya kenapa?"

"Tidak apa-apa"

Di sekolah

Aku melepas jaket yang Aku kenakan. Orang-orang di sekolah melirik ke arah tanganku yang penuh dengan Luka. Ketika sampai di lorong sekolah, Aku melihat Vesper disitu.

Aku lari ke arahnya. Dia langsung melihatku Dan berkata,

"Kau melakukan self-harm lagi?"

"Iya, aku melakukannya lagi."

"Sudahkah kuberitahu dirimu, bahwa kau tidak boleh melakukannya lagi"

"Tidak. Tidak akan Vesper. Aku tidak akan berhenti melakukan ini sampai kau jadi milikku."

"Ziella, dengar ya, kau tid-"

Dengan segera aku memeluknya, inilah yang Aku inginkan dari dulu. Tapi, Ivi Menghancurkannya. Tak peduli dengan tatapan orang-orang yang melihat kita.

"Ziella, lepaskan" ucap Vesper dengan Suara yang lirih

"Tidak"

"Ziella kubilang lepaskan" kali ini dengan Suara yang keras.

Aku Melepaskan pelukanku Dan menatapnya.

"Ziella, Dengarkan aku. Aku tidak ingin Kau melakukan Hal gila seperti itu, lagi. Jadi, kumohon berhentilah. Dan kau tau, aku mengerti tentang apa yang kamu Rasakan. Mengejar seseorang yang belum tentu menyukaimu. Aku merasakan Hal itu juga, Ziella. Sakit. Kau merasa, tidak boleh ada orang yang menghalangimu. Aku juga merasakannya. Tetapi, untuk mendapatkan empati dari orang itu tak Harus dengan cara seperti ini. Lakukanlah dengan Hal yang wajar. Dan dengar ya, Ziella. Aku ingin Kau untuk mengingat ini. Huft, bahwa, Aku tidak menyukaimu, aku menyukai Ivi. Aku ingin Kau untuk mengingat itu."

Kata-kata yang barusan ia ucapkan, sangatlah sakit. Seperti jarum-jarum yang ditusuk ke diri kita dalam waktu yang bersamaan Dan seperti tulang-tulang dipatahkan secaea serentak. Sakit memang, ketika kau tahu bahwa orang yang kau dambakan tidak menyukaimu. Tetapi, Dia menyukai temanmu. Ingin rasanya kau bunuh orang itu.

"Ziella, jangan menangis. Masih banyak laki-laki diluaran sana yang menunggumu. Tolong jangan terpaku hanya pada Satu orang. Kau menyukaiku terlalu berlebihan. Jangan pernah menyukai seseorang terlalu berlebihan. Ingat itu."

Dia menghapus air mataku. Mungkin ini adalah pelukan Pertama Dan terakhir ku untuk Vesper. Benar apa kata Vesper. Aku menyukai Vesper terlalu berlebihan.

"Terima kasih Vesper. Terima kasih atas segalanya. Terima kasih telah mengajariku Arti rasa suka yang sesungguhnya. Terima kasih telah hadir di Hidupku. Terima kasih atas rasa sakit yang telah kau Berikan. Terima kasih atas segalanya, Vesper Botch."

InvisibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang