Pt. 31

619 40 2
                                    

Chapter 31

Narrow's POV

Aku terkejut ketika Vesper berkata seperti itu. Aku kira tidak ada orang. Tapi, untungnya aku tidak membalas ciuman James.

"Tenang saja, aku tidak membalasnya." Ucapku dengan suara bergetar. "Tapi kau terlihat menikmatinya. Memenjamkan matamu sambil mengalungkan tanganmu di lehernya." Balasnya sambil menyilangkan tangannya.

"Aku tidak mengalungkan tanganku di lehernya!" Ucap diriku sambil menghentak-hentakan kaki seperti anak kecil.

"Baiklah, untuk soal itu aku berbohong. Sekarang, masuk kedalam mobil." "Ibuku dimana?" "Dia masih didalam. Dia memintaku untuk pulang duluan. Cepat masuk. Kau duduk disebelahku, jangan dibelakang." "Kenapa? Kau takut menyetir sedirian?" "Bukan begitu. Ah! Sudahlah. Cepat masuk!"

Setelah aku memasuki mobil dan duduk disebelah Vesper, dia mulai menyetir. 

"Kau tak tahu seberapa sakitnya aku ketika kau berciuman dengan James Aiken." Ucap Vesper dengan nada serius sambil menyetir.

"Aku memang tidak tahu." Balasku dengan nada yang datar. "Kau ini. Kau ini memang tidak tahu atau sebenarnya kau tahu?" Tanya dirinya sambil menyetir. "Aku sebenarnya, benar-benar tidak tahu." "Jangan bohong." "aku tidak bohong Vesper. Apa aku terlihat seperti orang yang berbohong?" "iya."

Benarkah, aku benar-benar terlihat seperti orang berbohong? Karena, aku memang berbohong. Klise bukan?

"B-Benarkah?"

"Iya. Aku bisa melihatnya dari tanganmu yang gemetar lalu kau selalu mengigit bibirmu ketika kau berbohong. Jadi, tidak ada cara kau bisa berbohong."

"Sialan kau Vesper!"

"Hahaha" Vesper tertawa renyah.

"Kenapa tertawa?" Tanya diriku sambil menyenggol lengannya.

"Tidak apa-apa."

"Kau tahu, aku sangat benci disaat aku bertanya 'ada apa?' lalu mereka menjawab 'tidak apa-apa'. Beritahu aku kenapa, Vesper." 

"Baiklah, Yang Mulia. Jadi, alasan kenapa aku tertawa adalah, aku pikir kau sangat lucu ketika kau marah seperti itu. Ingin rasanya aku mencubit pipimu. Bolehkah?" tanyanya sambil menghadap kepada diriku.

"Tidak." jawabku sambil menyilangkan tangan.

"Baiklah kalau begitu." sehabis ia mengucapkan kalimat itu, ia langsung mencubit pipi kiriku.

"Sudah kubilang jangan, kenapa kau masih melakukannya?" aku jawab dengan nada kesal.

"Ayolah, kau jangan terlalu pelit Row."

"Pelit? kau sebut itu pelit? Hei! aku tidak pelit, hanya saja aku suka kalau pipiku dicubit-cubit oleh orang."

"Ah, aku mengerti sekarang." Jawabnya sambil mengangguk-anggukan kepala layaknya orang yang mengerti.

"Vesper."

"Iya?"

"Ini bukan jalan ke rumah."

"Iya."

"Lalu?"

"Kenapa?"

"Huft. Kemana kau akan membawaku Vesper Botch?"

"Um.. ke tempat yang dulu pernah kau kunjungi."

"Tapi ini sudah malam Vesper. Kau tidak tahu sekarang jam berapa?"

"Tidak. memangnya sekarang jam berapa?"

"Jam 9:10"

"Oh. Baguslah kalau begitu."

InvisibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang